"Kita akan segera bercerai! Aku akan mengurusnya besok pagi!"
Miana tersentak mendengar Rendi yang berkata seperti itu. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka bahwa malam pertama yang seharusnya mereka lalui malam ini dengan indah justru menjadi sebuah bencana menyakitkan untuknya.
Apa begitu mudahnya Mas Rendi melupakan keindahan yang belum ada satu jam kami lalui? pikir Miana bertanya pada dirinya sendiri.
"Mas, aku mohon jangan katakan hal seperti itu. Tarik kembali ucapanmu, Mas," mohon Miana dengan air mata mulai menetes.
"Tarik katamu?!"
"Baiklah, aku akan menarik kata-kataku asal kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada video rekaman itu?" Rendi bertanya dengan tatapan membunuhnya.
Miana menggeleng seraya tidak mengerti dengan semua yang terjadi saat ini. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja dengan membiarkan Rendi percaya pada video rekaman itu karena memang nyatanya Miana sama sekali tidak pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun. Apa lagi sampai merekamnya seperti itu.
"Aku tidak tahu sama sekali, Mas. Aku mohon Mas Rendi percaya padaku. Bukan aku yang berada dalam video itu, Mas," papar Miana diiringi dengan air mata yang terus menetes sembari berusaha meyakinkan Rendi.
"Kalau bukan kamu yang ada di video itu, lalu siapa? Kembaranmu? Apa selama ini kamu punya kembaran, Miana?"
Rendi masih belum juga percaya kepada istrinya. Hal itu wajar saja terjadi mengingat wajah yang ada dalam video itu terpampang jelas memang wajah Miana. Hanya saja, wanita itu akan terus berusaha meyakinkan Rendi bahwa itu bukanlah dia yang berada di sana.
"Demi Tuhan aku belum pernah melakukan hubungan badan dengan pria manapun sebelumnya, Mas. Aku menjaga diriku dengan baik demi memberikan semuanya dengan utuh kepadamu," tutur Miana mencoba mulai menjelaskan.
"Jangankan untuk berhubungan badan apalagi sampai direkam seperti itu, bahkan melakukan ciuman saja aku tidak pernah. Semua hal yang aku lakukan bersamamu adalah untuk pertama kalinya," imbuhnya terus mencoba meyakinkan Rendi.
Kedua tangan Miana tetap berada di dada menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Dia berpikir dengan keras siapa sebenarnya orang yang sengaja memfitnahnya seperti ini.
Seingat Miana, dia sama sekali tidak pernah mempunyai musuh, tapi entah bagaimana ada video yang terdapat wajahnya di dalam sana.
Mungkinkah itu rekayasa editan dengan hasil sempurna di zaman teknologi seperti sekarang? tanya Miana pada diri sendiri.
"Jangan pernah membawa-bawa nama Tuhan untuk melindungi dirimu dari perbuatan kotor itu. Jangan sebut nama Tuhan yang suci dengan mulutmu yang sudah menjelajah milik banyak pria di luar sana!" sergah Rendi membuat air mata Miana berjatuhan semakin deras.
"Dengan semua bukti yang terpampang jelas di mataku, kamu masih ingin berkilah dan membela diri?" Mata Rendi memicing menatap tidak suka. Bahkan dari sorot matanya, Miana dapat melihat dengan jelas pria itu yang terlihat jijik padanya.
"Oh, sekarang aku tahu, kenapa selama ini kamu tidak pernah mau saat aku mengajakmu berhubungan badan sebelum kita menikah. Dan jawabannya aku dapatkan sekarang di saat malam pertama pengantin kita," ejek Rendi dengan tawa yang terdengar sangat meremehkan.
"Bahkan aku merasa jijik sendiri saat mengatakan malam pertama pengantin kita. Sesuatu yang seharusnya aku dapatkan secara utuh ternyata sudah dinikmati lebih dulu oleh pria lain. Pintar kamu, ya menjebakku dalam pernikahan seperti ini."
"Sengaja ingin melakukan hubungan badan bersamaku setelah kita resmi menjadi suami istri supaya kamu dapat membohongiku kalau sebenarnya kamu sudah bermain kotor di luaran sana," imbuhnya dengan nada yang begitu merendahkan.
" Beruntungnya Tuhan yang maha baik masih menyelamatkan aku dengan mengirimkan bukti-bukti itu. Kalau tidak, pasti aku sudah masuk dalam jebakan yang kamu buat, lalu kamu akan tertawa atas penderitaan yang aku alami selamanya di masa depan," sambungnya lagi dengan kata-kata yang terdengar sangat menyakitkan.
Sebelum ini Miana sama sekali tidak pernah mendengar Rendi berkata kasar atau bahkan menyakitkan seperti ini.
'Mungkin rencana Tuhan lebih baik dengan menunjukkan sifat asli suamiku sebelum kami benar-benar bersatu. Hanya saja caranya membuatku terlihat kotor dan tak berharga di matanya,' batin Miana dengan bersedih. Namun, antara kesedihan dan kebahagiaan mengingat dia yang belum tersentuh, tapi harus menelan pil pahit seperti ini.
'Oh, Tuhan bagaimana caraku membersihkan nama baikku? Setelah kejadian ini sudah dapat dipastikan kalau kedepannya hidupku tidak akan menjadi lebih baik.' Miana hanya mampu mengadu kepada Tuhan yang menurutnya mengetahui dengan pasti kebenaran ini.
"Cukup, Mas. Sudah cukup kamu menghina aku sampai di sini. Tidak akan aku biarkan kamu kembali mengatakan sesuatu yang buruk tentang diriku. Aku masih bersih dan aku masih suci!" sergah Miana merasa emosinya sudah berada di ambang batas.
"Aku akan membuktikannya kepadamu dan akan membuatmu menyesal karena sudah mengambil keputusan tanpa berpikir dengan jernih terlebih dahulu. Kalau kamu ingin mempercayai video rekaman itu, silakan saja! Aku sama sekali tidak akan menghalanginya."
"Aku hanya akan membuatmu menyesal setelah menghinaku habis-habisan seperti ini," tampik Miana dengan kekecewaan yang sudah sangat besar kepada Rendi tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan terlebih dahulu.
Miana membalas tatapan tajam Rendi tanpa takut. Meski dia sangat mencintainya, tapi tidak akan dia biarkan pria yang berstatus suaminya itu menghina dengan cara menyakitkan seperti ini. Aku masih suci dan aku berhak mendapatkan keadilan, pikir Miana bertekad untuk dirinya.
"Aku tidak peduli bagaimana caramu membuktikan kalau kamu tidak bersalah. Yang pasti mulai malam ini aku akan ...."
"Stop, Mas!" teriak Miana dengan sangat keras memotong perkataan Rendi sebelum pria itu mengucapkan kata-kata yang sudah dia duga.
"Aku mau minta satu hal padamu, jangan pernah mengatakan kata-kata menjijikkan seperti itu. Biarkan aku tetap menjadi istrimu dan beri aku waktu untuk membuktikan kalau aku tidak bersalah. Ada seseorang yang sengaja memfitnahku di sini," lanjut Miana mencoba bernegosiasi agar Rendi tidak mengucapkan kata-kata terlarang itu.
"Dengan keadaan dirimu yang sudah kotor, kamu masih ingin menjadi istriku, hmm?"
"Apa kamu sama sekali tidak tahu malu dengan permintaan seperti itu? Atau memang karena harga dirimu sudah hilang seluruhnya sampai membuatmu dengan mudah mengajukan permintaan yang tentu saja akan aku tolak," ejek Rendi membuat Miana sangat geram.
Sebenarnya Miana sama sekali tidak masalah jika di malam pertama mereka harus ada perpisahan dan perceraian. Hanya saja dorongan kuat dari dalam hatinya untuk mempertahankan pernikahan ini membuat Miana harus rela merendahkan harga dirinya sendiri.
Semuanya dilakukan Miana demi mengembalikan nama baiknya yang sudah tercoreng.
'Jika nanti aku sudah membuktikan kalau aku tidak bersalah maka aku tidak akan ragu lagi adanya perceraian di antara kami, tetapi sebelum itu terjadi Mas Rendi harus menyesal terlebih dahulu karena sudah menyia-nyiakan aku seperti ini,' batin Miana sudah bulat akan keputusannya kali ini.
"Terserah apa katamu, Mas. Aku minta, biarkan aku tetap menjadi istrimu sampai aku membuktikan bahwa aku benar tidak bersalah. Ada orang kejam yang sengaja memfitnahku untuk memisahkan kita berdua, tetapi aku sama sekali tidak masalah dengan hal itu. Aku hanya ingin membersihkan nama baikku saja," tawar Miana berharap Rendi mau mengabulkannya.
Rendi menatap Miana dengan remeh. Dia menilai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya Rendi mempertimbangkan permintaannya. Namun, dapat Miana pastikan semua itu tidak akan dia berikan dengan begitu saja.
"Aku bisa memenuhi permintaanmu, tetapi aku memiliki syarat untukmu," kata Rendi tepat seperti dugaan Miana.
"Apapun syaratnya pasti akan aku sanggupi," jawab Miana yang juga tidak mau kalah dengan keyakinan penuh.
"Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b
"Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s
"Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil
"Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."
"Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu
"Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R