Share

5. Beruang Keji

Setelah menyelamatkan Bian, Dong Zhuo memproklamasikan diri sebagai Perdana Menteri.

Kaisar tidak bisa bertindak banyak, akibat insiden sepuluh kasim dan He Jin, terjadi power vacuum di kekaisaran. Jabatan-jabatan kosong terisi oleh orang-orang kepercayaan Dong Zhuo, membuat status quo Dong Zhuo semakin besar. Hal ini nampak pada rapat mingguan di kekaisaran.

“Kaisar datang!” teriak seorang kasim.

Para pejabat membungkuk mengucapkan kalimat panjang umur kepada Bian.

Bian duduk di singgasana. “Berdiri lah kalian semua.”

Harusnya pada rapat seperti ini, semua pejabat masuk dan harus menunggu Kaisar. Mereka berbaris rapi, tanpa membawa senjata, juga wajib melepas sepatu. Kali ini berbeda, satu orang dari mereka merusak tatanan krama.

“Perdana Menteri tiba!”

Suara derap sepatu semakin mendekat. Dong Zhuo melangkah santai menenteng pedang juga memakai pakaian perang masuk ke ruang rapat.

Beberapa menteri yang baru menjabat, orang-orang yang dia masukkan, memberi hormat kepadanya selayak memberi hormat pada Kaisar.

“Lancang kalian semua, memberi hormat pada Menteri?” ucap Bian sampai menggebrak meja.

Akan tetapi tidak ada yang membantunya. Hal ini hanya membuat Dong Zhuo memandang sinis pada Kaisar, lalu dia memberi salam.

“Panjang umur Kaisar! Maaf atas kelancangan orang-orang baru ini. Mereka hanya memberi hormat pada kaisar dan orang yang mereka hormati.”

Dong Zhuo masuk ke dalam barisan menteri perang dan rapat pun dimulai.

Satu persatu para menteri memberi laporan tentang apapun yang terjadi di kerajaan dan menunggu perintah Kaisar.

Dong Zhuo menyerobot. Dia memberi hormat pada Kaisar lalu berkata dengan lantang.

“Pasukan Xi Liang sangat menderita, mereka hidup di perbatasan demi menjaga ketenteraman. Akan tetapi gaji mereka sedikit. Kita bisa menaikkan pajak untuk menutupi biaya pengeluaran militer.”

“Kita sedang dalam keadaan genting,” jawab Bian. “Baru-baru ini pemberontakan Yellow Turban terjadi, dan banyak rakyat menderita. Menaikkan pajak tidak bisa terjadi. Mungkin esok ketika perekonomian pulih, baru kita naikkan gaji mereka.”

“Mereka akan memberontak jika Yang Mulia tidak memberi gaji yang pantas,” ucap Dong Zhuo, dengan lantang tanpa memberi hormat. Dia meremas gagang pedang. “Harap Anda bijaksana.”

Semua pejabat yang hadir berbisik-bisik tanpa bisa menjawab. Mereka tahu Dong Zhuo hanya ingin meminta uang pada Kaisar untuk kepentingannya sendiri.

Hanya saja mereka lebih tahu dari siapapun juga mengenai ratusan pasukan yang menanti di luar sana. Pasukan Xi Liang hanya setia pada Dong Zhuo, bukan Han.

“Kalau begitu memberontak saja, biar kuhabisi mereka semua. Han tetap berjaya, selama aku masih hidup,” jawab Bian.

Kedua tangan Bian bergetar, kaki serasa layu. Dia berkata demikian hanya menggertak, tiada kekuatan untuk membuktikan semua itu.

“Anda pasti akan menyesal.”

Tanpa memberi hormat atau meminta ijin untuk pergi, Dong Zhuo melangkah keluar dari ruang singgasana. Beberapa menteri yang mendukungnya ikut keluar, membuat keributan di setiap langkah.

Bian ambruk terduduk di singgasana. Kaisar muda tiada yang membimbing, apalagi punya suporter. Dia sadar, aura kaisar saja tidak cukup untuk memimpin kekaisaran, terlebih yang diambang kehancuran.

“Rapat ditutup!” teriak kasim muda.

Sisa pejabat di ruang singgasana bersujud ketika Kaisar melangkah pergi.

Setelah rapat, Bian mengumpulkan jenderal kepercayaan. Mereka yang setia kepada mendiang He Jin, sekarang setia padanya.

Di ruang paviliun, Bian duduk sementara ketiga jenderal bertekuk lutut, sama seperti tempo hari ketika He Jin memperkenalkan mereka.

"Yang Mulia jangan takut, hamba akan menjaga Yang Mulia," ucap Cao Cao. "Pasukan kavaleri tidak kalah kuat ddari para bar-bar Xi Liang. Kami akan memukul mereka keluar dari istana jika perlu."

Bian menyeringai. "Ketika keadaan genting, apa kamu akan menolongku, atau Ibuku?"

Pertanyaan itu membuat Cao Cao bingung, tetapi dengan mantap dia menjawab.

"Aku akan menolong kalian semua, karena aku telah berjanji pada Kaisar Ling--"

Bian terbahak lepas. "Baik, tidak usah terlalu serius. Loyalitasmu tidak sedang aku pertanyakan. Zhu Cun, kamu siapkan para pasukan loyal di sekitar istana. Jika pemberontakan terjadi, langsung masuk."

"Siap Laksanakan!"

"Yuan Shao, kembali ke kota Ye, siapkan pasukan terhebat di sana. Aku yakin Dong Zhuo akan memberontak dan membawa lebih banyak pasukan Xi Liang. Pasukan Istana tidak bisa bertempur melawan mereka." 

"Laksanakan!"

Bukan tanpa sebab semua ucapan Bian. Dia tahu, pasukan Ibukota memang terlatih dengan baik. Akan tetapi mereka tidak pernah bertempur.

Melawan pasuan elit yang setiap hari bertempur di perbatasan melawan para bandit di taring basin, mereka tidak akan bisa bertahan lama. 

Yuan Shao dan Zhu Cun pergi, meninggalkan Cao Cao sendiri bersama Bian. Cao Cao bingung dengan keadaan ini.

"Cao Cao. Aku percaya padamu, jadilah pelindungku. Pimpin pasukan penjaga Kaisar, mengerti?"

"Hamba mengerti!" Dia bersujud berkali-kali.

Akan tetapi Bian punya tujuan lain kenapa memilih Cao Cao. Dia tahu, Cao Cao akan mengorbankan nyawa, walau bukan demi dirinya, tapi demi Ibu Suri. 

Cao Cao berkata, "Yang Mulia tenang saja, hamba akan selamanya berada di sebelah Yang Mulia dan Ibu Suri, juga Pangeran Xian. Hamba akan menjaga kalian seperti menjaga keluarga sendiri."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status