Share

Bab 4: Kebenaran

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:01:03
Lacey berusaha menenangkan dirinya selagi ia mengenakan gaun kuning gadingnya, meskipun gaun tersebut adalah lungsuran. Tanpa adanya waktu yang cukup untuk membeli baju baru. Kemudian, dia mulai menata rambutnya.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Ketika Lacey membukanya, saudarinya, Marissa, berdiri di sana, salah satu dari keenam saudaranya. "Marissa."

Marissa menatap Lacey dari atas ke bawah kemudian menyunggingkan senyum di wajahnya. "Wow! Aku senang melihatmu menggunakan gaun lamaku untuk sesuatu yang bermanfaat."

Lacey mengangkat dagunya, menolak membiarkan saudari tirinya membuatnya kesal, seperti biasa. Suka atau tidak, ini adalah Upacara Sumpahnya dan Lacey tidak akan membiarkan siapa pun mengacaukannya. "Sudah seharusnya begitu ... mengingat ini adalah hari Upacara Sumpahku. Tapi jangan khawatir ...." Lacey menepuk lengan saudarinya. "Kau juga akan merasakannya, suatu hari nanti."

Marissa, juga para saudara tirinya yang lain, telah memperlakukannya dengan buruk selama bertahun-tahun, berhubung ayah mereka juga tidak merahasiakan status ayah Lacey. Malah, Thorn tidak melakukan apa pun kecuali mendukung perlakuan buruk itu, bukan hanya dari saudara-saudaranya, tetapi juga dari para staf.

Senyum palsu Marissa yang terkenal tersungging dibibirnya. "Yah, paling tidak tunanganku bukanlah seorang Alpha yang sadis... dingin... juga kejam." Dia menghela napas, suaranya tiba-tiba merendah. "Dan juga, kudengar Alpha-mu suka yang sedikit kasar, kalau kau tahu maksudku."

"Apa maksudmu?" Lacey belum pernah semarah ini pada saudarinya... selama bertahun-tahun.

Marissa menghela napas berlebihan, sedikit terlalu menikmati reaksi Lacey. "Yah, kudengar dia adalah Alpha terbaik, dan terkuat di seluruh dunia... bisa dibilang Alpha-nya Para Alpha." Sebuah seringaian menghiasi wajahnya. "Dia tidak menerima basa-basi, atau pembangkangan, dari siapa pun." Wanita itu meremas tangan Lacey, dan menatapnya simpatik. "Dan aku tahu betapa beratnya bagimu untuk... patuh."

Lacey tersenyum. "Kata itu bahkan tidak ada dalam kamusku."

"Aku tahu." Marissa menghela napas, pura-pura bersimpati. "Yah, Aku hanya berharap pria itu tidak akan menghancurkanmu."

Lacey melangkah mendekat, senyumnya lenyap. "Dia yang harusnya khawatir." Kemudian Lacey kembali melangkah mundur, merapikan gaunnya sambil mengangkat dagunya. "Sekarang, kalau kau berkenan, tunanganku sedang menunggu."

Marissa mengangguk, tetapi senyumnya menghilang ketika dia berbalik pergi, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Setelah saudarinya pergi, Lacey menghela napas. Satu hal baik akibat pertunangannya yang begitu cepat adalah dia tidak perlu meladeni kelakuan Marissa dan saudara-saudara lainnya lagi. Dan ketika dia memiliki anak, dia akan memperlakukan mereka dengan sama... tidak peduli siapa pun ayah mereka. Lagi pula, bukan salahnya ibunya berselingkuh dengan pria lain yang menyebabkan kelahirannya. Kenapa harus dia yang menanggung akibatnya?

Dia merapikan rambutnya ketika terdengar suara ketukan lagi di pintu. Lacey menghela napas, kedua tangannya terjatuh ke sisi tubuhnya. "Marissa, kalau kau ke sini untuk mengganggu lagi, lebih baik kau pergi saja." Lacey menuju pintu dan menariknya hingga terbuka, tapi yang berdiri di ambang pintu adalah ibunya, bukan salah satu saudaranya.

"Boleh aku masuk?" ibu Lacey, Camari, bertanya, matanya dipenuhi air mata.

Lacey melangkah mundur. "Tentu saja, Bu. Ada apa?" Begitu ibunya masuk, Lacey segera menutup pintu.

Sang ibu menggamit tangannya, menatap matanya sementara air mata mengalir di pipinya. "Aku minta maaf kau harus melakukan ini... dan karena ayahmu memperlakukanmu seperti ini."

Lacey menghela napas. "Dia bukan ayahku. Dia selalu memperjelas hal itu sepanjang hidupku."

Camari mengangguk. "Ya. Dan itu adalah salahku. Seharusnya aku menentangnya dari dulu, melarangnya memperlakukanmu seperti ini. Dan sekarang, kau ditunangkan kepada seorang pria yang bahkan lebih buruk darinya." Jari ibunya mengusap bagian bawah kedua matanya. "Ketika Julien mendekati ayahmu untuk menemukan pasangan, ayahmu telah menawarkan Marissa kepadanya, tetapi Julien bersikeras menginginkan kau sebagai pasangannya." Ibunya menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu kenapa. Omong-omong, jangan lengah di depan pria itu. Kudengar dia jahat dan kejam. Berhati-hatilah. Dan cobalah untuk patuh."

Lacey tersenyum. "Ibu, Aku tidak akan pernah menjadi patuh." Kemudian Lacey menarik ibunya untuk memeluknya, dan menatap matanya ketika ia melepaskan diri. "Jika yang dia inginkan adalah anjing peliharaan, maka dia harusnya mengadopsi anjing peliharaan. Meskipun aku mungkin bukan putri seorang Alpha, tetapi aku berjiwa demikian."

Ibunya melangkah mendekat, suaranya merendah menjadi bisikan. "Ayah kandungmu adalah seorang Alpha juga. Jadi ya, kau adalah putri seorang Alpha." Camari menghela napas. "Hanya saja bukan Alpha yang kau pikirkan."

Lacey mengernyitkan dahi. "Lalu siapa ayah kandungku?"

"Namanya adalah Arkin Emerson dari Kawanan Bayangan." Ibunya tersenyum. "Aku akan menceritakan tentang dia kepadamu... suatu saat nanti."

Lacey mendengus. "Kenapa kau tidak pernah memberitahuku soal dia sebelumnya? Aku akan punya tempat untuk pergi dari tempat ini." Camari mengelus lengan Lacey, tetapi Lacey mengelak. "Ibu, kau harusnya memberitahuku - "

"Aku sudah berusaha... ratusan kali," ibunya melangkah mendekat, namun Lacey menyingkir.

Lacey menggeleng, tidak percaya apa yang dia dengar. "Apa dia bahkan tahu soal aku?"

Camari mengangguk, tersenyum dari balik air mata lainnya. "Ya, dia tahu."

"Kalau begitu, bagiku dia sudah mati," sahut Lacey sambil mencepol rambutnya ke atas kepalanya, menampakkan lehernya yang jenjang dan ramping. Hari semakin sore dan dia tidak punya banyak waktu untuk hal lain.

"Kenapa kau berkata begitu?" Keterkejutan tampak di wajah ibunya.

Lacey mengambil buket bunga kuning gading yang telah Julien kirim. "Karena dia tidak pernah berusaha menghubungiku. Tidak pernah sekali pun, selama bertahun-tahun ini." Dia menarik ibunya untuk memberikan pelukan terakhir dan mengecup pipinya. "Aku sayang Ibu."

Camari meletakkan tangan di pipi Lacey. "Aku menyayangimu juga, Sayang. Dan aku minta maaf telah menyebabkan begitu banyak rasa sakit bagimu."

"Ibu, aku tidak marah. Kau telah memberiku sebuah kehidupan." Dia mengecup pipi ibunya sekali lagi dan kemudian menuju pintu. "Sampai jumpa di bawah?"

"Ya, tentu saja." Camari mengangguk, matanya masih berkabut. "Kau tampak cantik, sayang."

Lacey tersenyum. "Terima kasih, Ibu." Kemudian dia melangkah keluar pintu, menuju kehidupan barunya... bertanya-tanya bagaimana kehidupan itu akan berlangsung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 100: Belahan Jiwa

    Setahun kemudian ...."Siap?" Ibu Lacey bertanya sambil tersenyum bangga ketika menatap mata Lacey. Setelah Perang Antar Kawanan, Lacey telah menawarkan ibunya untuk tinggal bersamanya, tetapi karena sekarang Camari benar-benar bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, dia memutuskan untuk menjadi anggota Kawanan Bayangan, kawanan milik Arkin. Lacey bersyukur ibunya dan Arkin telah saling menemukan kembali ... setelah bertahun-tahun ini. Dan rasanya aneh. Thorn dan Camari selalu khawatir akan mati jika salah satu di antara mereka pergi, tetapi ketika berdiri di hadapannya sekarang, Camari tampak baik-baik saja. Lacey menebak itu karena Ikatan Pasangan di antara mereka telah memudar bertahun-tahun yang lalu. Ada begitu banyak hal yang telah terjadi di antara mereka sebelum Thorn wafat.Namun, Lacey menyingkirkan pikiran tersebut, bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun mengacaukan hari ini. Lacey mengangguk. "Ya. Aku siap."Salah satu sudut bibir Camari menyunggingkan senyum. "

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 99: Para Pengawal Ratu Alpha

    Malamnya setelah para Alpha dan keluarganya telah meninggalkan kastel atau beristirahat untuk malam itu, Lacey mempersiapkan diri untuk membicarakan kematian Thorn dan Lynessa pada ibunya."Apa kau ingin aku ikut denganmu?" tanya Julien ketika mereka menuruni tangga. Lacey menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin segera menyelesaikan ini."Julien menariknya hingga berhenti di landasan tangga menuju kamar mereka dan meletakkan kedua tangannya di bahu Lacey, menatap matanya. "Lacey, itu tidak dapat dihindari. Mereka menyerangmu. Ingat itu." Kemudian pria itu menghela napas panjang. "Kalau kau tidak melawan mereka, mereka akan membunuhmu. Itu adalah perlindungan diri."Lacey mengangguk. "Ya, aku tahu. Namun, itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah."Julien mengangguk paham. "Beri tahu aku kalau kau membutuhkanku."Namun, Lacey menarik pria itu mendekat. "Julien, aku bangga padamu malam ini. Kau adalah Alpha Tertinggi yang luar biasa. Kau bukan hanya memikirkan kawananmu, tapi jug

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 98: Keluarga, Bagian 2

    Lacey menghela napas, berpikir. "Julien, aku akan jujur padamu."Pria itu mengelus tangannya dengan ibu jarinya. "Ya, silakan."Lacey mengangguk, lalu menatap matanya. "Roth sangat jahat padaku ketika kami tumbuh bersama. Bukan hanya dia, tapi juga seluruh saudaraku dari Thorn dan ibuku. Kau sudah tahu itu." Dia menggigit bibir bawahnya lalu melepaskannya. "Namun, menurutku satu tahun bukanlah permintaan yang besar untuk membuktikan kesetiaannya padamu, dan padaku." Dia meletakkan tangannya di atas tangan Julien, menggenggamnya. "Setahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan loyalitas dan kesetiaannya. Lalu setelah setahun, jika dia terbukti tidak pantas, kau bisa mencabut jabatan itu darinya." Lacey menepuk tangan Julien dan menatap matanya. "Beri dia kesempatan. Menurutku dia akan menjadi Alpha yang kuat dan setia, jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Terutama karena sekarang Thorn telah tiada."Julien mengangguk dan mengecup tangannya juga. "Kau adalah wanita yang bi

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 97: Keluarga, Bagian 1

    "Terima kasih telah tinggal untuk berbicara denganku," kata Julien pada Roth, Arkin, Seth, dan Chris setelah Alpha-Alpha pergi. Lacey juga tetap tinggal. Sejak pertempuran itu, Julien selalu menyertakannya dalam semua keputusan kawanan, dan mereka telah memimpin Kawanan Bulan Panen bersama-sama sebagai tim. Mereka telah menjadi partner sejati, yang saling menghormati satu sama lain.Julien menghela napas dalam sambil mengambil tempat duduknya. "Aku tidak ingin Alpha-Alpha tahu, jadi aku memutuskan untuk melakukan ini secara pribadi." Kemudian dia menatap Roth. "Roth, aku tahu kau tidak membuat keputusan untuk berpihak pada para serigala rogue dan Rex melawan aku." Jelas sekali, Julien berusaha berprasangka baik kepadanya. "Thorn yang melakukan itu. Namun, kini kau punya kesempatan untuk melakukan hal yang benar."Roth mencondongkan tubuhnya, melipat tangannya di atas meja. "Dan bagaimana Anda ingin saya melakukannya?"Julien menghela napas, kemudian menatap matanya. "Kau harus

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 96: Majelis Para Alpha Kawanan

    Sekitar seminggu kemudian, setelah semuanya telah diatur, Julien mengadakan pertemuan majelis pertama bagi seluruh kawanan di area itu. Dan pertemuan itu mewajibkan seluruh Alpha hadir mengikutinya. Julien menyelenggarakannya di ruang makan kecil yang dihiasi lukisan-lukisan Julien. Meskipun ruang itu jauh lebih kecil daripada aula makan utama, ruangan itu akan cukup untuk pertemuan ini. Lacey telah memastikan bahwa menu makanannya telah disiapkan dengan layak untuk pertemuan itu dan seluruh kawanan diberi ruangan jika mereka memilih untuk menginap. Ketika Chris serta Seth berjalan masuk bersama Arkin, keduanya menjabat tangan Julien ketika pria itu dan Lacey menyambut para Alpha dan pemimpin kawanan di pintu."Julien, aku sangat senang kau melakukan ini," kata Arkin sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelompok yang berbeda-beda. "Sudah waktunya kita semua bekerja sama.""Tepat sekali," Julien menyetujui. "Aku benar-benar mengapresiasi kehadiranmu. Ada beberapa hal yan

  • Pendamping Sang Alpha   Bab 95: Dampak

    Lacey menunggu di dalam bangunan bersama seluruh anggota Kawanan Bulan Panen yang lain, semuanya kelelahan akibat pertempuran. "Siapa pun yang memerlukan penanganan medis, segera pergi ke klinik!" "Siap!" teriak seluruh kawanan bersamaan. Mantel-mantel disodorkan ketika mereka berjalan masuk, dalam wujud manusia mereka, juga sebotol air."Biar aku yang menanganinya." Misty berdiri di pintu dan mengecek lengan seorang manusia serigala yang sedang masuk. "Kau. Pergilah ke klinik." Kemudian dia berhenti pada tiga orang manusia serigala muda. "Kalian bertiga terlihat sangat lelah. Apa kalian terluka?""Tidak, Bu," jawab ketiganya kompak. Misty mengangguk. "Bagus. Kalau begitu naiklah ke atas untuk mandi dan beristirahat. Makanan akan segera disajikan di aula makan.""Ya, Bu." Kemudian ketiganya menaiki tangga.Misty menghabiskan waktunya mengarahkan yang lain alih-alih mengurus dirinya sendiri. "Julien!" Lacey berteriak ketika pria itu berjalan memasuki pintu. Dia berda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status