Share

Pengabulan Doa Anak
Pengabulan Doa Anak
Author: Mini

Bab 1

Author: Mini
Di pesta ulang tahunnya, Gilena sedang berharap dalam bahasa Jerman di depan kue ulang tahunnya.

“Semoga tahun ini Tante Jolin bisa jadi ibuku.”

Suami mengelus kepala Gilena sambil tersenyum, lalu berkata, “Keinginanmu akan segera terwujud.”

Aku tercengang, kue di tanganku langsung jatuh ke lantai.

Suami bertanya dengan penuh perhatian, “Kau kenapa?”

Aku menggelengkan kepala dan jawab sambil tersenyum, “Tanganku licin.”

Hanya aku sendiri yang tahu, aku panik karena mengerti bahasa Jerman, sampai-sampai kue pun terjatuh dari tanganku.

Simon Gunawan kayaknya lupa kalau aku dibesarkan di Jerman dan baru pulang untuk kuliah di universitas.

Dulu pas dia tahu, dia belajar bahasa Jerman biar lebih dekat denganku.

Bahasa Jerman Gilena juga aku yang ajarkan sedikit demi sedikit.

Pada saat ini, Simon membersihkan lantai dengan handuk, lalu memotong sepotong kue dan menyuapiku. “Nggak apa-apa. Kalau memang nggak bisa pegang, aku yang suapi saja.”

Kali ini, aku nggak terima, melainkan mundur ke belakang dan berkata, “Aku sekarang nggak pengen makan.”

Gilena menyumpal mulutnya dengan suapan kue yang besar, membuat pipinya kembung dan bergumam, “Aku masih di sini. Kalian jangan bermesraan di sini.”

Gilena tahun ini berumur 7 tahun. Pipinya masih tembem, alis dan matanya persis seperti Simon, sama-sama cantik.

Simon mendekapku di depan Gilena, lalu mengangkat alisnya dan berkata, “Aku baik sama istri sendiri ‘kan hal biasa. Kau harus terbiasa.”

Gilena meletakkan kuenya di atas meja, lalu berlari kecil dan menempel di badanku. “Nggak boleh. Hari ini ulang tahunku. Ibu punyaku.”

Gilena memelukku erat-erat. Aku malah nggak elus kepalanya sambil tersenyum seperti biasanya.

Gilena merasa aneh. Dia mendongak dan bertanya dengan sedih, “Ibu, kenapa kau nggak peluk aku?”

“Sekarang kau mau sama Ayah buli aku?”

Mendengar ini, Simon langung meledak tertawa. Aku melihat Gilena sambil berkata dengan datar, “Aku lagi pikir, apakah suami dan anak yang biasanya sangat sayang padaku punya orang yang lebih mereka sukai di luar sana?”

Seketika itu juga, Gilena langsung tercengang.

Dia lalu berkata, “Bu, kau asal ngomong apa?”

Senyuman Simon langsung hilang. Saat mendongak, pandangannya tampak lembut dan penuh cinta. Dia memegang tanganku dan mengusapnya, lalu berkata, “Betul. Aku dan Gilena paling suka samamu. Kau kok bisa pikir gitu?”

Aku pun mengeluarkan tanganku dari genggamannya.

Sampai saat ini, mereka masih ingin membohongiku.

Mereka jelas-jelas lupa bahwa hal yang paling kubenci adalah kebohongan.

Waktu nikah, aku pernah beri tahu dia. Kalau ketahuan berbohong, aku akan meninggalkannya selamanya.

Dia juga bersumpah di hadapan semua orang bahwa dia selamanya akan setia padaku.

Karena aku akan memilih untuk kembali ke Jerman dan nggak akan menjumpainya lagi.

Tapi sekarang, aku bahkan nggak tahu sudah berapa lama dia selingkuh. Putri yang selama ini kusayangi pun memihak wanita di luar itu!

Perhatian dan usaha selama 5 tahun langsung nggak berarti.

Awalnya aku kira aku bakal nangis histeris, lalu ngamuk-ngamuk sama mereka.

Anehnya, aku merasa tenang. Sampai-sampai bisa memikirkan langkahku selanjutnya.

Aku mendorong Gilena yang berada dalam pelukanku dan berkata, “Aku capek. Kalian jalani sendiri saja.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 9

    Simon beneran tahu kabar perceraiannya itu saat dia pulang ke Jagaraya.Begitu pulang, dia menerima paket yang sudah kusediakan di depan pintu.Melihat ini, Gilena berteriak senang, “Hore! Aku beneran bisa ganti ibu!”Hanya Simon yang berwajah muram dan ingin merobek surat ini.“Kenapa? Kenapa bisa berhasil cerai?”“Kau juga! Kenapa kau sengaja memprovokasi Josie?”Jolin terkejut, lalu membantah dengan lantang, “Aku cuman beri tahu dia fakta saja. Kenapa? Kau mau cerai sama dia, ‘kan?”Simon membuang kopernya keluar dan berteriak, “Pulang sana!”Melihat ini, Gilena terkejut. Dia langsung memeluk Simon dan meminta ampun atas Jolin, “Kenapa mau usir Ibu Jolin? Ini ‘kan hal yang kita inginkan.”Tapi kini Simon menyesal.Dia menyesal telah mengiyakan keinginan Gilena di hari ulang tahunnya dan bahkan membuatku mendengarnya.Simon menatap Gilena dan berkata dengan dingin, “Kalau gitu, kau ikut dia pergi.”Mendengar ini, Gilena bingung dan bertanya, “Kenapa Ayah?”Bahkan Jolin pun tercengang

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 8

    Awalnya aku kira aku nggak akan berhubungan dengan Simon lagi.Tapi ternyata Jerman nggak seluas itu. Baru 2 hari, aku sudah berpapasan dengan Simon.Kebetulan sekali, dia kelihatan nggak lagi kerja dan aku juga nggak.Aku menyapanya dalam bahasa Jerman dengan percaya diri, “Halo!”Mendengar ini, Simon langsung tercengang.“Ternyata kau bisa?”Sebelum aku berbicara, ibuku juga menyapanya, “Bajingan! Aku juga bisa!”Aku dibuat tertawa oleh ibuku. Melihat wajah Simon yang makin pucat, aku rasa dia pasti teringat bahwa aku sejak kecil dibesarkan di Jerman.“Apa yang kau tahu?”Aku mengulangi apa yang kudengar saat pesta ulang tahun kemarin.Mendengar semua ini, Simon berkata, “Itu cuman bercanda saja.”Aku mencibir, lalu menunjukkan riwayat percakapan dengan Jolin padanya dan berkata, “Lalu ini? Ini juga bercanda?”Simon langsung menyambar ponselku.Aku melihat wajahnya langsung pucat, lalu badannya goyah dan hampir menjatuhkan ponselku.Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan pelan,

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 7

    Hari ini, Simon kembali seperti biasanya.Rencana liburan mereka bersama Jolin juga sedang berlangsung.Simon mencari alasan bahwa dia juga harus dinas. Sementara Gilena pura-pura memilih untuk ikut Simon.Bagus sekali, sama-sama berbohong mau dinas.Aku juga dinas.Cuman saat melihat aku membawa semua barang-barang penting, Simon tercengang.Dia lalu berkata, “Josie, sebagian barang kayaknya nggak perlu dibawa deh.”Aku nggak berpaling dan terus meletakkan barangku ke dalam koper sambil menjawab, “Semuanya harus dibawa.”Simon diam-diam menatapku, berharap bisa melihat sesuatu dariku.Demi menenangkan dia, aku berpaling dan berkata sambil tersenyum, “Toh aku bakal pulang lagi. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukmu.”“Seminggu lagi kau sudah bisa menerimanya.”Mendengar ini, mata Simon berbinar dan Gilena juga bergegas kemari sambil berkata, “Bu, gimana dengan hadiahku?”Aku mengelus kepala Gilena sambil berkata, “Kau tentu juga ada.”Hanya saja, aku masih agak menyesal nggak bisa

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 6

    Hari keberangkatanku ke Jerman tinggal 3 hari lagi.Setelah bangun, Simon sudah melupakan banyak hal karena mabuk. Begitu bangun, dia langsung bersandar di pundakku dan berbisik malam ini dia masih mau lagi.Secara refleks, aku muntah kering di depannya sampai kepalaku pusing.Aku nggak nyangka rasa jijikku segitu mendalam, sampai sentuhan yang agak mesra pun terasa menjijikkan.Simon langsung sadar, lalu menepuk punggungku dan bertanya, “Josie, kau kenapa? Ada yang sakit?”Aku berbohong sesuai dengan pertanyaannya, “Perutku nggak enak.”Simon langsung panik dan segera berdiri, lalu ganti pakaian dan hendak membawaku ke rumah sakit.Saat hendak keluar, Gilena kebetulan bangun.Dia tercengang, lalu berlari kecil ke arah kami dan berkata, “Ibu, kau kenapa?”Aku nggak jawab, melainkan Simon yang jawab.Kemudian, Gilena juga ribut mau ikut ke rumah sakit.Kalau dulu, aku pasti terharu melihat anakku yang pintar dan perhatian.Sekarang, aku cuman berpikir, jangan-jangan dia makin benci aku.

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 5

    Sejak pacaran dengan Simon, aku sudah jarang pulang ke Jerman.Beda dengan orang tuaku. Mereka sudah lama tinggal di sana dan cuman pulang saat aku nikah dan hari raya tiap tahunnya. Tapi bahasa Indonesianya masih fasih dan mereka juga nggak pernah ungkit soal tinggal di Jerman.Jadi bagi Gilena, kakek dan nenek tinggalnya jauh, makanya jarang berkunjung.Aku sudah berkali-kali bicarakan hal sama-sama pergi ke Jerman dengan Simon. Tapi tiap kali dia menolaknya dengan alasan sibuk kerja.Pelan-pelan, aku pun nggak pernah mengatakannya lagi.Dia juga nggak tanya kenapa aku nggak pernah pulang ke rumah orang tua.Tapi sekarang Jolin mengirimiku pesan berisi visanya dan menuliskan, [Percuma kau larang Simon ketemu denganku. Dia sudah janji mau main ke Jerman bersamaku.][Kau awasi di rumah saja. Perhatikan gimana anak dan suamimu lebih suka sama aku.]Aku nggak menyangkal.Aku malah pengen mereka cepat pergi.Jolin lalu mengirim pesan provokasi lagi: [Tunggu saja. Lihatlah gimana aku mereb

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 4

    Saat itu juga, aku langsung sadar bawah ini adalah Tante Jolin yang mereka sebut. Dia sengaja menambahkanku buat cari gara-gara.Kini aku cuman ingin menampar diriku sendiri.Tadi kok aku bisa sesaat merasa iba pada mereka. Sampai kepikir buat tinggal dan melanjutkan hidup enak bersama mereka.Bajingan tetap bajingan. Mereka cuman ditutupi oleh akting saja.Aku nggak balas pesannya. Jolin juga nggak peduli. Dia mengirimiku sebuah foto.Itu foto langsung dirinya dan Simon minum air dari gelas yang sama.Dari pantulan kaca, aku melihat yang jepret foto adalah Gilena. Bahkan dari foto itu, terdengar suara.“Ibu Jolin cocok sekali sama Ayah!”Jolin mengirimiku pesan lagi: [Gimana? Foto pasangan kami cantik nggak?]Bukan hanya ini saja, tapi masih banyak lagi.Aku membalikkan ponselku di atas meja, lalu tanpa sadar terus muntah kering.Menjijikkan sekali!Aku muntah kering ke tong sampah sambil berpegangan pada meja.Segera, derap langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekatiku. Simon menep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status