Share

Bab 2

Author: Mini
Saat terdorong, Gilena tampak nggak percaya.

Aku nggak mau membujuknya. Aku hanya diam-diam mendengar dia menangis di belakangku.

Simon membujuk Gilena dengan lembut, “Jangan nangis. Ibu mungkin nggak enak badan. Ayah pergi lihat dulu.”

“Gilena anak baik.”

Gilena mengangguk sambil tersedu-sedu.

Kemudian, saat aku hendak menutup pintu kamar, Simon mendesak masuk dengan paksa.

Lalu, aku melihat ada sebuah pesan muncul di ponselnya.

“Malam ini ke tempatku nggak?”

Simon nggak sadar. Dia mengerutkan alisnya dan mendekat dengan khawatir. “Ada apa Josie?”

Aku menatap ke bawah dan menghindar tatapannya, lalu berkata, “Aku melihat pesan yang muncul di ponselmu.”

Selesai berbicara, aku langsung ambil ponselnya dan membuka kata sandinya. Lalu meletakkannya di hadapannya dan berkata, “Cepat pulang. Jangan sampai dia panik. Nanti kau harus bujuk dia lagi.”

Mendengar ini, Simon tampak panik. Dia segera mengambil ponsel dan meletakkannya di samping untuk menunjukkan kesetiaannya.

“Misiku saat ini adalah menyenangkan istriku. Yang lain, aku nggak kenal.”

Sambil berbicara, bibirnya mendekat dan tatapannya penuh dengan gairah. “Josie …”

Aku didekap erat-erat hingga nggak bisa bergerak. Bibirnya menyungging, lalu berbisik, “Aku tahu kau nggak tega mendorongku.”

Kepalanya terbenam di leherku, lalu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang kuat.

“Ayah, Ibu, aku nggak enak badan.”

Tatapan Simon kembali tenang. Dia langsung membuka pintu dan bertanya dengan panik, “Gilena kenapa?”

Gilena memegang perutnya dan meringkuk di lantai, lalu berkata dengan bahasa Jerman, “Ayah, aku sengaja pura-pura sakit biar kita bisa keluar.”

“Katamu hari ini mau bawa aku main ke tempat Tante Jolin, makanya aku pura-pura sakit,” ucapnya dengan keras dan hampir nangis.

Aku juga baru pertama kali melihat kemampuan akting putriku. Kalau bukan aku mengerti bahasanya, mungkin aku sudah panik sampai kewalahan.

Simon segera beraksi, lalu menjawab dengan panik, “Jangan takut. Ayah bawa kau ke rumah sakit.”

Dia menggendong Gilena, lalu berbalik berkata padaku, “Kau di rumah tunggu kami pulang.”

Gilena terbenam dalam pelukan Simon sambil menangis dan menatapku. “Ibu …”

Aku menghampirinya, lalu mengelus pipinya dan berkata dengan lembut, “Jangan takut, ibu di rumah tunggu kalian pulang.”

Mata Gilena langsung berbinar. Setelah menjawab “ya” dengan pelan, Simon langsung membawanya keluar.

Beberapa saat kemudian, aku melihat dari jendala Gilena yang melompat-lompat digandeng oleh Simon yang juga berseri-seri.

Sama sekali nggak kelihatan sakit atau cemas.

Kupalingkan muka, lalu kugigit bibir dengan keras dan berusaha untuk nggak nangis.

Sebenarnya aku tahu dengan jelas, malam ini mereka nggak akan pulang ke rumah.

Aku berusaha tetap tenang, lalu menghubungi pihak visa untuk mengurus hal-hal yang terkait dengan keberangkatan ke Jerman.

Karena sudah sering kuhubungi, visanya segera dibalas.

Asalkan aku bawa dokumen lengkap untuk diurus, kira-kira 2 minggu lagi aku sudah boleh pergi dari sini.

Setelah dapat kabar pasti, aku mematikan laptop dan tersenyum pada bayanganku di kaca kecil depan sambil berkata, “2 minggu lagi sudah bisa pulang. Harus bahagia.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 9

    Simon beneran tahu kabar perceraiannya itu saat dia pulang ke Jagaraya.Begitu pulang, dia menerima paket yang sudah kusediakan di depan pintu.Melihat ini, Gilena berteriak senang, “Hore! Aku beneran bisa ganti ibu!”Hanya Simon yang berwajah muram dan ingin merobek surat ini.“Kenapa? Kenapa bisa berhasil cerai?”“Kau juga! Kenapa kau sengaja memprovokasi Josie?”Jolin terkejut, lalu membantah dengan lantang, “Aku cuman beri tahu dia fakta saja. Kenapa? Kau mau cerai sama dia, ‘kan?”Simon membuang kopernya keluar dan berteriak, “Pulang sana!”Melihat ini, Gilena terkejut. Dia langsung memeluk Simon dan meminta ampun atas Jolin, “Kenapa mau usir Ibu Jolin? Ini ‘kan hal yang kita inginkan.”Tapi kini Simon menyesal.Dia menyesal telah mengiyakan keinginan Gilena di hari ulang tahunnya dan bahkan membuatku mendengarnya.Simon menatap Gilena dan berkata dengan dingin, “Kalau gitu, kau ikut dia pergi.”Mendengar ini, Gilena bingung dan bertanya, “Kenapa Ayah?”Bahkan Jolin pun tercengang

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 8

    Awalnya aku kira aku nggak akan berhubungan dengan Simon lagi.Tapi ternyata Jerman nggak seluas itu. Baru 2 hari, aku sudah berpapasan dengan Simon.Kebetulan sekali, dia kelihatan nggak lagi kerja dan aku juga nggak.Aku menyapanya dalam bahasa Jerman dengan percaya diri, “Halo!”Mendengar ini, Simon langsung tercengang.“Ternyata kau bisa?”Sebelum aku berbicara, ibuku juga menyapanya, “Bajingan! Aku juga bisa!”Aku dibuat tertawa oleh ibuku. Melihat wajah Simon yang makin pucat, aku rasa dia pasti teringat bahwa aku sejak kecil dibesarkan di Jerman.“Apa yang kau tahu?”Aku mengulangi apa yang kudengar saat pesta ulang tahun kemarin.Mendengar semua ini, Simon berkata, “Itu cuman bercanda saja.”Aku mencibir, lalu menunjukkan riwayat percakapan dengan Jolin padanya dan berkata, “Lalu ini? Ini juga bercanda?”Simon langsung menyambar ponselku.Aku melihat wajahnya langsung pucat, lalu badannya goyah dan hampir menjatuhkan ponselku.Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan pelan,

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 7

    Hari ini, Simon kembali seperti biasanya.Rencana liburan mereka bersama Jolin juga sedang berlangsung.Simon mencari alasan bahwa dia juga harus dinas. Sementara Gilena pura-pura memilih untuk ikut Simon.Bagus sekali, sama-sama berbohong mau dinas.Aku juga dinas.Cuman saat melihat aku membawa semua barang-barang penting, Simon tercengang.Dia lalu berkata, “Josie, sebagian barang kayaknya nggak perlu dibawa deh.”Aku nggak berpaling dan terus meletakkan barangku ke dalam koper sambil menjawab, “Semuanya harus dibawa.”Simon diam-diam menatapku, berharap bisa melihat sesuatu dariku.Demi menenangkan dia, aku berpaling dan berkata sambil tersenyum, “Toh aku bakal pulang lagi. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukmu.”“Seminggu lagi kau sudah bisa menerimanya.”Mendengar ini, mata Simon berbinar dan Gilena juga bergegas kemari sambil berkata, “Bu, gimana dengan hadiahku?”Aku mengelus kepala Gilena sambil berkata, “Kau tentu juga ada.”Hanya saja, aku masih agak menyesal nggak bisa

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 6

    Hari keberangkatanku ke Jerman tinggal 3 hari lagi.Setelah bangun, Simon sudah melupakan banyak hal karena mabuk. Begitu bangun, dia langsung bersandar di pundakku dan berbisik malam ini dia masih mau lagi.Secara refleks, aku muntah kering di depannya sampai kepalaku pusing.Aku nggak nyangka rasa jijikku segitu mendalam, sampai sentuhan yang agak mesra pun terasa menjijikkan.Simon langsung sadar, lalu menepuk punggungku dan bertanya, “Josie, kau kenapa? Ada yang sakit?”Aku berbohong sesuai dengan pertanyaannya, “Perutku nggak enak.”Simon langsung panik dan segera berdiri, lalu ganti pakaian dan hendak membawaku ke rumah sakit.Saat hendak keluar, Gilena kebetulan bangun.Dia tercengang, lalu berlari kecil ke arah kami dan berkata, “Ibu, kau kenapa?”Aku nggak jawab, melainkan Simon yang jawab.Kemudian, Gilena juga ribut mau ikut ke rumah sakit.Kalau dulu, aku pasti terharu melihat anakku yang pintar dan perhatian.Sekarang, aku cuman berpikir, jangan-jangan dia makin benci aku.

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 5

    Sejak pacaran dengan Simon, aku sudah jarang pulang ke Jerman.Beda dengan orang tuaku. Mereka sudah lama tinggal di sana dan cuman pulang saat aku nikah dan hari raya tiap tahunnya. Tapi bahasa Indonesianya masih fasih dan mereka juga nggak pernah ungkit soal tinggal di Jerman.Jadi bagi Gilena, kakek dan nenek tinggalnya jauh, makanya jarang berkunjung.Aku sudah berkali-kali bicarakan hal sama-sama pergi ke Jerman dengan Simon. Tapi tiap kali dia menolaknya dengan alasan sibuk kerja.Pelan-pelan, aku pun nggak pernah mengatakannya lagi.Dia juga nggak tanya kenapa aku nggak pernah pulang ke rumah orang tua.Tapi sekarang Jolin mengirimiku pesan berisi visanya dan menuliskan, [Percuma kau larang Simon ketemu denganku. Dia sudah janji mau main ke Jerman bersamaku.][Kau awasi di rumah saja. Perhatikan gimana anak dan suamimu lebih suka sama aku.]Aku nggak menyangkal.Aku malah pengen mereka cepat pergi.Jolin lalu mengirim pesan provokasi lagi: [Tunggu saja. Lihatlah gimana aku mereb

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 4

    Saat itu juga, aku langsung sadar bawah ini adalah Tante Jolin yang mereka sebut. Dia sengaja menambahkanku buat cari gara-gara.Kini aku cuman ingin menampar diriku sendiri.Tadi kok aku bisa sesaat merasa iba pada mereka. Sampai kepikir buat tinggal dan melanjutkan hidup enak bersama mereka.Bajingan tetap bajingan. Mereka cuman ditutupi oleh akting saja.Aku nggak balas pesannya. Jolin juga nggak peduli. Dia mengirimiku sebuah foto.Itu foto langsung dirinya dan Simon minum air dari gelas yang sama.Dari pantulan kaca, aku melihat yang jepret foto adalah Gilena. Bahkan dari foto itu, terdengar suara.“Ibu Jolin cocok sekali sama Ayah!”Jolin mengirimiku pesan lagi: [Gimana? Foto pasangan kami cantik nggak?]Bukan hanya ini saja, tapi masih banyak lagi.Aku membalikkan ponselku di atas meja, lalu tanpa sadar terus muntah kering.Menjijikkan sekali!Aku muntah kering ke tong sampah sambil berpegangan pada meja.Segera, derap langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekatiku. Simon menep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status