Home / Pendekar / Pendekar Pedang Darah / Pedang tidak memiliki mata

Share

Pedang tidak memiliki mata

Author: Wang Yuxiu
last update Last Updated: 2025-06-30 15:25:18

Chen Xuan mengepalkan tangan. "Pikirkan lagi kata-katamu."

Luo Ping tertawa terbahak. "Hahaha! Ancaman dari bocah berdarah itu? Lucu."

Chen Xuan mengambil posisi. "Pertarungan baru dimulai."

"Majulah, sampah!" tantangan Luo Ping.

Darah masih mengalir dari bahu Chen Xuan. Pakaian putihnya berubah merah. Tapi ia tak peduli. Emosi kini membakar dadanya.

Dengan Langkah Petir, tubuhnya melesat. Mata Luo Ping membelalak.

"Cepat sekali!"

Chen Xuan melompat. Pedangnya terangkat.

Luo Ping buru-buru mengangkat tombaknya untuk menangkis.

Trang!

Suara logam bertemu logam memekakkan telinga. Suasana di arena semakin menegangkan.

Chen Xuan melompat mundur, lalu kembali bergerak memutar di arena. Kecepatan dan tekanannya terus meningkat, menciptakan pusaran angin bercampur kilatan petir.

Luo Ping mencoba menjaga jarak, tapi matanya tak mampu mengikuti gerakan Chen Xuan.

"Dasar bocah tengik...!"

Luo Ping naik ke udara, bersiap mengeluarkan jurus pamungkas.

Namun Chen Xuan mendahului. Ia melompat tinggi. Pedangnya bersinar biru, diselimuti elemen petir.

Dengan satu ayunan, pedangnya menebas lengan Luo Ping.

Slash!

“Aakhh!"

Jeritan Luo Ping mengguncang seluruh arena. Membuat semua mata yang menonton pertunjukan tersebut membelalakan matanya. Bahkan beberapa dari mereka menutup mulutnya syok.

"Chen Xuan! Berani sekali kau! Ini hanya kompetisi!" teriak Luo Tian, menunjuk tajam ke arahnya dari tepi arena.

Chen Xuan tak menoleh. Tubuhnya membelakangi Luo Tian, tapi suaranya dingin menusuk.

"Naif sekali kau, Luo Tian. Pedang tidak memiliki mata. Siapa pun yang berdiri di depanku, harus siap menanggung akibatnya."

Luo Tian menggeram rendah. "Kau—"

"Kalau tidak terima, naiklah ke arena! Akan kuhadapi dengan senang hati!" Chen Xuan dengan cepat memotong ucapan Luo Tian.

"Bagus! Hajar dia, Chen Xuan!" sorak Xiao Ling'er dari tribun, lompat-lompat kegirangan tanpa sadar.

"Jaga sikapmu, Ling'er!" tegur Han Yue tajam.

Xiao Ling'er langsung diam. Ia menunduk, lalu kembali berdiri di samping gurunya.

Duan Mu turun dari panggung dan masuk ke arena. Ia segera mendekati Luo Ping yang duduk lemas sambil memegangi lengannya yang buntung.

"Tabib! Cepat!" teriaknya panik bukan main.

Beberapa tabib berlari masuk, mengangkat tubuh Luo Ping yang nyaris pingsan. Mereka segera membawanya keluar arena.

Duan Mu berdiri di tengah. Rahangnya mengeras, matanya tajam menatap Chen Xuan. ‘Anak ini! Harus diberi pelajaran!’

"Pertarungan selesai! Chen Xuan dari Puncak Bambu Hitam lolos ke babak selanjutnya!"

Sorak ramai memenuhi arena kompetisi saat mendengar itu. Nama Chen Xuan menggema di seluruh halaman Sekte Awan Biru.

"Aku tak akan melepaskanmu, Chen Xuan!" desis Luo Tian. Ia menghentakkan kakinya, lalu berbalik pergi dengan amarah mendidih.

Sementara itu, Chen Xuan turun dari arena tanpa senyum. Wajahnya kaku, dingin, nyaris tak bernyawa.

Murid-murid Puncak Bambu Hitam menyambutnya. Wu Ling menepuk bahunya.

"Kau luar biasa, Adik!"

"Aku nyaris menggali tanah untukmu!" celetuk Bai Shan lega.

"Murid Puncak Bambu Hitam, tak ada yang lemah!" kata Chu Hao dengan bangga.

Plak! Plak! Plak!

Hua Yun memukul kepala mereka dengan gagang pedangnya. Dia menatap galak satu persatu wajah mereka.

"Jangan ganggu dia! Xuan butuh istirahat!"

Namun Chen Xuan melewati mereka semua tanpa sepatah kata pun.

"Xuan! Kamu bahkan tidak melihatku!" protes Hua Yun.

Chen Xuan tetap acuh. Ia terus berjalan menjauh.

"Chen Xuan!" teriak Hua Yun lagi, wajahnya merah padam karena kesal.

Tapi Chen Xuan tak menjawab. Sampai langkahnya terhenti. Di tengah kerumunan, ia melihat sosok yang berdiri anggun. Gaun putih tertiup angin, rambut hitam panjang terurai, sehelai jatuh melintasi wajah.

"Xiao Ling'er," gumamnya pelan.

Gadis itu tersenyum. Lembut dan terang, seolah berasal dari dunia lain. Senyuman itu menghangatkan dada Chen Xuan.

Chen Xuan menatapnya. Ia mengingat sorakan dari tribun tadi. Sorakan yang anehnya membangunkannya dari kehampaan.

‘Aneh, aku bahkan tidak mengenalnya,’ pikirnya.

Ia melangkah pelan, mendekati Xiao Ling’er.

"H-hai," sapa Xiao Ling’er gugup.

Chen Xuan terdiam. Matanya membelalak, seolah baru sadar kehadirannya.

"A-aku?" tanyanya, menunjuk diri sendiri. Memastikan bahwa gadis itu menyapanya, bukan orang lain.

"I-iya ... kamu," jawab Xiao Ling’er semakin malu, wajahnya merah padam.

Di tribun atas, Han Yue berjalan menghampiri Tetua Zhu Ya.

"Sepertinya kita akan jadi besan, Tetua Zhu," ujarnya sambil tersenyum tipis.

Zhu Ya menoleh. "Sejak kapan muridku dekat dengan muridmu, Han Yue?"

"Aku juga baru sadar hari ini."

Han Yue menatap Xiao Ling'er yang berdiri berhadapan dengan Chen Xuan.

Zhu Ya menghela napas. "Tapi aku cuma gurunya. Kalau urusan pernikahan bukan bagianku."

Han Yue tertawa kecil. "Siapa lagi? Orang tuanya meninggal dalam tragedi Desa Embun Pagi. Muridmu hanya punya kau."

Zhu Ya terdiam. Sorot matanya mengeras, dahi berkerut. Ia tak menyangka, beban warisan itu kini benar-benar jatuh ke pundaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Darah   Raja Tempur

    "Tetua Zhu, kenapa kau menyembunyikannya dariku!" ucap Hua Jin dengan sangat marah."Ranah ekstrim? Mohon maaf Ketua, aku juga tidak tahu sama sekali!" jawab Zhu Ya.Ledakan!Petir menyambar dengan sangat dahsyat, menghujani lapangan Halaman Dalam dengan guntur. Awan menjadi begitu gelap, membawakan suasana yang begitu mencekik.Awan kelabu membuat pusaran di langit. Pusaran besar, semakin kecil dan semakin kecil lagi. Gemuruh guntur menyayat hati, cahaya kilat menyala-nyala di balik awan kelabu."Ada apa ini?" ujar Luo Tian. Pandangannya terangkat tinggi menatap langit, kedua matanya terbuka lebar, perasaannya di penuhi rasa cemas.Tetua Puncak Teratai, Hao Xiong maju selangkah ke depan. "Petir ini ... ini seperti petaka guntur surgawi!" kata Tetua Hao Xiong dengan sangat serius. Kedua matanya menatap gemuruh guntur yang cahayanya menyala-nyala di balik awan kelabu."Petaka guntur surgawi! Ba— bagaimana mungkin!" ucap Tetua Han Yue dengan sangat begitu terkejut.Bahkan setelah petir

  • Pendekar Pedang Darah   Pertarungan

    'Pergilah, beri pelajaran bocah tak tahu diri itu!' kata Duan Mu kepada Luo Tian menggunakan teknik telepatinya.Luo Tian tersenyum, 'Baik Guru!' jawab Luo Tian. Kedua matanya menatap Chen Xuan dengan tajam.Namun, cahaya biru berkelebat di langit. Chen Xuan melesat menggunakan langkah kilatnya, ia pun seketika telah berada tepat di samping Luo Tian. Tetapi, di saat ia menghunuskan pedangnya kepada Luo Tian. Pergerakannya disadari oleh tetua Duan Mu.Dengan cepat Tetua Duan Mu pun menghentikan aksi Chen Xuan.Tring!Benturan dua bilah pedang yang begitu nyaring. Membuat semua orang begitu terkejut atas serangan tiba-tiba yang di lancarkan oleh Chen Xuan."Xuan, apa yang kau lakukan!" teriak Zhu Ya dari atas panggung. Sangat begitu kaget.Wajah Hua Yun seolah-olah terbangun, kedua matanya terbuka lebar, sangat terkejut. "Ada apa dengan Chen Xuan ... apakah dia ....!"Saat itu, Hua Yun telah menyadari perasaan Chen Xuan terhadapnya. Di mulai dari perubahan sikap Chen Xuan terhadap Hua Y

  • Pendekar Pedang Darah   Dasar sampah

    "Omong kosong!" teriak Duan Mu dengan suaranya yang lantang, "Atas dasar apa dia menerima Pedang Dewa Petir, jika kau tidak menginginkan pedang itu, berikan saja kepada muridku, Luo Tian!" kata Duan Mu sangat kesal.Tetua Han Yue pun berbicara, "Ling'er, apakah kamu yakin?" tanya Tetua Han Yue. Ketika ia berbicara, ia sedikit memiringkan kepalanya, nampak bertanya dengan sangat serius.Suasana di tempat itu seketika menjadi kacau. Semua orang saling berbicara satu sama lain, merasa Xiao Ling'er terlalu melebih-lebihkan."Dia kalah dari senior Ling'er, bagaimana mungkin bocah itu memenuhi syarat untuk mendapatkan Pedang Dewa." kata seorang murid Sekte Awan Biru."Ya, kamu benar, bocah itu terlalu lemah untuk mendapatkan pedang dewa!"Namun, Xiao Ling'er kembali berkata, "Aku benar-benar telah membulatkan keinginanku, di dalam hidup ini aku hanya akan satu kali memilih seorang laki-laki, dan Chen Xuan adalah pilihanku." tegas Xiao Ling'er sembari mengibaskan gaun putihnya."Se— senior L

  • Pendekar Pedang Darah   Aku akan membunuhmu

    "Yun'er, Xuan, ayo kita berangkat!" ajak Zhu Ya.Dua hari telah berlalu, dan hari ini adalah hari di mana penyerahan hadiah juara kompetisi Puncak Gunung, dan gelar sepuluh murid terbaik Sekte Awan Biru akan di laksanakan.Zhu Ya, sebagai tetua dari salah satu puncak Gunung tentu harus menghadiri upacara penyerahan hadiah dan gelar tersebut. Tetapi ia tidak berangkat sendirian, ia di temani oleh Chen Xuan dan juga Hua Yun. Zhu Ya pun membawa Chen Xuan dan juga Hua Yun terbang di udara.Halaman depan Sekte Awan Biru yang berada di Puncak Awan penuh sesak. Semua orang telah berkumpul di halaman. Di atas panggung, sembilan murid terbaik telah berkumpul, dan yang terakhir adalah Hua Yun, yang berhasil menjadi peringkat delapan murid terbaik tahun ini."Lihat, Senior Hua Yun sudah datang!" ucap salah satu murid Sekte Awan Biru. Menunjuk Hua Yun yang baru saja tiba dan mendarat di halaman depan Sekte Awan Biru, dengan penuh kharisma dan kecantikannya.Suasana yang sangat meriah, semua orang

  • Pendekar Pedang Darah   Hutan Bambu Hitam

    "Kau sudah bangun, Xuan!" kata Zhu Ya. Baru saja datang ke kamar tempat Chen Xuan berada.Kedatangannya membuat Chen Xuan, Chen Ling, dan juga Fan Hao mengangkat kepalanya. Kemudian mereka menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Zhu Ya."Guru!" kata Chen Xuan."Hm, baguslah kamu sudah bangun, tapi ...." kata Zhu Ya menggantung ucapannya. Ia segera memalingkan pandangannya kepada Fan Hao dan Juga Chen Ling."Apakah benar yang di katakan dua saudara kecil ini tentang Tetua Duan Mu?" tanya Zhu Ya sangat serius.Fan Hao dan juga Chen Ling pun kembali membungkuk, kemudian Fan Hao berkata, "Benar Tetua Zhu, aku memergoki tetua Duan Mu tengah berbicara dengan sosok misterius. Tetapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan, aku hanya mendengar samar tentang pembantaian Desa Embun Pagi." kata Fan Hao menjelaskan.'Hm, pada saat pertemuan semua tetua Puncak Gunung, Tetua Duan Mu memang tidak ikut dalam pertemuan tersebut, apakah dia benar-benar bersangkutan dengan tragedi Desa E

  • Pendekar Pedang Darah   Tiga bersaudara

    "Hua Yun!" ucap Chen Xuan. Ia begitu terkejut, tetapi nada bicaranya masih rendah dan lemah.Hua Yun menangis tersedu-sedu sembari memeluk Chen Xuan, "Syukurlah kamu telah sadarkan diri, adik." kata Hua Yun.Namun, Chen Xuan hanya bungkam dalam diam, bahkan membuang wajah ke samping. Di dalam hatinya, ia sangat merasa senang atas kehadiran Hua Yun, merasa senang karna Hua Yun masih memperdulikannya, perasaan itu masih melekat di dalam hatinya.Namun, ketika ia melihat Hua Yun, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, disaat ia mengingat ketika Hua Yun mengatakan bahwa Luo Tian adalah kekasihnya.Hua Yun melepaskan pelukannya, "Adik, kamu ... sejak kapan kamu berani memanggil aku seperti itu?!" tanya Hua Yun dengan kesal. Tatapannya tajam, kedua tangan menyilang di bawah dua puncak kembarnya yang menjulang tinggi."Ahh, tidak ... Aku ...." Chen Xuan menggantung ucapannya.Hua Yun segera memotong perkataan Chen Xuan, "Sepertinya ada yang salah denganmu, adik!" kata Hua Yun. Ia memegang kepa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status