Keesokan harinya Il-Pyo kembali memasuki pinggiran hutan Beast Terlarang sebagaimana biasanya ia memulai hari. Dia lekas memilah pohon yang cocok untuk dijadikan kayu bakar tanpa berani masuk terlalu dalam. Bisa bahaya kalau dia diserang Beast tingkat Rendah Awal sekalipun.
Kapak yang Il-Pyo gunakan untuk mulai menebang pohon adalah satu-satunya harta peninggalan nenek tua yang merawatnya sejak kecil. Bisa dikatakan sekarang ia hidup sebatang kara semenjak nenek tua itu meninggal 3 tahun lalu.Dari penjelasan nenek tua itu, saat kekacauan 15 tahun lalu, dia dititipkan oleh seorang perempuan misterius yang mengenakan cadar. Jadi, Il-Pyo berpikir kalau dia sudah dibuang dan menjadi tidak begitu peduli dari mana dia berasal dan siapa sebenarnya orang tuanya.Usai menebang pohon yang tidak terlalu besar dan membawanya ke sisi gubuk tua dengan susah payah. Kayu-kayu yang kemarin sudah dipotong, dikapak, dan dirasa cukup kering usai dijemur dikumpulkan satu-persatu. Il-Pyo menggendong kayu-kayu tersebut di punggung setelah diikat kuat. Kemudian segera membawanya pergi ke pasar untuk ditukar dengan beberapa koin.Ketika memasuki pintu pasar terbesar di kota Quan. Sekelompok remaja yang hampir setiap hari mengganggunya datang menghampiri, seakan mereka memang sengaja menunggu Il-Pyo di sana."Aku dengar semalam kau lagi-lagi membuat keributan di rumah makan. Sampai kapan kau dapat menerima takdirmu sebagai sampah?" ejek seorang pemuda bernama Wen Lan.Awalnya Il-Pyo ingin mengabaikan mereka sebisa mungkin. Akan tetapi di antara mereka ada gadis yang cukup dekat dengannya, gadis tersebut bernama Xie. Biasanya Xie tidak akan terlibat dengan Wen Lan dan teman temannya."Xie, kenapa kau bersama mereka?""Kenapa? Apa kau sekarang marah kekasihmu kurebut, Il-Pyo?" sambar pemuda dari keluarga Wen tersebut sebelum Xie dapat menjawab.Pemuda lain di sisi Wen Lan menambahkan, "Sampah sepertimu tidak pantas bergaul dengan Xie!""Dia bukan kekasihku! Mana mungkin aku mau menjalin hubungan dengan sampah sepertinya. Sebelumnya aku terpaksa berteman dengannya hanya karena kasihan dia terus memberikanku makanan," bantah Xie cepat.Xie cukup dekat dengan Il-Pyo sebelumnya. Dia adalah anak dari pedagang beras yang biasanya membantu Il-Pyo ketika dia tidak berhasil menjual banyak kayu bakar. Sebagai ganti rasa terima kasih, Il-Pyo biasanya memberikan buah-buahan yang dia dapat di hutan kepada Xie.Dia tidak memiliki perasaan cinta pada Xie. Karena bagi Il-Pyo kekuatan adalah satu-satunya yang dia inginkan. Namun ucapan Xie yang merendahkan dirinya tetap terasa menyakitkan. Apalagi setelah banyak waktu yang mereka habiskan bersama."Takutnya lama-kelamaan kau akan menjadi sampah sepertinya. Keputusanmu untuk tidak lagi berteman dengannya adalah hal yang baik. Aku bisa membawamu mencari peruntungan mengikuti ujian masuk sekte Mata Pedang!"Xie tampak antusias mendengar ucapan dari Wen Lan. "A-apa aku bisa masuk Sekte Mata Pedang?""Tentu saja, kau berada di ranah Semi Petarung bintang dua. Setidaknya, jauh lebih berguna dari sampah di depanmu ini," tukas Wen Lan.Ranah 'Semi Petarung' adalah tingkatan paling dasar yang terdiri dari 9 lapisan bintang. Walaupun ada beberapa kondisi berbeda, pada ranah ini seseorang hanya dapat mengukur Qi mereka dengan batu spiritual tanpa bisa menyerap Qi sekitar ataupun melatihnya.Kenaikan di ranah ini sangat lambat karena bergantung pada bakat dan berdasarkan usia. Pada ranah Semi Petarung, umumnya usia 15 tahun barulah seseorang sudah mulai dengan mudah berlatih menyerap energi Qi di sekitar, itupun harus melalui Pemurnian Tubuh terlebih dahulu."Aku juga akan mengikuti ujian sekte Mata Pedang. Kita bisa pergi bersama jika kau ingin," ajak Il-Pyo.Xie langsung melayangkan sorot mengejek mendengar perkataan Il-Pyo. Dia menjawab, "Dengan tubuhmu yang tidak memiliki Qi? Apa kau bermimpi? Kau hanya akan mempermalukanku jika aku ikut denganmu.""Lucu sekali, Il-Pyo! Dibandingkan menjadi petarung. Kau lebih cocok menjadi pencari kayu bakar dan menua di gubuk reutmu itu," tambah Wen Lan."Aku pasti akan menjadi murid sekte Mata Pedang, Xie! Aku janji akan membantumu juga," bujuk Il-Pyo lagi dengan sungguh-sungguh. Berharap Xie tidak ikut dengan Wen Lan dan teman-temannya."Pasti?" Xie terkekeh jijik saat mendengarnya. "Kau itu sampah! Aku sudah muak mendengar mimpi-mimpimu yang tidak masuk akal!""Ah, aku juga sampai bosan menghajar Il-Pyo untuk cepat membangunkannya dari mimpi, Xie.”Wen Lan mengangguk setuju pada gadis itu. Tidak ia sangka Xie akan termakan hasutan hanya dengan janji mengikuti seleksi sekte Mata Pedang.Wen Lan lalu beralih menatap Il-Pyo dan kembali berkata, "Aku dan Xie harus bersiap memurnikan tubuh minggu depan. Bersyukurlah hari ini kau akan pulang ke gubuk tua itu tanpa membawa luka seperti biasa. Sampai jumpa lagi ... sampah!"Wen Lan dan kelompoknya kemudian pergi dengan gelak tawa. Tuan muda dari keluarga nomor dua di kota Quan tersebut sudah merasa puas. Jadi dia tidak lagi memedulikan Il-Pyo. Meninggalkan pemuda itu yang dipenuhi ekspresi masam.***Seminggu berlalu dan seluruh generasi muda kota Quan sudah berkumpul pada satu tempat di tengah kota. Tidak hanya terbatas pada mereka yang mencapai usia aman memurnikan tubuh, tetapi juga untuk mereka yang ingin melihat bakat para pemuda di kota Quan. Bahkan perwakilan dari Kekaisaran Nilam serta Alkemis yang diutus oleh Paviliun Pil Obat turut datang.Kesempatan memurnikan tubuh ini serentak diadakan setiap 1 tahun sekali. Kebetulan tahun ini Il-Pyo sudah bisa turut serta memurnikan tubuh. Dengan harapan dapat memulai kultivasi, ia datang cukup awal dari yang lain.Barisan jauh di belakang Il-Pyo yang semula rapi menjadi acak kembali ketika seorang gadis cantik berjalan. Membuat semua pemuda menyingkir dan menyerahkan tempat mereka dengan senang hati padanya. gadis cantik dari keluarga nomor satu di kota Quan itu bernama Li Mei. Tidak ada yang tidak mengagumi sosok eloknya."Silahkan berdiri di sini Nona Li.” Seorang pemuda mempersilahkan. Namun gadis tersebut terus melangkah lebih jauh ke depan dan dengan senang hati pemuda lain memberikan tempatnya.Hingga langkah Li Mei itu akhirnya terhenti ketika mendapati seorang pemuda lusuh yang menghalangi jalannya. Dia berdecak tidak senang, "Kau! Kau ingin mati, hah?"Il-Pyo menoleh heran, "Aku?""Iya, siapa lagi yang menghalangi jalanku? Aku ingin berada di depan untuk melihat tokoh penting. Berikan posisimu untukku," tegasnya."Aku lebih dulu berada di sini. Harusnya kau datang lebih dulu jika menginginkan tempat ini. Aku tidak akan memberikannya padamu," tolak Il-Pyo. Dia sengaja datang lebih awal untuk mendapatkan tempat yang bagus.Gadis itu menjadi marah ketika Il-Pyo mengabaikannya. Kemudian fokus pemuda tersebut tertuju pada tokoh penting yang naik ke atas panggung. Di sana, terdapat juga dua buah monumen yang setiap tahunnya digunakan untuk melihat tingkatan kultivasi serta tipe Afinitas Leluhur seseorang usai memurnikan tubuh.Li Mei merasa tidak akan berakhir baik jika dia mengacau di depan orang-orang penting itu sekalipun dia berasal dari keluarga Li. Ayahnya pernah mengatakan keluarga Li tidaklah begitu berarti jika dibandingkan dengan mereka yang berada di luar kota Quan. Akhirnya, gadis itu terpaksa berdiri di belakang Il-Pyo. Dari sana, cukup sulit melihat tokoh-tokoh yang dikatakan ayahnya memegang peranan penting."Abaikan ketidaknyamanan kalian untuk duduk di tempat yang kalian pijak sekarang. Paviliun Pil Obat akan membagikan pil Pemurnian Tubuh. Perlu diketahui, meskipun kalian sudah mencapai usia yang aman untuk memurnikan tubuh. Bukan berarti tidak akan ada halangan ketika melakukannya," jelas tetua Paviliun Pil Obat.Beberapa murid Paviliun Pil Obat membagikan Pil pada sekian ratus generasi muda yang mengikuti pemurnian tubuh. Il-Pyo segera menelan pil yang diberikan padanya lalu duduk bersila di lantai seperti yang lain.Dia mengintip dengan sebelah matanya di tengah orang-orang yang sedang fokus memurnikan tubuh mereka. Semua orang tampak berkeringat dan meringis ketika tubuh mereka mulai bereaksi. Il-Pyo sama sekali tidak paham karena tubuhnya tidak menerima sinyal apapun seperti yang dikatakan.'Apa pil yang diberikan padaku palsu?' pikir Il-Pyo di dalam hati.Pola lingkaran Qi ungu raksasa terbentuk di langit. Untaian benang Qi berukuran besar keluar jatuh dari sana, seakan-akan kerangka langitlah yang sedang runtuh ke bumi. Tidak hanya satu, tapi bertumpuk-tumpuk lapisan jaring. Di saat yang sama Ling Cao melompat dari gagaknya. Teknik yang sudah diperkuatnya tersebut terbang cepat menuju di mana Zhou Xun berada. Tentu saja sebelum mencapai target, serangan tersebut terlebih dahulu harus menembus jaring yang dijatuhkan berlapis-lapis. Peraduan yang menghempas udara terjadi. "Tc, apa ini yang disebut sebagai teknik penjerat terkuat keluarga Zhou?" gumam Ling Cao sambil terus mengupayakan tekniknya mengalahkan teknik Zhou Xun. Jaring-Jaring Qi baru berjatuhan ketika ada lapisan jaring yang ditembus. Seiring dengan hal tersebut, energi Zhou Xun berkurang banyak. Pada dasarnya teknik 'Simpul Langit yang Mendalam' adalah teknik kebangaan keluarga Zhou. Teknik yang dikatakan memiliki atribut penjerat Qi terkuat. Atribut ini mengurangi e
Usai semua anggota keluarga Zhou pergi membantu ke garis depan peperangan. Di langit kediaman keluarga Ling kini tersisa Zhou Xun dan juga Ling Cao. Dominasi Aura yang terlepas dari keduanya berusaha saling menekan. "Baiklah, aku akan mencari seluruh keluarga Zhou setelah lebih dulu mengalahkanmu," ucap Ling Cao saat Zhou Xun sepenuhnya berhasil membuat suruh anggota keluarga Zhou lepas darinya."Pastikan itu tidak sebaliknya, karena di sini akulah yang akan membunuhmu. Kau harus ingat bahwa keluarga Zhou adalah keluarga nomor satu penopang Kekaisaran," jawab Zhou Xun sudah terlalu muak dengan permusuhan mereka. "Hutang pencegatan jenius keluargaku saat kembali dari Pesisir Pantai Putih juga akan kita selesaikan di sini."Sebagai patriark di keluarga masing-masing, belum pernah Zhou Xun dan Ling Cao bentrok secara langsung. Hari ini adalah pertama kalinya Afinitas Leluhur tipe Pembunuh terbaik akan ditentukan. Ling Cao dengan pemilik Afinitas Leluhur gagak putuh, atau Zhou Xun dengan
"Kau tidak apa-apa?" tanya Zhou Ye berjalan menghampiri Il-Pyo.Sebelum berhasil menyerang Nangong Yixin, Il-Pyo terlebih dahulu terkena tendangan berapi dan juga bola-bola api. Meski dia menggunakan Afinitas Leluhur untuk memperoleh pemulihan, dia tetaplah menerima serangan yang mengkhawatirkan."Tenang saja, ini tidak akan menjadi masalah," jawab Il-Pyo.Il-Pyo kembali merubah Afinitas Leluhur-nya menjadi tipe cahaya hijau. Digabung efek dua pil yang dia telan, pemulihan menjadi sangat cepat. Dia bangkit berdiri dan menghampiri tubuh Nangong Yixin yang tidak memiliki kesempatan melawan lagi."Ba-bagaimana kau bisa bangkit lagi setelah semua yang kulakukan? Aku dapat memastikan kau terkena penuh serangaku," ucap Nagong Yixin dengan tidak percaya.Sebuah pedang muncul di tangan Il-Pyo. "Selamat tinggal," pamitnya tanpa mau repot menjelaskan.Setelah Nangong Yixin benar-benar dikalahkan, Il-Pyo dan Zhou Ye memandang sekitar. Di mana-mana terjadi pertarungan. Berkat tidak adanya patria
Percikan-percikan api berkobar di kulit Nangong Yixin. Tekanan pertarungan yang dirasakan Zhou Ye serta Il-Pyo dalam sekejap meningkatkan tajam. Sementara itu, ledakan dahsyat terus menggema di langit, menandakan pertarungan para elit keluarga juga mencapai puncaknya.Nangong Yixin menghilang meninggalkan bayangan samar. Sedetik setelahnya dia dengan tidak terduga muncul di samping Zhou Ye. Tendangan yang mengarah ke bagian belakang, gadis itu tanggulangi menggunakan untaian rantai Qi ungu. Namun, itu hanyalah serangan tipuan. Nangong Yixin menarik kakinya dan berputar untuk menyerang sisi kepala bagian samping dengan momentum tendangan ke dua."Kau melupakanku," ucap Il-Pyo menangkis serangan Nangong Yixin serta balas memukulnya mundur."Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" Zhou Ye segera memanfaatkan celah untuk mengembalikan serangan.Nangong Yixin salto beberapa kali ke belakang guna mengambil jarak. Setelahnya, dia membuat segel tangan dan dengan seruan teknik Qi menciptakan gajah
"Keluarga Liu! Lancang sekali kalian membawa pasukan ke ibu kota. Tarik kembali pasukan kalian karena Kekaisaran tidak akan pernah mentolerir segala jenis pemberontakan!" Dari atas benteng ibu kota nan kokoh Putra Mahkota berteriak dengan lantang. Tepat di hadapannya, puluhan ribu pasukan dari prefektur Qilin telah siap dengan serangan mereka.Patrick keluarga Liu mendecih saat mendengar ancaman itu. Peringatan putra mahkota—Nilam Cheng Yen—malah dibalasnya dengan seruan melepas serangan. Panah serta tombak seketika menghujani ibu kota walaupun tampak sebuah formasi menahan semua dampak kerusakan.Ratusan ahli prefektur Qilin lanjut terbang ke atas. Baik teknik Qi ataupun Teknik Leluhur langsung mereka serukan dalam upaya menjebol pertahanan ibu kota. Tanpa menghancurkan formasi terlebih dahulu, mustahil ada serangan mereka yang akan berhasil.Tentu saja mereka yang ada di dalam benteng tidak tinggal diam. Semua pasukan mengangkat senjata dan balas menyerang. Dalam sekejap ibu kota d
Tidak ingin menjawab provokasi Il-Pyo hanya dengan kata-kata, sosok itu langsung menghilang dari tempatnya berdiri. Spontan saja tubuh Il-Pyo ikut berkedip kala melepas kecepatan ledakan kaki terbaiknya ke depan.BAAAAAANG!Di tengah jarak keduanya muncul dua bayangan dengan pukulan yang saling beradu. Dampaknya, hempasan udara yang cukup berfluktuasi menyebar ke segala arah. Pertentangan sengit terjadi beberapa saat selagi mereka berusaha saling mendominasi.Secara penilaian kasar kekuatan Il-Pyo meningkat karena kali ini ditambahkannya Benih Api. Namun, ranahnya yang masih jauh di bawah ranah lawannya membuat ia hanya mampu mengimbangi. Kesamaan kekuatan ini membuat mereka sama-sama terdorong pada akhir momentum pertemuan pukulan itu. Sesaat mendapatkan pijakan kembali, baik Il-Pyo ataupun sosok itu langsung memberikan serangan susulan. Mereka kembali berubah menjadi bayangan yang setiap jejaknya membuat tanah menjadi kehancuran."Sekarang mana yang lebih panas? Apimu atau apiku?"