Home / Fantasi / Pendekar Elemen Ganda / Bab 3-Sepanjang Tahun

Share

Bab 3-Sepanjang Tahun

Author: Murlox
last update Last Updated: 2023-12-02 15:04:28

Dengan langkah mantap, Mandala melangkah meninggalkan pondok kayu, membawa cerita dan warisan orang tuanya, serta tekad untuk menjalani hidup dengan penuh arti. Kakek Gawan berjalan di sebelahnya, memberikan dukungan dan bijak nasihat di setiap langkah perjalanan Mandala yang baru saja dimulai.

...

Berjalan sepanjang hari melewati hutan, dua orang laki-laki tiba di ujung jalan setapak menuju sebuah desa di bawah kaki bukit.

"Nak, lihat itu adalah tempat tinggal kakek, desa Jelok," ucap Kakek Gawan sambil menunjuk ke arah pemukiman di seberang sungai.

Mandala, yang baru pertama kali melihat tanah dengan bukit dan padang rumput yang luas, merasa terpukau. Dia yang terisolasi selama dua tahun di kedalaman hutan semakin meningkatkan rasa keingintahuannya tentang dunia yang luas ini.

Mandala dan Kakek Gawan menyeberangi sungai, berjalan di atas jembatan kayu sederhana. Saat mencapai desa Jelok, mereka disambut hangat oleh penduduk setempat, beberapa orang tampak bertanya-tanya ketika melihat anak kecil di belakang kakek Gawan mengikuti. Tidak hanya diam, kakek gawan yang di kenal sebagai Mak Gawan memperkenalkan Mandala pada beberapa temannya.

Di tengah pasar desa, aroma masakan khas dan warna-warni kain tradisional menarik perhatian Mandala. Kakek Gawan membawa Mandala ke rumahnya, sebuah gubuk kayu di pinggir desa.

"Nak, ini adalah rumahku, mulai sekarang tinggallah disini," ucap kakek Gawan pada bocah kecil di sampingnya.

Mandala mengangguk, dengan patuh berjalan memasuki rumah kemudian menaruh barang bawaannya. Memang rumah kayu tampak sederhana, namun itu lebih baik jika dibandingkan dengan pondok reot yang dia tinggali sebelumnya. Tidak ada komplain darinya, jelas karena Mandala terbiasa hidup sebagai anak dari golongan miskin.

Malam pun tiba, di bawah langit berbintang, Kakek Gawan dan Mandala berbagi cerita, mengukuhkan ikatan baru mereka.

Dengan setiap hari yang berlalu, Mandala tidak hanya belajar tentang kehidupan di desa Jelok, tetapi juga membuka lembaran baru dalam petualangannya, menyelami kekayaan dunia yang selama ini tersembunyi baginya. Di sana, Mandala diperkenalkan dengan kehidupan sehari-hari, dari pertanian hingga kisah-kisah nenek moyang.

"Ngomong-ngomong, di desa ini kakek bekerja sebagai seniman bela diri. Kakek membuka padepokan kecil yang terdiri dari beberapa murid," kata Kakek Gawan, hal ini membuka rasa keingintahuan pada Mandala.

Mendengar kisah Kakek Gawan, Mata Mandala berbinar-binar. "Apakah aku juga bisa belajar seni bela diri, kek?" tanya Mandala penuh antusias.

Kakek Gawan tersenyum lembut. "Tentu, Nak. Jika kau berminat, padepokanku terbuka untukmu. Kita akan memulai perjalanan baru bersama."

Mandala merasa bergetaran gembira, dan keingintahuannya semakin berkobar. Dahulu, ibunya pernah bercerita tentang seniman bela diri, termasuk ayahnya yang merupakan seniman bela diri yang cakap. Tapi, cukup disayangkan bagi Mandala yang tidak pernah berjumpa dengan sang ayah. Ibunya bahkan tidak mengatakan banyak setelah mengungkit sang ayah, hal ini sedikit menanamkan kekecewaan pada dirinya.

"Kek, aku hanya tahu sedikit tentang seniman bela diri. Bisakah Kakek menjelaskan lebih banyak?" ucap Mandala, melirik Mak Gawan.

Mak Gawan tersenyum lembut melihat rasa ingin tahu Mandala. "Tentu, Nak. Seniman bela diri bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi juga kebijaksanaan dan harmoni. Mereka belajar untuk melindungi, bukan hanya diri sendiri, tapi juga orang-orang tercinta dan kebenaran."

Sambil duduk bersama di dekat tungku api dan menyantap ubi bakar, Kakek Gawan mulai menguraikan filosofi seniman bela diri. Dia membicarakan nilai-nilai seperti disiplin, rasa hormat, dan kedamaian yang menjadi landasan seni bela diri. Mandala mendengarkan dengan penuh kagum, semakin terpikat oleh keindahan yang melibatkan jiwa dan pikiran.

"Tapi, Kek, kalau begitu, mengapa masih ada yang bertarung satu sama lain?" tanya Mandala tetap dengan rasa penasaran.

"Banyak orang menggunakan seni bela diri sesuai kata hatinya, memanfaatkannya demi keuntungan pribadi, bahkan menggunakannya di jalur kejahatan," jawab Kakek Gawan.

"Cukup tanamkan kebenaran dalam hatimu, nak. Meskipun anak seusiamu mungkin belum memahami sepenuhnya, lambat laun kamu akan paham dengan sendirinya," lanjut sang Kakek.

Seperti yang dikatakan kakek, Mandala merasa terlalu dini untuk memahami pelajaran semacam itu, sehingga dia dengan cepat merasa kelelahan dan mengantuk.

Sang kakek agak terkejut dan mulai tersenyum, tidak menyangka Mandala memiliki pemahaman dasar dalam setiap pertanyaannya, walaupun sedikit lebih kecil. Berbeda dengan anak-anak seumuran Mandala, mereka justru lebih terpaku pada bermain-main.

Mandala kecil tertidur, menjadikan kakek Gawan sebagai sandarannya. Dengan begitu sang kakek meraih tubuh kecil anak itu dan membawanya ke atas ranjang kayu. Membiarkan Mandala tertidur nyenyak dengan selimut kain putih kasar, mengingat dia belum istirahat selama setengah hari penuh.

Kakek Gawan menghela nafas ringan, menunjukkan senyum hangat, kemudian dia juga pergi tidur di ranjang lain.

...

Enam belas tahun kemudian, seorang pemuda berambut hitam dan berkulit putih, berdiri di dekat pohon dengan dedaunan yang rimbun, memiliki postur tubuh yang menyerupai seorang prajurit. Pemuda itu tampak menari-nari, mengikuti arah hembusan angin dengan gerakan kuda-kuda seorang seniman bela diri. Ia tak lain adalah Mandala, yang dahulu merupakan seorang bocah kecil dan kini telah tumbuh menjadi pemuda dewasa.

Mandala menatap langit biru yang cerah, mencermati jejak perjalanannya sejak kecil. Dalam perjalanannya, dia memperoleh kebijaksanaan dari Kakek Gawan yang selalu menjadi sandaran dalam hidupnya.

Dengan kepiawaian bela diri dan kepekaannya terhadap alam, Mandala menjadi pemuda yang dihormati di desanya. Dia tidak hanya mahir dalam seni bela diri, tetapi juga memiliki hati yang penuh kebaikan.

Bahkan saat itu, suatu ancaman baru menghampiri desa Jelok. Sebuah kelompok penjahat yang mengincar kekayaan alam desa dengan kejamnya. Mandala, bersama dengan tiga murid seperguruan, bersiap untuk melindungi kehidupan damai yang telah mereka bangun bersama. Dengan keahlian Mandala serta dukungan ketiga saudaranya, dia dapat mengusir selusin perampok hingga membuat mereka babak belur.

Bertahun-tahun melatih seni bela diri dengan bimbingan Kakek Gawan, Mandala kini menjadi seniman bela diri ulung di Desa Jelok.

Sementara kakek Gawan setiap harinya semakin menua, Mandala yang semakin cakap menggantikannya sebagai guru di padepokan kecil milik sang kakek.

Di padepokan kecil itu, Mandala dengan penuh dedikasi melatih tidak lebih dari selusin generasi muda desa dalam seni bela diri dan nilai-nilai kehidupan. Semangat dan kebijaksanaannya seakan menjadi cahaya pemandu bagi murid-muridnya.

Dalam tugasnya sebagai guru, Mandala tidak hanya mengajarkan teknik bertarung, tetapi juga pentingnya moral, disiplin, dan rasa tanggung jawab.

Tapi, setelah bertahun-tahun tinggal di bawah pengawasan Kakek Gawan, ada satu hal yang belum pernah dia pelajari seutuhnya.

"Kek, usiaku telah mencapai 18 tahun. Haruskah aku memulai melatih tenaga dalam?" ucapnya menghadap Kakek Gawan yang semakin tua.

Kakek Gawan menatap Mandala dengan bijak, sorot matanya penuh pengertian. "Tenaga dalam adalah perjalanan pribadi yang harus diambil oleh setiap prajurit sejati. Meskipun aku tidak pernah secara eksplisit mengajarkannya padamu, namun kau selalu membawa kebijaksanaan dalam hatimu."

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 23-Secercah Harapan

    Mendengar itu, Mandala sedikit merasa aneh. Sebenarnya, bukan itu yang dia maksudkan, tapi entah mengapa gadis ini memiliki begitu banyak pertanyaan.Mandala mencoba menjelaskan, "Tentu aku bersedia bekerja sama, tapi kita juga harus fleksibel. Mungkin akan ada situasi di mana kita harus bergerak sendiri. Yang penting, kita saling mendukung dan berbagi informasi.""Baiklah kalau begitu," kata Hayin. "Aku juga akan berusaha menemukan informasi mengenai kebenaran semua ini."Berpikir untuk menemukan ide dalam memecahkan masalah, Mandala dan Hayin berusaha keras mengobrak pikirannya, memikirkan rencana apa yang harus dia lakukan.Tapi, dengan kekuatannya saat ini, menghadapi bahaya tak terduga ataupun berurusan dengan para Mangku misterius itu sangatlah mustahil baginya. Bukan hanya dirinya, bahkan seluruh pemuda yang senasib dengannya tidak akan mampu mengatasi orang-orang itu, walaupun jumlah mereka terbilang banyak.Dalam keheningan gua yang gelap, Mandala dan yang lainnya terus menca

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 22-Belenggu Pengikat

    Mandala dan para anak muda berdiri bersama, memperhatikan dengan seksama sosok Mangku yang tampak memiliki aura mencekam dan menakutkan. Mereka merasakan kehadiran yang kuat dan misterius dari para Mangku tersebut.Tak seorang pun menunjukkan celah identitas mereka, hampir semua tubuh mereka tertutup kain hitam, kecuali daerah sekitar mata.Anak-anak muda yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menggigit bibir dengan rasa takut dan khawatir.Sejak diculik, mereka terikat tali cukup lama, tanpa mengetahui alasan atau penyebabnya. Ikatan itu kemudian dilepaskan, namun mereka dibawa ke tempat yang tidak diketahui.Sekarang, mereka berdiri kaku, menyembunyikan keresahan hati masing-masing di hadapan sekelompok orang berbahaya ini."Satu hal yang harus kalian ketahui, mulai sekarang kalian akan menghadapi kehidupan seperti neraka, dan jangan coba-coba kabur dari sini." Nada suara yang dingin masih membingungkan.Sebagian dari pemuda yang diculik tidak mengerti perkataan itu."Tunggu, apa maksud

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 21-Rencana kelompok Misterius

    Waktu berlangsung sangat lambat bagi Mandala yang terkurung di dalam gerbong tanpa dapat bergerak bebas.Di dalam gerbong kereta itu, Mandala tak mengetahui berapa waktu yang telah berlalu. Namun, menurut perkiraannya, telah lewat satu hari penuh, dari malam hingga malam lagi.Langkah kuda dan roda gerbong kereta tiba-tiba berhenti bergerak, memberikan sedikit rasa tegang dan kepanikan di antara Mandala dan anak-anak lainnya.Tak lama pintu kayu yang dilapisi jeruji besi perlahan terbuka, memperlihatkan nyala obor dan sekelompok orang berpakaian hitam. Penampilan mereka tampak misterius di mata anak muda yang tinggal di dalam gerbong."Kalian semua bisa keluar!" tukas salah seorang dari sekelompok sosok misterius itu.Mereka ragu-ragu sejenak, namun dengan terpaksa melangkah keluar setelah melihat tatapan tajam dari mata sekelompok orang misterius itu.Setelah keluar dari gerbong, Mandala dan anak-anak lainnya dikepung oleh sosok-sosok misterius. Suasana tegang semakin terasa ketika s

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 20-Penculikan?

    Ketika malam semakin larut, sosok Mandala tiba-tiba membuka mata dari tidurnya yang nyenyak. Entah mengapa, ia merasakan kegelisahan dalam dirinya tanpa penyebab pasti. Mandala kemudian bangun dari tempat tidurnya, mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun, ia hanya menemukan kamar yang tenang, diterangi oleh cahaya samar dari lampu minyak."Apa aku baru saja bermimpi buruk?" ungkapnya dengan rasa keanehan."Kurasa tidak, atau mungkin aku terlalu kelelahan," ucapnya lagi sebelum hendak duduk bersila di atas lantai kamar penginapan.Tapi, secara tak terduga, sosok berseragam hitam muncul di belakangnya, memberikan Mandala kejutan yang luar biasa.Sayangnya, ia tidak dapat bereaksi tepat waktu sebelum sosok berseragam hitam itu menghantam tengkuknya dengan keras, membuat Mandala terjatuh pingsan dalam sekejap mata."Target terakhir selesai," bisik kata sosok itu.Ia kemudian membawa tubuh Mandala yang jatuh pingsan di atas bahunya, keluar melewati jendela kamar pengitapan di tempa

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 19-Kemenangan

    Semuanya mengangguk setuju, berdasarkan penilaian mereka, tidak ada yang memenuhi syarat untuk memasuki perguruan, kecuali para peserta mencapai peringkat sepuluh besar, atau mungkin mendapatkan pengecualian berdasarkan performa mereka.Kembali ketika tombak-tombak tanah terbang ke arah Mandala dengan kecepatan luar biasa yang tidak mungkin dihindari oleh orang biasa.Namun, Mandala dengan keahliannya menghindari serangan itu seolah itu hanya angin yang berlalu. Terhitung selusin tombak terbang di udara, melewati tubuh Mandala yang bergerak seperti kilat membentuk lintasan cahaya yang luar biasa.Di balik tekanan yang luar biasa, terdapat kekuatan hebat yang baru saja bangkit dalam dirinya. Hal ini mendorong Mandala menuju tingkatan yang beberapa kali lebih tinggi dibanding kemampuan yang dia miliki sebelumnya.Gamara dengan ekspresi terkejut, ia tak menyangka serangan terkuatnya akan dihindari dengan semudah itu.Sekejap mata, sosok Mandala muncul tepat di hadapan Gamara, membuatnya s

  • Pendekar Elemen Ganda   Bab 18-Mandala VS Gamara

    Sayangnya, Mandala dengan sigap menghindari serangan tersebut dengan gerakan yang sangat gesit. Keduanya saling berhadapan dalam pertarungan yang semakin mendebarkan.Mandala tidak tinggal diam. Dengan kecepatannya yang didorong oleh unsur angin, ia mendekati Gamara dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Gamara, sementara itu, terus menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan unsur tanah, menciptakan rintangan dan perangkap di sekitar arena.Pertarungan menjadi semakin kompleks dengan setiap serangan dan kontra yang dilancarkan. Teknik tenaga dalam dan gerakan bela diri tangan kosong saling berkejaran di tengah arena. Penonton terlihat antusias oleh pertunjukan kekuatan dan keahlian yang ditunjukkan oleh kedua petarung.Tetua Manik Putih di podium penjurian, sementara itu, memperhatikan dengan cermat. Ia meresapi setiap aspek pertarungan, mencoba memahami kedalaman strategi dan keahlian bela diri yang ditunjukkan oleh Gamara dan Mandala.Di tengah intensitas pertarungan, Gamara dan Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status