Share

BAB 2

Sementara itu, si perawat berjalan tanpa menoleh. Perwira menyeberangi jalan dan mempercepat langkahnya, terlebih lagi karena dia lihat taksi itu juga menambah kecepatannya saat si perempuan semakin dekat menuju area di depan museum.

Dari posisinya berada, perwira bisa melihat hampir keseluruhan alun-alun sempit itu, dan walaupun berusaha mengamati dengan tajam, dia tak melihat apa-apa yang bisa mengungkapkan keberadaan tujuh laki-laki cacat yang terselubung kegelapan. Apalagi tak seorang pun melintas, dengan berjalan kaki atau berkendara. Dari kejauhan, di persimpangan lebar yang terbalut senja, dua kereta listrik dengan tirai tertutup mengusik keheningan.

Perempuan itu juga tampaknya tidak melihat sesuatu yang membuatnya cemas, seandainya dia memerhatikan jalan. Dia sama sekali memperlihatkan keraguan. Dan tampaknya dia juga tidak menyadari ada taksi yang membuntutinya, karena dia sama sekali tidak menoleh.

Namun, taksi semakin melaju. Ketika taksi mendekati alun-alun, lebih kurang sepuluh atau lima belas meter jauhnya dari si perawat; dan saat perawat yang masih belum menyadari apa-apa itu mencapai pohon pertama, taksi itu mendekat dan merapat ke trotoar. Sementara itu, laki-laki yang terus-menerus mencondongkan tubuh keluar jendela mobil membuka pintu sebelah kiri, yang berseberangan dengan trotoar, dan berdiri di pijakan.

Si perwira menyeberangi jalan sekali lagi, dengan cepat, tanpa takut akan terlihat, karena kedua laki-laki itu tidak memedulikan apa-apa selain apa yang harus mereka lakukan saat itu. Dia mengangkat peluit ke bibirnya. Tak diragukan lagi peristiwa yang telah diperkirakan akan terjadi.

Taksi berhenti mendadak. Kedua laki-laki itu melompat dari pintu dikedua sisi dan bergegas ke trotoar alun-alun, beberapa meter dari kios. Terdengar jeritan ketakutan si perempuan dan lengkingan peluit dari si perwira pada saat yang bersamaan. Pada detik yang sama, dua orang itu berhasil menyusul dan menangkap korban mereka lalu menyeretnya ke arah taksi, sementara ketujuh tentara yang cedera, yang Seolah-olah melompat dari batang pohon yang menyembunyikan mereka menerjang kedua penyerang tersebut.

Pertempuran tidak berlangsung lama. Atau lebih tepatnya tidak ada pertempuran.pengemudi taksi yang menyaksikan serangan itu mendapat perlawanan, kabur dan pergi sejauh mungkin. Demi menyadari bahwa mereka gagal dan malah harus berhadapan dengan deretan tongkat dan kruk yang teracung mengancam, belum lagi moncong pistol yang diarahkan si perwira kepada mereka, kedua laki-laki itu melepaskan si perempuan, berlari zig zag, untuk mencegah perwira menetapkan sasaran, dan menghilang di kegelapan Rue Brignoles.

"Cepat lari, Ya-Bon," kata si perwira kepada orang Senegal bertangan satu, "dan seret salah satu dari mereka kepadaku!"

Dia menopang perempuan itu dengan lengannya. Seluruh tubuh perempuan itu gemetar dan terlihat hampir pingsan.

" Jangan takut, Bunda Coralie," bujuknya, dengan sangat cemas. "Ini aku, Kapten Belval, Patrice Belval."

"Ah, ternyata kau, Kapten!" Perempuan itu tergagap.

"Ya. Semua temanmu berkumpul untuk melindungimu, semua pasien lamamu dari rumah sakit, yang kutemukan di rumah penyembuhan."

"Terima kasih. Terima kasih." Di tambahkannya dengan suara bergetar, "Yang lain? Kedua orang itu?"

"Kabur. Ya-Bon mengejar mereka."

"Tapi, apa yang mereka inginkan dariku? Dan keajaiban apa yang membawa kalian semua ke sini?"

"Nanti kita bicarakan itu, Bunda Coralie. Mari kita bicara tentang dirimu dulu. Ke mana aku harus mengantarmu? Bukankah sebaiknya kau masuk ke dalam sini denganku, sampai kau pulih dan beristirahat sejenak?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status