"Baraka harus segera diselamatkan, Guru! Saya sudah bisa bayangkan kalau Baraka menanamkan benih pada rahim Nyai Lembah Asmara, dan benih itu menjadi keturunan sang Nyai Lembah Asmara."
"Memang. Itulah sebabnya Lembah Asmara tidak bisa punya keturunan, sebab satu kali dia punya keturunan maka anaknya akan menjadi manusia tanpa tanding. Padahal Nyai Lembah Asmara mempunyai aliran hitam. Tidak menutup kemungkinan kalau anaknya nantinya akan menjadi orang sesat yang tidak bisa dikalahkan oleh pendekar mana pun!"
"Karena itu saya harus segera gagalkan rencana tersebut, Guru!" Sergah Selendang Maut.
"Aku tak bisa memberi keputusan sekarang. Biarkan aku duduk di sini merenungkan putusan yang lebih baik."
-o0o-
Dalam hati Betari Ayu merasa khawatir terhadap jiwa Selendang Maut. Tinggal satu murid yang menjadi benteng perguruannya. Jika Selendang Maut tewas di tangan Nyai Lembah Asmara, habis sudah benteng Perguruan Merpati Wingit. Tetapi san
"Lalu apa maksudmu?!""Kudengar sudah lama kau mengincar negeri Muara Singa?""Memang benar. Sekaranglah saatnya merebut negeri yang sebenarnya milik leluhurku itu. Kau mau apa Tongkat Bayi?""Sekedar mengingatkan bahwa, disana ada adikku; Paras Murai!""Apa benar Paras Murai itu adik kandungmu?""Benar. Usiaku terpaut dua tahun lebih tua dari Paras Murai. Tapi agaknya langkah kami sedikit berbeda. Aku menjadi dukun santet dan Paras Murai menjadi dukun bayi. Keduanya sama-sama menjadi dukun, tapi lain manteranya!"Terdengar suara Gali Sampluk tertawa dalam gumam. Tapi tawa itu segera lenyap seketika begitu ia dilirik Raja Tumbal. Maka terdengar kembali ucapan Tongkat Bayi yang sedikit cadel dan bergetar karena ketuaannya itu."Paras Murai yang menolong kelahiran bayi, dan bayi itu sekarang yang menjadi ratu di Muara Singa. Tentunya Paras Murai berada di pihak Galuh Puspanagari!""Aku tak butuh silsilah, karena aku lebih tahu te
"Sudah, sudah...!" sentak Rindu Malam merasa kurang suka terhadap sikap Pita Biru yang tidak ikut bersedih itu. "Kami berangkat sekarang, Baraka!""Ya. Selamat jalan. Salamku buat Ratu Asmaradani.""Salamku juga untuk Ratu Galuh Puspanagari, pujaan hatimu itu!"Senyum Baraka tipis-tipis saja. Ia melambaikan tangan ketika Rindu Malam dan kedua anak buahnya meninggalkan tempat itu. Memang berat hati Baraka, memang sedih sebenarnya. Tapi hanya itu cara yang bisa digunakan untuk membujuk mereka agar mau tidak melibatkan diri dalam perkara maut itu.Tanpa berpura-pura jatuh cinta pada Ratu Galuh Puspanagari, tak mungkin Rindu Malam mau disuruh pulang. Padahal Baraka hanya ingin agar orang Samudera Kencana tidak terlibat urusan dengan pihak lain hanya gara-gara membantu Pendekar Kera Sakti.Namun tipuan Baraka didengar oleh Batu Sampang itu diterima lain oleh sang Tamtama negeri Muara Singa itu. Batu Sampang menyangka kata-kata Baraka adalah kata-kata ya
"Akulah El Maut yang akan menjemput nyawamu, dan nyawa ketuamu dan seorang temanmu yang gendut itu!" geram Ki Palaran dengan mata dingin.Tangannya mulai bergerak pelan-pelan. Landak Boreh mundur dengan wajah tegang, sangat ketakutan. Namun sebelum Ki Palaran sentakkan tangannya, ia mendengar suara seruling berkumandang.Tulit, tuliiiiittt... tit, tit.... tulit...!Ki Palaran pun mengejang. Tubuhnya gemetar. Telinganya mulai berdarah. Ia segera menutup kedua telinganya dengan tangannya. Tapi suara seruling itu kian melengking tinggi tanpa irama tak enak didengar. Akhirnya tubuh Ki Palaran mengejang kuat-kuat.Braaasss...!Tubuh itu meledak, hancur tanpa sempat berteriak sedikit pun. Ia telah terpantau oleh Raja Tumbal, sehingga sosoknya dapat dilihat dari gugusan tanah cadas diseberang sana. Jika mata Raja Tumbal bisa melihat lawannya, maka Seruling Malaikat pun bisa diperintah menghancurkan tubuh lawan.Perbuatan itu ternyata ada yang mengi
Sinar itu datang dari depan mereka. Karuan saja Raja Tumbal segera sentakkan tangan kirinya, dan melesetlah sinar kuning menghantam sinar merah yang mengarah kepadanya.Duaaar...!Demikian pula Karto Serong dan Gali Sampluk, melepaskan sinar kuning yang sama dengan sinarnya Raja Tumbal, sehingga meledaklah bentur masing-masing sinar dengan gelombang hentakan yang tak seberapa kuat, seperti tadi juga.Dueerr...! Duaarr...!"Bangsat! Aku dibuat mainan! Tak bisa kugunakan seruling ini karena tak kulihat seperti apa wujud orangnya!" geram Raja Tumbal dengan menahan murka.Claapp...! Drrubb...!"Aaahg...!" Karto Serong tiba-tiba mendelik dengan tubuh mengejang. Landak Boreh yang melihat persis datangnya sinar merah seperti tongkat kecil yang menghantam tubuh Karto Serong dari belakang.Tubuh itu menjadi hitam keling seketika. Pakaiannya hangus dan menjadi abu. Rambutnya keriting memendek, akhirnya menggunduli kepalanya. Karto Serong pun tu
"Landak Boreh, geledah semak-semak disekitar itu, cepat!" perintah Raja Tumbal.Perintah seperti itu tak pernah terlontar dua kali, karena, Landak Boreh yang kakinya gudikan itu segera melesat berkeliling tempat itu menerabaa tiap semak, mengibaskan goloknya membabat ilalang dan semak. Hal itu dilakukan cukup lama sehingga Karto Serong tak sabar, dan bertanya dalam seruan, "Bagaimana?! Ada tanda-tandanya apa tidak?!""Belum semua ku cari!" seru Landak Boreh sambil membawa tiap semak."Kau mencari musuh atau ngarit rumput buat makanan ternak?!" bentak Raja Tumbal kemudian.Teguran itu membuat Landak Boreh mempercepat pencariannya, sementara Raja Tumbal dan kedua pengawalnya belum berani teruskan langkah demi menjaga keselamatan."Tidak ada siapa-siapa, Ketua!" Landak Boreh memberi laporan setelah memeriksa sekeliling mereka."Kau yakin tidak ada siapa-siapa disini?!""Tidak ada ketua!"Plookk...!Landak Boreh ditabok mulu
"Memang. Tapi sepertinya aku tak bisa lakukan secepat ini!" Baraka pun segera hentikan langkah ketika melihat wajah Rindu Malam mulai kecewa."Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan dulu demi selamatnya orang banyak.""Pekerjaan apa itu?""Melawan Raja Tumbal!""Oh...?!" Rindu Malam terkejut, begitu pula Kusuma Sumi dan Pita Biru yang ikut berhenti tak jauh dari Rindu Malam. Wajah ketiga utusan Samudera Kencana itu jadi tegang."Kusarankan, jangan bikin perkara dengan Raja Tumbal! Ia mempunyai pusaka yang bernama Seruling Malaikat," kata Kusuma Sumi kepada Pendekar Kera Sakti.Rindu Malam menimpali, "Kami lihat sendiri kehebatan dan keganasan Seruling Malaikat itu! Kuduga, pusaka itu tiada tandingannya.""Tidak ada yang terbaik dan terkuat di dunia. Tentu saja ada kelemahan dan kekurangannya. Hanya mungkin kita belum temukan kelemahan dan kekurangan dari Seruling Malaikat," kata Baraka. "Karenanya, sebenarnya aku sedang dalam perjalana