Home / Fantasi / Pendekar Pedang Darah / Kompetisi Puncak Gunung

Share

Pendekar Pedang Darah
Pendekar Pedang Darah
Author: Wang Yuxiu

Kompetisi Puncak Gunung

Author: Wang Yuxiu
last update Last Updated: 2025-06-30 15:15:04

"Aku harus tunjukkan bahwa aku layak ada di sini!"

Chen Xuan— 17 tahun, seorang murid Sekte Awan Biru di Puncak Bambu Hitam. Tubuhnya kurus tinggi, tetapi otot-otot itu mulai tumbuh tersembunyi di balik jubah putih bercorak biru. Rambut hitam panjangnya terikat oleh pita-pita berwarna biru, kedua bola matanya hitam legam seperti air musim gugur, ia tidak mempunyai paras yang tampan, tetapi mempunyai kulit yang putih.

Delapan orang anak berkumpul di Puncak Bambu Hitam. Hari ini adalah hari kompetisi Puncak Gunung Sekte Awan Biru, yang di mana kompetisi selalu di adakan setiap satu tahun sekali.

Chen Xuan tidak datang sendiri, dia bersama gurunya, Zhu Ya— 45 tahun. Dan juga satu murid lainnya yang bernama Hua Yun— 19 tahun, yang merupakan putri pemimpin sekte Awan Biru. Hua Yun dikenal cantik dengan alis sabit, lesung pipi, bibir tipis merah, serta rambut panjang hitam kecokelatan yang diikat pita hijau jamrud. Tubuhnya ramping dalam balutan pakaian ketat berwarna senada.

"Eh, Junior Xuan dan kakak Senior Yun'er telah datang!" seru seorang pria berbadan besar.

Pria itu, Wu Ling, berusia 19 tahun. Murid Puncak Bambu Hitam yang mempunyai badan yang besar berotot. Rambutnya hitam jambul, kulitnya sawo matang.

"Kak Ling!" sapa Chen Xuan sembari menggambarkan senyum di wajahnya.

"Apakah kalian semua sudah siap?" tanya Zhu Ya dengan nadanya yang rendah, tatapannya sangat serius.

Sepuluh murid itu berdiri dengan tegak, menghentakkan satu kakinya di atas tanah

"Siap, Guru!" ucap mereka dengan serentak dan tegas, tidak ada sedikitpun keraguan dari nada suaranya.

Zhu Ya berjalan mendekati muridnya. Dia berdiri di depan mereka. Menatap satu persatu muridnya dengan tajam.

"Baiklah, aku harap kalian tidak akan mengecewakan aku!" ucap Zhu Ya dengan nadanya yang rendah, tetapi sangat serius.

Kesepuluh murid mengikuti Zhu Ya dari belakang, langkah mereka teratur dan tenang. Chen Xuan berjalan di samping Hua Yun. Keduanya tampak akrab, seperti sepasang kekasih. Namun, dari sorot mata dan cara Hua Yun memperhatikan Chen Xuan, ada kesan hangat seorang kakak pada adiknya.

Tak lama kemudian, mereka tiba di Puncak Gunung Nirwana—markas utama Sekte Awan Biru. Setelah melewati seribu anak tangga, mereka mencapai halaman dalam, area luas berlantai batu yang menjadi pusat aktivitas sekte.

Halaman dalam tampak penuh sesak, seluruh murid dari tujuh puncak Gunung telah berkumpul di pusat Sekte Awan Biru.

"Wah, ramai sekali!"

Chen Xuan membuka lebar matanya, menyapu pandangan ke seluruh halaman dalam Sekte Awan Biru. Tempat itu ramai dipenuhi murid dari ketujuh puncak gunung.

Namun, ekspresi wajah Chen Xuan seketika berubah saat melihat Hua Yun berpegangan tangan dengan Luo Tian. Pemuda berusia 20 tahun itu adalah jenius dari Puncak Api dan menempati peringkat pertama generasi muda terbaik di Sekte Awan Biru.

"Luo Tian!" ucap Chen Xuan dengan penuh kekesalan. Chen Xuan mengepalkan kedua tinjunya dengan sangat kuat.

Chen Xuan sebenarnya menyimpan perasaan mendalam pada kakak seniornya, Hua Yun. Namun kenyataannya, Hua Yun telah menjalin hubungan asmara dengan Luo Tian.

Chen Xuan diliputi rasa cemburu yang begitu kuat. Ia pun bertekad untuk mengalahkan Luo Tian dalam kompetisi ini.

'Aku pasti akan mengalahkannya.' gumam Chen Xuan di dalam hatinya.

Lalu, kelompok dari Puncak Petir pun datang, mereka adalah kelompok yang hanya terdiri dari wanita. Tidak ada satupun murid laki-laki yang bisa menjadi murid Puncak Petir.

Xiao Ling'er— 17 tahun, seorang wanita muda yang tercatat dalam peringkat dua murid terbaik Sekte Awan Biru. Dia adalah murid Puncak Petir.

"Jadi dia, Xiao Ling'er," gumam Chen Xuan, sedikit terpana ketika melihat sosok Xiao Ling'er berjalan dengan penuh kharisma.

Xiao Ling'er bertubuh tinggi dan sedikit kurus, namun memiliki lekuk tubuh yang indah. Ia mengenakan gaun putih anggun. Rambut hitam panjangnya diikat pita putih dan dihiasi jepit rambut berbentuk Phoenix di sisi kepalanya.

"Ah, Xuan!" Hua Yun berteriak dari kejauhan sembari melambaikan tangannya.

Seolah-olah Chen Xuan terbangun, terkejut, ia pun tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Hua Yun.

Lalu, Hua Yun pun segera menarik tangan Luo Tian dan berjalan menghampiri Chen Xuan. Setibanya mereka di hadapan Chen Xuan, Hua Yun pun memperkenalkan kekasihnya kepada Chen Xuan.

"Xuan, perkenalkan, ini senior Luo Tian." Hua Yun menatap sejenak pada Luo Tian, lalu kembali menatap Chen Xuan dengan senyum bahagia.

Chen Xuan terdiam selama beberapa detik. Mencerna ucapan Hua Yun sebelum akhirnya memaksakan diri membentuk segaris senyuman pada wajahnya. Hatinya seolah tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Saat melihat wajah bahagia yang ditampilkan oleh Hua Yun— Kakak seperguruannya.

"Senior Luo Tian, senang bertemu dengan anda!" Chen Xuan sembari membungkuk memberi salam hormat.

"Hm, ternyata ini Junior Chen Xuan. Murid baru yang berhasil mencatatkan namanya dalam peringkat murid sepuluh terbaik!"

Luo Tian menatap Chen Xuan dengan pandangan dingin. Dia menatap Chen Xuan dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan menilai. Ekspresi wajahnya begitu dingin.

"Aku hanya beruntung saja, Senior," balas Chen Xuan sembari tersenyum kecil. Dia tampak tidak nyaman dengan tatapan yang ditunjukkan oleh Luo Tian.

Di atas panggung, Pemimpin Sekte Awan Biru— Hua Jin yang berusia 50 tahun. Duduk tenang ditemani para Tetua dan para pemimpin dari masing-masing Puncak Gunung.

Tiba-tiba, seseorang melayang di udara. Ia adalah Tetua Duan Mu— 45 tahun, pemimpin Puncak Api. Dengan suara lantang, ia mengumumkan bahwa Kompetisi Puncak Gunung akan segera dimulai.

"Akhirnya kompetisi ini dimulai juga. Apapun caranya ku harus mengalahkan Luo Tian!" tekad Chen Xuan, bersungguh-sungguh. Ia pun segera berlari ke depan, berkumpul bersama dengan murid Puncak Bambu Hitam yang lainnya.

Di udara, Tetua Duan Mu menjelaskan sistem kompetisi kali ini. Setiap dari tujuh puncak gunung akan mengirimkan sepuluh murid terbaiknya. Kompetisi menggunakan sistem gugur. Siapa pun yang kalah, langsung tersingkir dan tak bisa lagi bertarung di atas arena.

"Di slip giok ini, terdapat tujuh puluh nomor, pertandingan di tentukan dengan nomor. Peserta yang mendapatkan nomor 70 akan menghadapi nomor 1, dan seterusnya," jelas Tetua Duan Mu. Lalu, ia pun melemparkan 70 slip giok di udara.

Segera para murid pun mengambil slip giok itu, dan Chen Xuan mendapatkan nomor 1, di mana ia akan bertarung lebih awal sebagai pertarungan pembuka.

"Aku nyatakan, kompetisi resmi di mulai, murid yang mendapatkan nomor 1 dan 70, segera naik ke arena pertarungan!" ucap Tuan Duan Mu dengan suara lantang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suharyono
lumayan bagus
goodnovel comment avatar
Xiao Yi Xian
Awal yang menarik thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 70 Siluman ular

    Raungan! Chen Xuan bersama Xiao Ling'er pun tiba di sebuah hutan yang gelap, di dalam gunung hitam yang kelabu. Namun, mereka harus segera turun dari ketinggian, di saat suara raungan yang menggetarkan hutan terdengar. "Tempat ini tidak sederhana!" kata Chen Xuan, "Berhati-hatilah, Ling'er! Jangan jauh-jauh dariku!" sambung Chen Xuan, ia pun segera menarik tangan Xiao Ling'er. Xiao Ling'er tak berkata sepatah katapun, ia hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Tidak ada kata lain yang dapat menjelaskan Xiao Ling'er saat itu, dalam hatinya, ia hanya merasa bahagia. Tidak perduli suasana apapun yang tengah terjadi, selama ia bersama dengan Chen Xuan, hanya kebahagiaan dan rasa senang yang dapat menggambarkan perasaannya. Seolah-olah, rasa takut, cemas, itu telah lama mati. Chen Xuan pun berjalan memegang tangan Xiao Ling'er yang berjalan di belakangnya. Mereka pun menyusuri hutan, langkah mereka sangat begitu berhati-hati, pandangan Chen Xuan dan juga Xiao Ling'er tidak

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 69

    Sangkar bunga kristal perlahan memudar. Terlihat Xiao Ling'er yang masih tertidur di atas tubuh Chen Xuan, tetapi pakaiannya masih berantakan. Setelah satu malam mereka melakukan itu, akhirnya pagi hari pun tiba. Chen Xuan nampak tengah mengelus-elus halus rambut hitam Xiao Ling'er yang lurus. "Dasar gadis bodoh!" kata Chen Xuan, tetapi ekspresi wajahnya terlihat bahagia. Ternyata, Xiao Ling'er juga telah bangun. Tetapi ia tidak ingin melepaskan dekapannya terhadap Chen Xuan, bahkan sedikitpun tidak ingin. Ia terus memejamkan matanya, kedua tangannya melilit tubuh Chen Xuan seperti ular. Tapi yang lebih menggodanya, kedua belahan puncak kembarnya yang tertekan di antara dada Chen Xuan. itu benar-benar sempurna. "Ling'er! Bangunlah! Kita harus melanjutkan perjalanan! ucap Chen Xuan, berbisik di telinganya. Akhirnya Xiao Ling'er pun terbangun. Ia pun tersenyum ketika kedua matanya perlahan terbuka, ia menyaksikan Chen Xuan yang nampak sangat senang saat itu. Saat itu, di pagi

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 68 - Aku tidak peduli

    Saat itu, Chen Xuan bersama Xiao Ling'er pun tiba di tepi sungai. Tetapi seluruh air di sungai sangat begitu aneh, di mana air itu berwarna merah seperti darah. Beberapa kali Xiao Ling'er memastikannya, tetapi di saat ia mencelupkan sebelah tangannya ke dalam air, itu benar-benar darah, bahkan bau amis darah segar masih begitu pekat. "Ini benar-benar darah!" kata Xiao Ling'er, rendah. "Berhati-hatilah, kita harus selalu waspada, Ling'er. Biar bagaimanapun, tempat ini adalah Medan Perang Kuno!" ujar Chen Xuan. Di saat ia berbicara, ia berjalan ke depan, melihat sebuah bukit kelabu di kejauhan. "Ling'er! Bagaimana kondisimu?" Chen Xuan bertanya, tetapi ia tak berani menatap Xiao Ling'er, melainkan berdiri di depannya dengan tubuh yang membelakangi Xiao Ling'er. Xiao Ling'er pun berjalan anggun, hingga ia pun berdiri bersisian di samping Chen Xuan. Dengan cepat Xiao Ling'er pun menggandeng tangan Chen Xuan. Dan ia pun berbicara. "Lumayan, hanya perlu sedikit waktu lagi untuk mem

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 67 Tebasan Pedang Kerinduan

    "Ternyata wanita itu seorang praktisi Raja Tempur bintang 5," Ucap Lan Huo, terkejut. Kedua matanya terbelalak menatap Xiao Ling'er yang tengah berjalan ke depan dengan perlahan. "Li— Ling'er!" panggil Chen Xuan. Sebelah tangannya terangkat, tak ingin Xiao Ling'er mengambil langkah itu. Namun Xiao Ling'er sedikit memalingkan wajah, menoleh ke arah Chen Xuan, ia pun tersenyum tipis lalu berkata, "Tenang saja! Kekasihmu ini bukanlah wanita yang lemah!" ucap Xiao Ling'er, segaris senyuman masih menggantung. Tanpa sadar, Chen Xuan melupakan bara dendam yang membakar dada. Dia menghela nafas panjang, kemudian berbicara, "Selesaikan dengan cepat, Ling'er!" Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Chen Xuan, seolah-olah semangat api pertempuran tiba-tiba berkobar begitu hebat. Xiao Ling'er yang diliputi oleh semangat pertarungan, ia pun segera mengibaskan pedangnya. Dari kibasan pedang itu, membuat duri, duri, kristal es bermunculan, mengeluarkan suara, "Krak! Krak! Krak!" Segera Xiao Li

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 66 Kerinduan Gadis dingin

    "Apa maksudnya ini, Xuan?" tanya Bai Shan, sangat begitu kaget. Kedua matanya terbuka lebar-lebar, menatap Chen Xuan dengan penuh rasa bingung. Hua Yun berjalan pelan, setiap langkahnya ragu, satu tangannya terangkat seolah-olah ingin menggapai sesuatu. Dengan raut wajah yang bersedih, Hua Yun pun berbicara, "A— adik! Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa kamu berubah seperti ini?" tanya Hua Yun, air matanya menumpuk di pelupuk matanya. "Kau ... jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu lagi!" sahut Chen Xuan dengan nadanya yang sangat dingin. Bahkan ia menunjuk Hua Yun menggunakan pedangnya tanpa ragu. Sikap Chen Xuan membuat Hua Yun sangat begitu bersedih. Bayang-bayang masa lalu kembali terlintas di pikirannya, di mana saat itu Chen Xuan sangat begitu dekat dengan Hua Yun, bahkan seperti seekor anak ayam yang tak ingin lepas dari induknya. Namun, kedekatan itu tidak disadari oleh Hua Yun, bahwa perasaan Chen Xuan terhadapnya berbeda dengan perasaannya terh

  • Pendekar Pedang Darah   Chapter 65 Sosok di balik jubah hitam

    "Adik, akhirnya aku menemukanmu!" Hua Yun berbicara sembari menggambar ekspresi wajah bahagia, tetapi ia juga bersedih. Kedua tangannya di kecup di depan perut, kedua matanya sembab, air matanya menumpuk di pelupuk matanya. Namun, Chen Xuan tetap terdiam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab Hua Yun. "Adik junior! Syukurlah kau selamat dari kejadian saat itu!" ujar Chu Hao. Satu tangannya terangkat menengah, ia ingin sekali merangkul adik seperguruannya, tetapi dalam hati ia merasa canggung. Chu Hao menyadari bahwa sikap adik seperguruannya tidak sama seperti yang sebelumnya. Tudung jubah hitam bergerak. Di dalam tudung, Chen Xuan menoleh, tetapi tidak terlihat oleh siapapun. Sembari mengibaskan jubah hitamnya, Chen Xuan berjalan, tetapi mulutnya berbicara, "Aku tidak mengenal kalian!" katanya dengan nada yang sangat dingin. Hua Yun, Chu Hao, Bai Shan, dan sisa-sisa murid sekte Awan Biru yang tersisa tak lebih dari tiga puluh orang. Mereka semua ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status