"Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku sudah tahu siapa kau sebenarnya, Baraka," kata si gadis dengan sinis. "Kehadiranku menemuimu di sini bukan untuk pamer nama di depanmu, tapi untuk mencabut nyawamu dengan cara apa pun!"
"Eit, galak juga nih cewek! Nyalinya cukup besar, sesuai dengan bentuk dadanya." Karena Baraka hanya tersenyum kalem, maka si gadis jadi agak dongkol. Namun ia masih bisa menahan kedongkolan itu di dalam hati.
Ia hanya berkata dengan ketus lagi. "Kalau kau nggak berani melawanku, kuberi waktu untuk melarikan diri. Setelah lima puluh hitungan kau akan kukejar dan ku kubur sendiri di dasar laut!"
Tawa si ganteng bermata kebiruan-biruan mirip bule itu sempat membuat tubuhnya bergerak-gerak. Suara tawanya memang tak terdengar jelas, tapi cukup membuat si gadis makin dongkol lagi karena merasa disepelekan.
"Kayaknya nafsu banget mau bunuh aku, ya? Salahku apa sih?"
Si gadis tersenyum sinis. Tapi malah tambah manis dan membangkitk
Dengan terhuyung-huyung Teratai Kipas menghampiri senjatanya dan memungutnya kembali. Saat memungutnya ia hampir saja tersungkur jika tidak segera menopang tubuh dengan tangan kiri dan lutut kirinya. Sedangkan Baraka berjalan dari tempatnya terkapar dalam keadaan sehat. Langkahnya sedikit lamban dan kurang gagah karena pengaruh ketuaannya. Rupanya ia tadi sudah segar kembali."Teratai Kipas, kau terluka dalam cukup parah. Biar ku bantu untuk mengobati luka dalammu!""Hmm...!" Teratai Kipas bangkit dengan limbung, lalu berusaha untuk berdiri tegak walau kedua kakinya tampak bergetar samar-samar. la memandang dengan sikap curiga ke arah Baraka."Kau pikir aku lawan yang mudah kau jebak dengan sikap baikmu itu?" katanya sebagai pelampiasan sikap curiga kepada Baraka.Baraka tersenyum tipis. Masih tidak menampakkan sikap bermusuhan. Sementara hati Teratai Kipas segera membatin, "Dia tetap segar dan tak menjadi pucat sedikit pun. Hebat sekali!"Pendekar
"Omong kosong! Kau pasti tahu!""Baiklah. Sekalipun misalnya aku mengetahuinya, aku tidak akan sebutkan di mana dia berada!""Kau memang perlu mendapat pelajaran dan tidak menganggapku sebagai anak kecil, Hiaaah...!"Teratai Kipas berkelebat arahkan tendangannya ke dada Baraka. Gerakan kaki lurus itu ternyata hanya sebuah tipuan, karena kejap berikut ia menyentak naik dan kaki kirinya yang berkelebat dari samping menendang tepat kenai bagian bawah ketiak Baraka.Duuuhg...!"Uhg...!" Baraka terlempar ke samping walau tak sampai jatuh. Tapi ia mulai rasakan patah tulang rusuknya karena tendangan kaki kiri itu disaluri tenaga dalam tinggi. Untung Baraka dapat segera tarik napas dalam-dalam dan salurkan hawa murninya sendiri ke tempat yang sakit, sehingga rasa tulang rusuk patah itu segera berkurang."Hiaaat...!" Teratai Kipas berkelebat menerjang Baraka dalam satu lompatan. Baraka terpaksa menyambutnya sekadar memberi bukti bahwa dirinya memang
Seraut wajah cantik yang pandangi Baraka tanpa kesan terpikat itu segera didekati oleh sang pendekar beruban. Wajah berhidung mancung dan bermata bening ditatapnya lebih dalam lagi, kemudian barulah Baraka perdengarkan suaranya yang bergetar bagai suara orang lanjut usia."Siapakah dirimu, Nona Cantik?""Namaku Teratai Kipas. Kurasa Nyai Sapu Lanang mengenal namaku. Dan sekarang pun aku ingin bertemu dengannya.""Untuk apa kau ingin menemuinya, Nona?""Bikin perhitungan dengannya! Kuharap kau jangan menghalangi niatku, Kakek Tua. Aku tak ingin melibatkan dirimu dalam urusanku dengan Nyai Sapu Lanang!" kata Teratai Kipas dengan nada tegas. Dari ucapannya yang tegas itu terpancar dendam yang tersembunyi di dalam dada wanita cantik berkulit putih itu."Boleh kutahu masalahnya, Nona?" tanya Baraka dengan sikap ramah."Siapa dirimu sebenarnya? Sebutkan dulu!""Namaku Baraka. Aku bukan kakeknya Nyai Sapu Lanang."Wanita itu tercenung
"Sebelum kau mau melayani hasratku, kau tak akan kuberi obat penawar 'Racun Lanang Sepuh'.""Nyai, sekalipun aku mau melayani gairahmu, belum tentu akan membuatmu hamil dan mempunyai keturunan dari benihku, Nyai. Jangan terlalu yakin bahwa aku bisa memberikan keturunan padamu. Siapa tahu kau memang ditakdirkan hidup tanpa keturunan. Biar semua lelaki memberikan benihnya padamu, kau belum tentu bisa menjadi hamil, Nyai. Jadi sebaiknya lepaskanlah aku dari pengaruh racunmu itu!" bujuk Pendekar Kera Sakti kala itu."Memang belum tentu. Tapi setidaknya aku ingin mencoba menanamkan benihmu dalam rahimku. Siapa tahu justru benihmu itulah yang mampu menjadikan aku berketurunan, Baraka. Karenanya aku hanya memohon padamu untuk membuktikan kebenaran dugaan kita masing-masing. Mencoba beberapa kali tak ada jeleknya daripada tidak mencoba yang berarti tidak berusaha!"Pendekar Kera Sakti tetap gelengkan kepala. Sekalipun 'Racun Lanang Sepuh' selalu membangkitkan gairah Pen
"Oh, kau mengecewakan hatiku jika selalu menolak, Baraka.""Kau tak perlu kecewa karena pada dasarnya kita memang bukan pasangan bercinta, Nyai. Kita hanya saling bertemu di perjalanan dan tidak harus melakukan perbuatan yang hina dan rendah di mata hati kita sendiri.""Aku inginkan dirimu, Baraka. Aku inginkan sekarang juga!" bisik Nyai Sapu Lanang dalam desah tipisnya. Tapi Baraka gelengkan kepala sambil tetap sunggingkan senyumnya."Jangan paksa aku, Nyai. Berbahaya bagi dirimu jika aku meronta!""Tak akan mungkin berbahaya!" kata sang nyai, lalu tiba-tiba dari pandangan mata sang nyai melesat sinar biru bening yang amat tipis dan menghunjam masuk ke mata Baraka.Claaap...! Baraka tak sempat menghindar karena jaraknya teramat dekat. Baraka hanya rasakan adanya kejutan yang menyentakkan kepala ke belakang dan matanya terpejam seketika. Ketika ia buka mata kembali, tiba-tiba jantungnya berdetak-detak karena memandang segalanya serba gelap. Tetapi
Tetapi Nyai Sapu Lanang bukan orang berotak udang yang bisa dibuat rempeyek. Nyai Sapu Lanang cukup cerdas dalam menyimpulkan sesuatu masalah, sehingga dengan tegas ia pun berkata, "Kau tak mungkin hanya anak desa biasa! Gerakan larimu kulihat begitu cepat. Itu sudah menandakan kau berilmu tinggi. Ketika kukirimkan jurus 'Gelombang Badai' kau bisa menghentikannya dengan kekuatan batinmu. Jelas lagi bahwa kau orang yang bukan sekadar anak desa biasa, Baraka!"Pendekar Kera Sakti tarik napas. Meninggalkannya tiga langkah. Di sana ia menggaruk-garuk pantatnya. Sikapnya seakan acuh tak acuh kepada Nyai Sapu Lanang, sehingga wanita itu membatin dalam hatinya, "Agaknya ia sukar ditundukkan dengan penampilanku ini. Tak biasanya seorang lelaki yang kudekati akan menjauh. Pasti akan mendekat. Tapi kali ini agaknya pemuda itu kebalikannya, justru aku yang mendekatinya dan merasa terjerat dalam khayalanku sendiri. Oh, kali ini agaknya kau harus berjuang lebih keras lagi untuk tundukkan