Share

Bab 4-Energi Batin

Mandala mengangguk menghormati. "Apa yang sebaiknya aku lakukan, Kek?"

Dengan senyum lembut, Kakek Gawan menjawab, "Dengar, setiap seniman bela diri terbagi menjadi dua, yaitu seniman bela diri biasa dan sejati. Kau pasti tahu, seniman bela diri biasa hanya dapat menggunakan kemampuan fisik tanpa tenaga dalam, sementara seniman bela diri sejati mampu menggabungkan keduanya."

"Dalam aturan negeri ini, seniman bela diri yang dapat mengolah tenaga dalam memiliki keistimewaan tersendiri. Tenaga dalam yang bangkit biasanya memiliki keterkaitan dengan satu dari lima elemen, sehingga para seniman bela diri yang mengolah tenaga dalam juga dapat memanifestasikannya dalam bentuk elemen tunggal," ucap Kakek Gawan.

Walaupun dia tidak secara eksplisit mengolah tenaga dalam, pengetahuannya tentang itu cukup tinggi. Apa yang dia maksud merujuk pada setiap seniman beladiri yang membangkitkan energi batin akan memperoleh salah satu dari lima elemen, yaitu Api, Air, Angin, Tanah dan Petir.

Kakek Gawan menunjukkan contoh kecil dengan melakukan gerakan sederhana dalam kuda-kudanya. Hembusan angin sepoi-sepoi berputar di sekeliling Kakek Gawan, namun karena kondisi fisik yang kian menua, dia tidak dapat menunjukkannya lebih lama. Mandala tahu ini, dan dia memakluminya walau agak semakin penasaran dengan teknik tenaga dalam kakeknya.

"Mandala, untuk membangkitkan tenaga dalam, seseorang memerlukan sesuatu yang disebut Lekong. Itu adalah ramuan khusus untuk mempercepat kebangkitan energi batin seseorang," ucap sang kakek.

Mandala mendengarkan dengan penuh perhatian, mata yang penuh keingintahuan. "Lekong adalah kombinasi dari tanaman herbal langka dan kebijaksanaan kuno yang diwariskan dari generasi ke generasi," lanjut sang kakek, matanya berkilat dengan semangat.

"Dalam setiap serat Lekong, terkandung kekuatan alam yang membantu memfokuskan dan memperkuat energi batin. Akan sangat membantu dalam perjalananmu menggali kedalaman tenaga dalam dan keterampilan seni bela diri," tambahnya sambil menunjukkan seikat ramuan hijau yang terjaga dengan cermat di tangan.

"Bangkitkan tenaga dalammu terlebih dahulu," kata Kakek Gawan sembari menyerahkan ramuan hijau berupa butiran pil yang dilapisi kain merah.

Mandala menerimanya dengan hati-hati, menganggukkan kepalanya pada Kakek Gawan sebelum meraih ramuan itu dan menelannya.

Setelah menelan ramuan Lekong, Mandala merasakan kehangatan yang memenuhi tubuhnya, seolah-olah energi yang terpendam mulai bangkit dari dalam. Dia duduk dalam meditasi, meresapi setiap getaran yang melewati dirinya.

Kakek Gawan memandang dengan penuh kebanggaan, mengetahui bahwa cucunya telah memasuki tahap baru dalam perjalanannya. "Tenaga dalammu akan menjadi kunci untuk membuka potensi sejatimu, Mandala. Rasakan aliran energi, biarkan itu membimbingmu."

Mandala mengikuti petunjuk sang kakek, meresapi setiap momen dalam keheningan yang mendalam. Dalam meditasi tersebut, ia merasa terhubung dengan kekuatan alam dan batinnya sendiri, memulai perjalanan menuju tingkatan yang lebih tinggi dalam seni bela diri dan keseimbangan hidupnya.

Dalam proses itu, Mandala merasakan sesuatu terhebus menyirami dirinya dengan kesejukan, dibarengi dengan sengatan yang menjalar melewati tubuhnya, namun tidak ada rasa sakit sedikitpun, seolah terasa seperti serangga yang merayap di sekujur tubuhnya.

Kakek Gawan yang melihat perkembangan Mandala mengangguk puas, tidak ada kelainan dalam proses pembangkitan tenaga dalam cucunya.

"Bagaimana rasanya, Nak?" ucapnya dalam nada yang lirih.

Mandala membuka matanya perlahan, mencoba menyelami ekspresi tenang di wajah Kakek Gawan. "Ini luar biasa, Kek. Rasanya seperti mengalirkan energi yang sejuk dan membangkitkan kekuatan yang tersembunyi," jawabnya dengan mata penuh semangat.

Kakek Gawan tersenyum bangga, "Kau telah membuka pintu ke dunia batin yang penuh dengan keajaiban, Mandala. Tetapi, ingatlah, dengan kekuatan besar selalu datang tanggung jawab besar. Gunakanlah tenaga dalammu dengan bijaksana, dan biarkan itu membimbingmu dalam setiap langkah."

Mandala mengangguk, memahami betapa pentingnya ajaran Kakek Gawan. Dengan keyakinan yang baru ditemukan, ia siap menjalani perjalanan yang menantang dalam menggali lebih dalam potensi batinnya.

"Lalu keistimewaan apa yang kamu bangkitkan, nak?" Tanya sang kakek.

Mandala diam sejenak, bingung bagaimana mengatakannya, hingga pikirannya menyusun kata-kata dengan baik baru kemudian dia berbicara.

"Kek, aku merasa ada koneksi yang lebih dalam dengan alam angin dan alam petir. Saya merasakan elemen-elemen itu, seakan dapat memahami dan mengendalikannya," ujar Mandala dengan penuh ketenangan.

Mak Gawan untuk pertama kalinya tidak menangkap perkataan itu dengan jelas; dia hanya mendengar bahwa Mandala telah membangkitkan elemen angin yang sama sepertinya. Hal itu membuatnya tertawa bahagia.

Dalam tawa bahagianya, Mak Gawan tidak sepenuhnya mencerna keajaiban yang terjadi di hadapannya. "Kau telah menguasai kekuatan angin, Mandala. Itu adalah elemen yang penuh kebebasan dan kecepatan. Dengan kemampuan ini, kau dapat melibatkan diri dalam pergerakan yang luar biasa dan menghadapi tantangan dengan gesit."

Mandala merasa bangga melihat kebahagiaan di wajah Mak Gawan. "Terima kasih, Kek. Ajaranmu sungguh luar biasa, tapi selain angin, aku juga memiliki kendali atas elemen petir." Ucap Mandala dengan ringan.

Seolah salah mendengar, Kakek Gawan meminta Mandala mengulangi kata-katanya lagi, dan Mandala melakukannya berulang kali. Seketika itu juga, sorot matanya tiba-tiba dipenuhi ketakjuban tidak percaya.

"Apakah kamu serius, Nak?" Tanya Mak Gawan bergetar.

Mandala dengan mantap mengangguk, "Ya, Kek. Aku merasa dapat mengendalikan petir, seperti energi yang mengalir melalui tubuhku. Ini seperti pemberian dari alam, dan aku berusaha memahaminya."

Mak Gawan masih sulit percaya namun penuh kebanggaan. "Elemen petir adalah kekuatan yang langka dan penuh dengan tantangan. Kamu harus menguasainya dengan bijak, Nak. Ini adalah anugerah besar, dan kamu memiliki tanggung jawab besar untuk menggunakan kekuatan ini dengan kebijaksanaan."

Mandala merasa terbebani oleh tanggung jawab yang lebih besar, tetapi dia bersumpah untuk menggunakan kemampuannya dengan bijak demi keharmonisan dan kebaikan. Dengan panduan Mak Gawan, ia siap menjalani perjalanan yang lebih mendalam dalam menguasai elemen petirnya.

"Satu hal lagi, cucuku, tolong sembunyikan penguasaan elemen petirmu. Hal itu terlalu langka dan akan memancing banyak perhatian," ungkap sang kakek dengan harapan yang dalam. Ini semua demi kemanan cucunya, dia jelas tidak ingin suatu yang berbahaya mengancam nyawa satu-satunya keluarga yang dia miliki.

Sampai di sana, Mak Gawan terdiam dalam beberapa waktu, raut wajahnya seakan menunjukkan sedikit kesedihan.

"Ini adalah metode pengendalian energi batin alam angin yang kuwariskan untukmu, gunakanlah dengan baik, cucuku. Sementara mengenai alam petir, kamu bisa mencaritahunya sendiri," ujar sang kakek.

Mandala meresapi setiap kata yang diucapkan oleh Mak Gawan, menyadari beratnya tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. "Terima kasih, Kek. Ajaranmu akan selalu menjadi panduan dalam setiap langkahku," jawabnya dengan tulus.

Mak Gawan tersenyum bangga, "Kau adalah pewaris dari generasi kami, Mandala. Kini, pergilah, jelajahi duniamu dengan bijaksana, dan jangan pernah lupakan akarmu."

Dengan hati yang penuh rasa hormat, Mandala menundukkan kepala sejenak sebelum memulai perjalanan barunya. Di bawah naungan ajaran Kakek Gawan, dia siap menghadapi takdirnya dan mengejar keseimbangan serta kebijaksanaan yang lebih tinggi.

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status