Share

bab 3: Dicampakkan Teman Kecil

Keesokan harinya Il-Pyo kembali memasuki pinggiran hutan Beast Terlarang sebagaimana biasanya ia memulai hari. Dia lekas memilah pohon yang cocok untuk dijadikan kayu bakar tanpa berani masuk terlalu dalam. Bisa bahaya kalau dia diserang Beast tingkat Rendah Awal sekalipun.

Kapak yang Il-Pyo gunakan untuk mulai menebang pohon adalah satu-satunya harta peninggalan nenek tua yang merawatnya sejak kecil. Bisa dikatakan sekarang ia hidup sebatang kara semenjak nenek tua itu meninggal 3 tahun lalu.

Dari penjelasan nenek tua itu, saat kekacauan 15 tahun lalu, dia dititipkan oleh seorang perempuan misterius yang mengenakan cadar. Jadi, Il-Pyo berpikir kalau dia sudah dibuang dan menjadi tidak begitu peduli dari mana dia berasal dan siapa sebenarnya orang tuanya.

Usai menebang pohon yang tidak terlalu besar dan membawanya ke sisi gubuk tua dengan susah payah. Kayu-kayu yang kemarin sudah dipotong, dikapak, dan dirasa cukup kering usai dijemur dikumpulkan satu-persatu. Il-Pyo menggendong kayu-kayu tersebut di punggung setelah diikat kuat. Kemudian segera membawanya pergi ke pasar untuk ditukar dengan beberapa koin.

Ketika memasuki pintu pasar terbesar di kota Quan. Sekelompok remaja yang hampir setiap hari mengganggunya datang menghampiri, seakan mereka memang sengaja menunggu Il-Pyo di sana.

"Aku dengar semalam kau lagi-lagi membuat keributan di rumah makan. Sampai kapan kau dapat menerima takdirmu sebagai sampah?" ejek seorang pemuda bernama Wen Lan.

Awalnya Il-Pyo ingin mengabaikan mereka sebisa mungkin. Akan tetapi di antara mereka ada gadis yang cukup dekat dengannya, gadis tersebut bernama Xie. Biasanya Xie tidak akan terlibat dengan Wen Lan dan teman temannya.

"Xie, kenapa kau bersama mereka?"

"Kenapa? Apa kau sekarang marah kekasihmu kurebut, Il-Pyo?" sambar pemuda dari keluarga Wen tersebut sebelum Xie dapat menjawab.

Pemuda lain di sisi Wen Lan menambahkan, "Sampah sepertimu tidak pantas bergaul dengan Xie!"

"Dia bukan kekasihku! Mana mungkin aku mau menjalin hubungan dengan sampah sepertinya. Sebelumnya aku terpaksa berteman dengannya hanya karena kasihan dia terus memberikanku makanan," bantah Xie cepat.

Xie cukup dekat dengan Il-Pyo sebelumnya. Dia adalah anak dari pedagang beras yang biasanya membantu Il-Pyo ketika dia tidak berhasil menjual banyak kayu bakar. Sebagai ganti rasa terima kasih, Il-Pyo biasanya memberikan buah-buahan yang dia dapat di hutan kepada Xie.

Dia tidak memiliki perasaan cinta pada Xie. Karena bagi Il-Pyo kekuatan adalah satu-satunya yang dia inginkan. Namun ucapan Xie yang merendahkan dirinya tetap terasa menyakitkan. Apalagi setelah banyak waktu yang mereka habiskan bersama.

"Takutnya lama-kelamaan kau akan menjadi sampah sepertinya. Keputusanmu untuk tidak lagi berteman dengannya adalah hal yang baik. Aku bisa membawamu mencari peruntungan mengikuti ujian masuk sekte Mata Pedang!"

Xie tampak antusias mendengar ucapan dari Wen Lan. "A-apa aku bisa masuk Sekte Mata Pedang?"

"Tentu saja, kau berada di ranah Semi Petarung bintang dua. Setidaknya, jauh lebih berguna dari sampah di depanmu ini," tukas Wen Lan.

Ranah 'Semi Petarung' adalah tingkatan paling dasar yang terdiri dari 9 lapisan bintang. Walaupun ada beberapa kondisi berbeda, pada ranah ini seseorang hanya dapat mengukur Qi mereka dengan batu spiritual tanpa bisa menyerap Qi sekitar ataupun melatihnya.

Kenaikan di ranah ini sangat lambat karena bergantung pada bakat dan berdasarkan usia. Pada ranah Semi Petarung, umumnya usia 15 tahun barulah seseorang sudah mulai dengan mudah berlatih menyerap energi Qi di sekitar, itupun harus melalui Pemurnian Tubuh terlebih dahulu.

"Aku juga akan mengikuti ujian sekte Mata Pedang. Kita bisa pergi bersama jika kau ingin," ajak Il-Pyo.

Xie langsung melayangkan sorot mengejek mendengar perkataan Il-Pyo. Dia menjawab, "Dengan tubuhmu yang tidak memiliki Qi? Apa kau bermimpi? Kau hanya akan mempermalukanku jika aku ikut denganmu."

"Lucu sekali, Il-Pyo! Dibandingkan menjadi petarung. Kau lebih cocok menjadi pencari kayu bakar dan menua di gubuk reutmu itu," tambah Wen Lan.

"Aku pasti akan menjadi murid sekte Mata Pedang, Xie! Aku janji akan membantumu juga," bujuk Il-Pyo lagi dengan sungguh-sungguh. Berharap Xie tidak ikut dengan Wen Lan dan teman-temannya.

"Pasti?" Xie terkekeh jijik saat mendengarnya. "Kau itu sampah! Aku sudah muak mendengar mimpi-mimpimu yang tidak masuk akal!"

"Ah, aku juga sampai bosan menghajar Il-Pyo untuk cepat membangunkannya dari mimpi, Xie.”

Wen Lan mengangguk setuju pada gadis itu. Tidak ia sangka Xie akan termakan hasutan hanya dengan janji mengikuti seleksi sekte Mata Pedang.

Wen Lan lalu beralih menatap Il-Pyo dan kembali berkata, "Aku dan Xie harus bersiap memurnikan tubuh minggu depan. Bersyukurlah hari ini kau akan pulang ke gubuk tua itu tanpa membawa luka seperti biasa. Sampai jumpa lagi ... sampah!"

Wen Lan dan kelompoknya kemudian pergi dengan gelak tawa. Tuan muda dari keluarga nomor dua di kota Quan tersebut sudah merasa puas. Jadi dia tidak lagi memedulikan Il-Pyo. Meninggalkan pemuda itu yang dipenuhi ekspresi masam.

***

Seminggu berlalu dan seluruh generasi muda kota Quan sudah berkumpul pada satu tempat di tengah kota. Tidak hanya terbatas pada mereka yang mencapai usia aman memurnikan tubuh, tetapi juga untuk mereka yang ingin melihat bakat para pemuda di kota Quan. Bahkan perwakilan dari Kekaisaran Nilam serta Alkemis yang diutus oleh Paviliun Pil Obat turut datang.

Kesempatan memurnikan tubuh ini serentak diadakan setiap 1 tahun sekali. Kebetulan tahun ini Il-Pyo sudah bisa turut serta memurnikan tubuh. Dengan harapan dapat memulai kultivasi, ia datang cukup awal dari yang lain.

Barisan jauh di belakang Il-Pyo yang semula rapi menjadi acak kembali ketika seorang gadis cantik berjalan. Membuat semua pemuda menyingkir dan menyerahkan tempat mereka dengan senang hati padanya. gadis cantik dari keluarga nomor satu di kota Quan itu bernama Li Mei. Tidak ada yang tidak mengagumi sosok eloknya.

"Silahkan berdiri di sini Nona Li.” Seorang pemuda mempersilahkan. Namun gadis tersebut terus melangkah lebih jauh ke depan dan dengan senang hati pemuda lain memberikan tempatnya.

Hingga langkah Li Mei itu akhirnya terhenti ketika mendapati seorang pemuda lusuh yang menghalangi jalannya. Dia berdecak tidak senang, "Kau! Kau ingin mati, hah?"

Il-Pyo menoleh heran, "Aku?"

"Iya, siapa lagi yang menghalangi jalanku? Aku ingin berada di depan untuk melihat tokoh penting. Berikan posisimu untukku," tegasnya.

"Aku lebih dulu berada di sini. Harusnya kau datang lebih dulu jika menginginkan tempat ini. Aku tidak akan memberikannya padamu," tolak Il-Pyo. Dia sengaja datang lebih awal untuk mendapatkan tempat yang bagus.

Gadis itu menjadi marah ketika Il-Pyo mengabaikannya. Kemudian fokus pemuda tersebut tertuju pada tokoh penting yang naik ke atas panggung. Di sana, terdapat juga dua buah monumen yang setiap tahunnya digunakan untuk melihat tingkatan kultivasi serta tipe Afinitas Leluhur seseorang usai memurnikan tubuh.

Li Mei merasa tidak akan berakhir baik jika dia mengacau di depan orang-orang penting itu sekalipun dia berasal dari keluarga Li. Ayahnya pernah mengatakan keluarga Li tidaklah begitu berarti jika dibandingkan dengan mereka yang berada di luar kota Quan. Akhirnya, gadis itu terpaksa berdiri di belakang Il-Pyo. Dari sana, cukup sulit melihat tokoh-tokoh yang dikatakan ayahnya memegang peranan penting.

"Abaikan ketidaknyamanan kalian untuk duduk di tempat yang kalian pijak sekarang. Paviliun Pil Obat akan membagikan pil Pemurnian Tubuh. Perlu diketahui, meskipun kalian sudah mencapai usia yang aman untuk memurnikan tubuh. Bukan berarti tidak akan ada halangan ketika melakukannya," jelas tetua Paviliun Pil Obat.

Beberapa murid Paviliun Pil Obat membagikan Pil pada sekian ratus generasi muda yang mengikuti pemurnian tubuh. Il-Pyo segera menelan pil yang diberikan padanya lalu duduk bersila di lantai seperti yang lain.

Dia mengintip dengan sebelah matanya di tengah orang-orang yang sedang fokus memurnikan tubuh mereka. Semua orang tampak berkeringat dan meringis ketika tubuh mereka mulai bereaksi. Il-Pyo sama sekali tidak paham karena tubuhnya tidak menerima sinyal apapun seperti yang dikatakan.

'Apa pil yang diberikan padaku palsu?' pikir Il-Pyo di dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status