Masuk"Aku langsung pada inti pembicaraan kita Baryana." ucap Tirtayasa.
Kemudian dia meletakan batu yang jatuh dari langit dihadapan Empu Baryana. Empu Baryana yang sudah puluhan tahun berkutat dengan senjata pusaka dapat melihat bahwa batu dihadapannya itu merupakan batu energi yang cukup mempunyai energi cukup besar yang masih tersegel.
"ini batu yang luar biasa Kakang. Tidak sembarang orang dapat menggunakan energi didalamnya. Hanya orang terpilihlah yang dapat membangkitkan energi dalam batu ini." ucap Empu Baryana.
Empu Baryana melirik ke arah Dipa.
"Siapa namamu nak?" tanya Empu Baryana yang sejak semula anak itu tidak diperkenalkan oleh Tirtayasa.
"Nama saya Dipa, Tuan." jawab Dipa.
"Hahaha, jangan panggil Tuan,panggil saja aku Kakek Baryana seperti kau memanggil Kakang Tirtayasa dengan kakek." Ucap Empu Baryana. Dipa hanya mengangguk mengiyakan.
"Nampaknya anak yang kau bawa ada hubungan nya dengan batu ini Kakang?" tanya Empu Baryana ke Tirtayasa.
"Iya Baryana, sesuai dengan pesan Eyang Guru bahwa dalam perjalanan aku kemari akan dipertemukan dengan orang yang berjodoh dengan batu langit itu." ucap Tirtayasa.
"Energi dari batu ini masih tersegel dan masih liar Kakang. Walaupun anak ini berjodoh dia harus berlatih keras agar bisa menyelaraskan dengan energi yang terkandung didalam batu ini."
Dipa dalam hati nya sedikit kaget mendengar bahwa Tirtayasa dan Empu Baryana mengatakan bahwa dialah orang yang berjodoh dengan batu langit itu.
"Itulah Baryana, rencananya aku akan membawa Dipa ke perguruan untuk digembleng menjadi pendekar. Harapan kita dimasa yang akan datang dia akan menjadi pendekar pilih tanding yang membela kebenaran." Ungkap Tirtayasa.
"Itu lebih baik Kakang. Aku akan mulai bersemedi nanti malam untuk meminta petunjuk dari dewata mengenai batu langit ini." ucap Empu Baryana.
Setelah itu dia mengajak Tirtayasa dan Dipa ketempat peristirahatan yang berada dirumahnya.
Malam pun tiba. Duduk di bale bambu dengan beralas kain berwarna hitam Empu Baryana pun larut dalam semedinya. Perlahan energi halus merembes keluar dari tubuh Empu Baryana. Dalam semedi nya dia mendapat petunjuk dari eyang guru nya, Indrasakti.
Keesokan pagi nya Tirtayasa dan Dipa sudah selesai melakukan persiapan pulang ke Perguruan Golok Khayanagan. Karena tugas pertama yang diamanat kan oleh Eyang Guru nya sudah selesai yaitu mengantarkan batu langit ke Empu Baryana untuk dijadikan senjata pusaka.
Diteras depan duduk mereka bertiga sambil menikmati wedang jahe dan umbi rebus yang banyak terdapat di sekitaran hutan Gunung Bukit Tunggul.
" Kakang, dalam semediku semalam eyang guru memberiku petunjuk mengenai batu langit ini. Mulai hari ini aku akan mencari bahan yang akan dijadikan pelengkap senjata ini". Ucap Empu Baryana mengawali pembicaraan mereka.
"Bahan yang aku butuhkan belum tentu ada di Gunung ini Kakang. Aku perlu untuk lakukan perjalanan ke beberapa daerah yang mempunyai bahan ini." Ucap Empu Baryana meneruskan.
Tirtayasa hanya menganguk dan meminum wedang jahe nya.
"Apakah bahan yang dibutuhkan cukup sulit Baryana?" tanya Tirtayasa.
"Beberapa bahan cukup sulit kakang dan hanya ada dibeberapa tempat. Bahkan ada yang perlu keluar dari tanah pasundan untuk mendapatakan nya." Jelas Empu Baryana sambil menengok ke arah Dipa.
"Dan kau Dipa. Berlatihlah dengan tekun ke Kakang Tiryayasa. Kau tidak saja berjodoh dengan senjaka pusaka yang aku buat nanti tapi kamu akan menjadi harapan untuk banyak orang yang tidak mendapatkan keadilan."
"Baik kakek. Dipa akan berusaha dan berlatih dengan keras. Dipa berjanji tidak akan mengecewakan Kakek Tirtayasa dan Kakek Baryana." Jawab Dipa sambil menunduk menandakan rasa hormat kepada dua orang tua di depan nya.
Empu Baryana dan Tiryasasa tersenyum.
"Bagus Dipa." Ucap Titayasa sambil tersenyum dan menatap ke arah Dipa.
"Nah Kakang Tirtayasa. Kakang bisa kesini sekitar 10 Tahun lagi untuk mengambil senjata pusaka ini. " Kata Empu Baryana.
"Selama itukah Baryana?' Tirtayasa sedikit terkejut.
"Tentu saja akan cukup lama Kakang Tirta. Senjata ini perlu waktu untuk menetralisir energi didalamnya. Aku pun perlu meningkatkan tenaga dalam untuk pembuatannya."
"Aku yakin senjata yang kau buat akan menjadi senjata sakti mandraguna Baryana." Ucap Tirtayasa yang terlihat kagum dengan kemampuan Empu Baryana.
Bagaimana tidak Empu Baryana dipercaya oleh beberapa kerajaan untuk membuat senjata pusaka kerajaan. Bahkan ada yang berasal dari tanah seberang tanah pasundan. Kemampuan Empu Baryana dalam membuat senjata pusaka sulit di cari tandingannya.
Setelah Tirtayasa dan Dipa berangkat meninggalkan kediamannya menuju ke Perguruan Golok Khayangan. Empu Baryana pun segera bergegas bersiap untuk menempuh perjalanan guna mencari bahan bahan yang akan dia tempa dengan batu langit.
===
Disuatu tempat tersembunyi tepatnya di sebuah goa ditengah hutan. Suasana dalam goa sedikit remang remang yang hanya terdapat 1 obor yang menempel di dinding goa. terlohat 3 orang mengelilingi meja dari batu pipih. Disetiap lengan mereka terlihat rajah kuda berwarna hitam. Sudah jelas bahwa ketiga orang ini adalah anggota dari komplotan Kuda Hitam.
" Bayangan Setan sudah aku bereskan, nyawanya sudah melayang entah kemana..he..he..he. Siapa suruh punya kemampuan segede upil tapi menyanggupi mengambil tugas seberat itu dari Ketua." Kata orang pertama.
"Bayangan Setan dan Enam Pendekar Maut dari Lembah Sumbing sudah gagal melaksanakan tugas dari ketua. Pasti ketua tidak akan senang akan hal ini." Orang kedua menimpali.
" Tirtayasa terlalu tangguh Kakang, bahkan 10 orang seperti Bayangan Setan pun tidak akan mudah mengalahkannya." Ucap orang ketiga.
"Bagaimanapun hasilnya besok pagi kita harus segera berangkat ke markas. Sebarkan ke semua teliksandi agar terus memata matai perguruan perguruan yang ada di kerajaan ini. Segera laporkan apabila pergerakan yang mencurigakan dari mereka terlebih lagi sesudah Tirtayasa mendapatkan batu langit itu." Kata orang kedua yang nampaknya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari kedua orang lainnya.
"Baik Kakang."Jawab kedua orang lainnya secara bersamaan.
Setelah mereka berbicara panjang lebar. Mereka beranjak dari tempat duduk mereka dan keluar dari goa yang tersembunyi itu. Kemudian mereka melesat ke tiga arah yang berbeda. Mereka selalu berpencar setelah melakukan pertemuan ini bertujuan untuk mengecoh apabila pertemuan mereka di mata matai oleh musuh.
Ketiga orang itu merupakan para tetua dari komplotan Kuda Hitam. Mereka bertugas memastikan tugas yang diberikan ketua dari Kuda Hitam berhasil atau tidaknya. Seperti yang menimpa Bayangan Setan, setelah dia gagal mengambil batu langit dari Tirtayasa dan dalam keadaan sekarat maka salah satu dari tetua mendatanginya langsung membunuhnya agar Bayangan Setan tidak dimanfaatkan oleh musuh yang mencari informasi mengenai keberadaan markas Kuda Hitam.
Memang markas Kuda Hitam ini sangat sulit dicari, selain sering berpindah dan apabila ada anggota yang membocorkan markas Kuda Hitam maka hidupnya tidak akan lama lagi.
"Apakah kalian tahu siapa orang orang bertopeng naga itu kawan?tanya Sena sambil berlari kecil."Aku bahkan baru melihat mereka hari ini Sena."balas Dipa dari arah belakang."Ayo percepat lari kita mungkin kelompok kita sudah tertinggal jauh dari kelompok yang lain."Ucap Dirga."Tidak mungkin Dirga. Kita ini menempuh jalur sama dengan kelompok yang lain. Dari awal kita ini yang pertama berlari."Tidak sia sia kita selalu latihan tiap hari di belakang barak, badan kita ikut menjadi kuat juga." Kata Denta."Dan terlebih lagi formasi bertarung yang kita ciptakan bisa mengalahkan salah satu orang itu." Kata Dirga dengan bangga."Bukan..bukan karena formasi bertarung kita kawan. Tapi pukulan Dipa yang jauh lebih kuat dari kita. Kau lihat sekali pukul dia bisa mematahkan hidung lawan." Balas Sena."Sudahlah tidak perlu dibahas, kita harus sampai dilapangan tengah hari nanti." Ucap Dipa.Tepat tengah hari mereka sampai dilapangan. Setelah minum mereka melanjutkan ke arah puncak bukit dimana
Empat orang anak berumur sekitar 10 sampai 12 tahun membelah hutan dengan berlari lebih cepat dari biasanya. Terdorong oleh keinginan sampai di lapangan bukit tepat tengah hari nanti. Disusul dengan yang lainnya dengan lari yang terseok seok.Tiba tiba Dipa merasakan bahaya."beberapa orang sedang menuju ke hutan ini dengan cepat." batin Dipa. Secara tidak sengaja sinar biru tipis mulai merambat menutup seluruh tubuh Dipa Anggara.Betul saja yang dirasakan oleh Dipa. Munding Seta beserta kelompoknya sedang menuju hutan itu untuk melancarkan gerakannya nanti malam. Rencananya sedikit berubah karena Munding Seta merasa rencana yang disusun sudah bocor akibat ada penyusup yang dia rasakan tadi pagi.Melihat keempat anak itu dari kejauhan Munding Seta menyunggingkan senyuman."Wedeng, tangkap keempat anak itu jadikan mereka sebagai tukar dengan anak yang diinginkan ketua." Perintah Munding Seta."Siap Kang." Jawab Wedeng.Dia pun melesat mengejar Dipa dan yang lainnya. Larinya anak anak
Kembali ke perguruan Golok Khayangan.Keesokan harinya setelah pertandingan antar murid dilakukan. Pagi hari murid berkumpul di depan papan pengumuman untuk melihat hasil dari pertandingan.Dari murid tingkat tinggi Abimanyu, Abiyaksan dan Sugi memenangkan pertandingan ini. Untuk murid tingkat menengah Ratna,Sari dan Galih berhasil mencapai 3 orang terbaik.Untuk murid tingkat dasar dimana Dipa saat ini berada dipilih 3 barak terbaik. Barak yang mendapatkan 3 besar adalah barak no 3,4 dan 7. Dipa dan ketiga temannya Sena,Denta dan Dirga kegirangan setelah mareka masuk 3 besar hasil murid dasar.Para pemenang dikumpulkan di aula perguruan guna menentukan latihan apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam 6 bulan mendatang akan datang pertandingan antara perguruan yang diadakan di kotaraja.Pertandingan ini dimaksudkan untuk mendorong setiap perguruan yang ada di wilayah Kerajaan Kerta Wijaya selalu menghasilkan murid murid terbaik yang nantinya dapat mengabdi untuk kerajaan.Tida
Setelah Mpu Baryana meninggalkan kediamannya. Menuruni Gunung Bukit Tunggul setapak demi setapak. Tujuan nya adalah lereng yang ada di sebelah selatan gunung itu. Terdapat goa tersembunyi ditengah dinding jurang yang sampai saat ini hanya Mpu Baryana lah yang mengetahuinya.Mpu Baryana berdiri di bibir jurang. Kemudian dengan ilmu meringankan tubuh menuruni dinding dan berhenti di cekungan seukuran kerbau yang terhalang oleh tanaman rambat. Sejenak Mpu Baryana membaca mantra untuk membuka dinding goa tersebut.Reettt!Dinding cekungan itu bergerak dan hawa panas keluar dari goa setelah pintu terbuka. Mpu Baryana melangkahkan kaki masuk kedalam goa dan pintu goa tertutup seperti sedia kala.Dalam kondisi goa yang gelap gulita Mpu Baryana menekan batu yang berada di dinding sebelah kanan. Dia membaca mantra lagi dan menekan batu dengan mengeluarkan tenaga dalam.Batu berwarna terang yang menempel di dinding dinding mulai mengeluarkan cahaya sehingga tampaklah jalan setapak mengarah ked
Kilas balik. Beberapa hari sebelum Tirtayasa bertemu dengan Dipa Anggara.Saat itu hujan lebat disertai dengan kilat petir menerpa Gunung Guntur. Nampak satu bayangan berkelebat dibawah guyuran hujan menembus hutan Gunung Guntur."Aku harus tiba di puncak Gunung Guntur tengah malam nanti sesuai pesan Eyang Guru dalam semediku. Semoga aku tidak terlambat."Batin orang itu yang tidak lain adalah Tirtayasa.7 hari sebelum berangkat ke Gunung Guntur dalam semedinya Tirtayasa kedatangan dari sesepuh perguruan Golok Khayangan, Indrasakti.Indrasakti yang sudah mundur dari dunia persilatan dan sedang bertapa disuatu tempat tersembunyi untuk mencapai moksa."Salam bakti dan hormat Eyang Guru." Kata Tirtayasa dalam alam semedinya ketika bertemu dengan Indrasakti."Bakti dan hormat mu aku terima Tirtayasa." Jawab Indrasakti penuh dengan wibawa."Maafkan aku menggangu semedimu, tadi malam dialam pertapaan aku mendapatkan penglihatan bahwa 7 hari dari sekarang akan ada sesuatu yang berharga jatuh
Hari Pertandingan pun tiba. Dipa dan ketiga temannya berkumpul dilapangan tempat pertandingan akan diadakan.Ditengah lapangan disediakan panggung persegi empat yang sudah disiapkan oleh para guru. Tampak di sebelah kanan panggung Tirtayasa dan keempat tetua lainnya. Hanjaya, Rangkuti, Wicaksana dan Lestari. Lestari khusus menangani murid putri saja."Hari ini kita akan memulai pertandingan antar barak, dari mulai tingkat dasar 1 dan 2, tingkat menengah 3 dan 4, dan tingkat tinggi 5. Pertandingan ini hanya untuk mengukur sampai dimana pemahaman mengenai jurus jurus dari perguruan kita. Dan lakukan semua dengan jujur tidak perlu ada kecurangan seyogyanya pertandingan ini adalah untuk mempererat rasa persaudaraan kita." Ucap Tirtayasa setelah berdiri.Setelah Tirtayasa berbicara mengenai tujuan pertandingan dan nasihat kepada para murid dilanjutkan dengan Rangkuti menjelaskan tentang aturan pertandingan. Semua murid mendengarkan dengan seksama.Dipa dan ketiga temannya mendapatkan uruta







