Share

Bab 4

Author: Mini
Saat itu juga, aku langsung sadar bawah ini adalah Tante Jolin yang mereka sebut. Dia sengaja menambahkanku buat cari gara-gara.

Kini aku cuman ingin menampar diriku sendiri.

Tadi kok aku bisa sesaat merasa iba pada mereka. Sampai kepikir buat tinggal dan melanjutkan hidup enak bersama mereka.

Bajingan tetap bajingan. Mereka cuman ditutupi oleh akting saja.

Aku nggak balas pesannya. Jolin juga nggak peduli. Dia mengirimiku sebuah foto.

Itu foto langsung dirinya dan Simon minum air dari gelas yang sama.

Dari pantulan kaca, aku melihat yang jepret foto adalah Gilena. Bahkan dari foto itu, terdengar suara.

“Ibu Jolin cocok sekali sama Ayah!”

Jolin mengirimiku pesan lagi: [Gimana? Foto pasangan kami cantik nggak?]

Bukan hanya ini saja, tapi masih banyak lagi.

Aku membalikkan ponselku di atas meja, lalu tanpa sadar terus muntah kering.

Menjijikkan sekali!

Aku muntah kering ke tong sampah sambil berpegangan pada meja.

Segera, derap langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekatiku. Simon menepuk-nepuk punggungku dan bertanya dengan cemas, “Kenapa Josie? Jangan takuti aku.”

Sudah lama aku muntah kering, tapi nggak ada yang keluar. Lalu aku berdiri dengan gemetaran dan berkata, “Mungkin gara-gara makanan tadi pagi agak berminyak.”

Gilena memberikan segelas air hangat padaku dan berkata, “Bu, minum air.”

Aku mendongak dan melirik segelas air itu, bayangan foto tadi langsung muncul di otakku.

Kutolak gelas itu dengan kasar, lalu muntah ke tong sampah untuk waktu yang lama.

Rok Gilena pun basah. Dia menyungutkan bibirnya dengan sedih, lalu menangis, “Aku benci Ibu!”

“Kau kok terus marah aku! Nggak kayak Ibu Jolin bisa bujuk aku! Kau kalah jauh dibandingkan sama Ibu Jolin!”

Tangisannya makin keras.

Namanya juga anak-anak, karena terlalu kalut, dia nggak sadar telah mengucapkan kata-kata yang nggak pantas dikatakan.

Mendengar ini, wajah Simon langsung berubah dan berteriak, “Gilena!”

Aku menarik tangan Gilena dan bertanya dengan pelan, “Apa kau bilang? Siapa Ibu Jolin?”

Gilena menangis tersedu-sedu. Aku pun berjongkok dan memandangnya dengan tenang.

Melihat putri yang kuperjuangkan mati-matian selama 9 bulan dalam kandungan, kini kusadari dia terasa asing bagiku.

Waktu umur 10 bulan, aku tahu dia suka menggambar. Aku sengaja habiskan gaji setengah tahun buat bikin ruang gambar pribadi di rumah.

Dia suka dengar cerita pengantar tidur. Secapek apa pun aku di siang harinya, aku pasti akan bacakan cerita baru di malam harinya. Kebiasaan ini terus berlanjut sampai sekarang.

Sejak kecil pencernaannya nggak bagus. Aku menghabiskan banyak waktu meneliti resep dan membuat makanan yang dirancang khusus untuknya.

Selama ini kukira didikanku berhasil, makanya dia bisa menghiburku di saat aku sedih.

“Jadi, di dalam hatimu, selama ini Ibu terus memaksamu?”

Simon segera jawab, “Bukan gitu. Anak ini asal ngomong.”

“Apaan Ibu Jolin? Itu cuman karakter yang dia dapatkan saat penampilan di sekolah.”

“Gilena, cepat jelaskan pada Ibu.”

Waktu itu emosi Gilena lagi kacau, jadi dia nggak bisa dengar perkataan apa pun.

Dia melepaskan tangannya dari genggamanku dengan kasar dan berteriak, “Apa yang aku ngomong itu benar. Aku benci Ibu!”

“Ayah, kau ‘kan janji mau gantikan ibu baru untukku setelah aku ulang tahun. Aku nggak mau tunggu lagi.”

Simon segera menutup mulut Gilena dan berkata, “Jangan asal ngomong, Nak.”

Dia langsung gendong Gilena ke arah kamar sambil berkata, “Sudahlah, dia mungkin sudah ngantuk.”

Aku pelan-pelan bangun, lalu menarik ujung baju Simon dan berkata, “Kalau dia mau ganti ibu baru, aku kabulkan permintaannya saja.”

Mendengar ini, Simon tercengang. Dia tampak panik dan berkata, “Josie, jangan ngomong gitu. Aku nggak bisa tahan penderitaan kehilanganmu.”

“Aku bawa anak ke kamar dulu. Kau tunggu aku.”

Simon langsung menggendong anak ke kamar sambil menutup mulutnya supaya dia nggak bersuara.

Seketika aku merasa kehilangan tenaga dan hanya terduduk lemas di sofa.

Mentalku yang tadi berniat membongkar semua sekalian juga langsung lenyap.

Aku bahkan berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk bertengkar dengan mereka, lalu cerai dengan Simon dan pulang ke rumah di Jerman.

Tapi aku juga khawatir Simon nggak mau membiarkan aku pergi.

Tenggelam dalam pikiranku, entah sejak kapan Simon sudah duduk di sampingku dan menggenggam tanganku sambil berkata, “Josie, kau jangan marah lagi.”

“Kau juga tahu, GIlena baru berumur 5 tahun. Mungkin dia kedengaran kata-kata yang nggak patut didengar, makanya sedih.”

“Kau tenang saja. Nanti dia bangun, aku pasti nasehatin dia.”

“Jadi …”

Simon tiba-tiba menggenggam tanganku dengan erat dan melanjutkan perkataannya, “Tadi hanya ucapan marah, ‘kan?”

Pandangannya terlihat hasrat posesif yang hampir nggak wajar.

Aku langsung merinding.

Aku tahu dengan jelas, kalau aku terang-terangan bilang aku mau meninggalkannya, dia pasti nggak akan membiarkan aku pergi. Padahal dalam hatinya, dia dan Gilena lebih suka sama Jolin.

Aku tarik napas dalam-dalam, mengeluarkan suara “hmm”, lalu meregangkan senyum.

“Iya, aku cuman terlalu marah.”

Mendengar ini, kelihatan sekali Simon merasa lega.

Beberapa hari ke dpean, Simon jadi lebih sensitif dan terus berada di sisiku.

Gilena kelihatan nggak senang. Namun, entah apa yang dibisikkan Simon, sampai dia tersenyum paksa setiap kali berhadapan denganku.

Aku biasa-biasa saja. Aku pura-pura nggak tahu dia nggak senang.

Biasanya mereka pergi setiap dua tiga hari.

Sekarang Simon kerja pun berada di sampingku.

Setiap kali ponsel Simon berdering, mata Gilena langsung bersinar sebentar. Itu pasti nada dering khusus Jolin.

Tapi setiap kalinya Simon akan ambil ponselnya, lalu melihat sekilas dan langsung menolak teleponnya. Khawatir aku nggak senang, dia bahkan berkata, “Ini telepon gangguan dari perusahaan saingan, bukan orang lain.”

Tingkah lakunya ini membuatku nggak punya kesempatan untuk kemas koper dan pergi.

Hari keberangkatanku ke luar negeri tinggal 1 minggu lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 9

    Simon beneran tahu kabar perceraiannya itu saat dia pulang ke Jagaraya.Begitu pulang, dia menerima paket yang sudah kusediakan di depan pintu.Melihat ini, Gilena berteriak senang, “Hore! Aku beneran bisa ganti ibu!”Hanya Simon yang berwajah muram dan ingin merobek surat ini.“Kenapa? Kenapa bisa berhasil cerai?”“Kau juga! Kenapa kau sengaja memprovokasi Josie?”Jolin terkejut, lalu membantah dengan lantang, “Aku cuman beri tahu dia fakta saja. Kenapa? Kau mau cerai sama dia, ‘kan?”Simon membuang kopernya keluar dan berteriak, “Pulang sana!”Melihat ini, Gilena terkejut. Dia langsung memeluk Simon dan meminta ampun atas Jolin, “Kenapa mau usir Ibu Jolin? Ini ‘kan hal yang kita inginkan.”Tapi kini Simon menyesal.Dia menyesal telah mengiyakan keinginan Gilena di hari ulang tahunnya dan bahkan membuatku mendengarnya.Simon menatap Gilena dan berkata dengan dingin, “Kalau gitu, kau ikut dia pergi.”Mendengar ini, Gilena bingung dan bertanya, “Kenapa Ayah?”Bahkan Jolin pun tercengang

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 8

    Awalnya aku kira aku nggak akan berhubungan dengan Simon lagi.Tapi ternyata Jerman nggak seluas itu. Baru 2 hari, aku sudah berpapasan dengan Simon.Kebetulan sekali, dia kelihatan nggak lagi kerja dan aku juga nggak.Aku menyapanya dalam bahasa Jerman dengan percaya diri, “Halo!”Mendengar ini, Simon langsung tercengang.“Ternyata kau bisa?”Sebelum aku berbicara, ibuku juga menyapanya, “Bajingan! Aku juga bisa!”Aku dibuat tertawa oleh ibuku. Melihat wajah Simon yang makin pucat, aku rasa dia pasti teringat bahwa aku sejak kecil dibesarkan di Jerman.“Apa yang kau tahu?”Aku mengulangi apa yang kudengar saat pesta ulang tahun kemarin.Mendengar semua ini, Simon berkata, “Itu cuman bercanda saja.”Aku mencibir, lalu menunjukkan riwayat percakapan dengan Jolin padanya dan berkata, “Lalu ini? Ini juga bercanda?”Simon langsung menyambar ponselku.Aku melihat wajahnya langsung pucat, lalu badannya goyah dan hampir menjatuhkan ponselku.Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan pelan,

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 7

    Hari ini, Simon kembali seperti biasanya.Rencana liburan mereka bersama Jolin juga sedang berlangsung.Simon mencari alasan bahwa dia juga harus dinas. Sementara Gilena pura-pura memilih untuk ikut Simon.Bagus sekali, sama-sama berbohong mau dinas.Aku juga dinas.Cuman saat melihat aku membawa semua barang-barang penting, Simon tercengang.Dia lalu berkata, “Josie, sebagian barang kayaknya nggak perlu dibawa deh.”Aku nggak berpaling dan terus meletakkan barangku ke dalam koper sambil menjawab, “Semuanya harus dibawa.”Simon diam-diam menatapku, berharap bisa melihat sesuatu dariku.Demi menenangkan dia, aku berpaling dan berkata sambil tersenyum, “Toh aku bakal pulang lagi. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukmu.”“Seminggu lagi kau sudah bisa menerimanya.”Mendengar ini, mata Simon berbinar dan Gilena juga bergegas kemari sambil berkata, “Bu, gimana dengan hadiahku?”Aku mengelus kepala Gilena sambil berkata, “Kau tentu juga ada.”Hanya saja, aku masih agak menyesal nggak bisa

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 6

    Hari keberangkatanku ke Jerman tinggal 3 hari lagi.Setelah bangun, Simon sudah melupakan banyak hal karena mabuk. Begitu bangun, dia langsung bersandar di pundakku dan berbisik malam ini dia masih mau lagi.Secara refleks, aku muntah kering di depannya sampai kepalaku pusing.Aku nggak nyangka rasa jijikku segitu mendalam, sampai sentuhan yang agak mesra pun terasa menjijikkan.Simon langsung sadar, lalu menepuk punggungku dan bertanya, “Josie, kau kenapa? Ada yang sakit?”Aku berbohong sesuai dengan pertanyaannya, “Perutku nggak enak.”Simon langsung panik dan segera berdiri, lalu ganti pakaian dan hendak membawaku ke rumah sakit.Saat hendak keluar, Gilena kebetulan bangun.Dia tercengang, lalu berlari kecil ke arah kami dan berkata, “Ibu, kau kenapa?”Aku nggak jawab, melainkan Simon yang jawab.Kemudian, Gilena juga ribut mau ikut ke rumah sakit.Kalau dulu, aku pasti terharu melihat anakku yang pintar dan perhatian.Sekarang, aku cuman berpikir, jangan-jangan dia makin benci aku.

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 5

    Sejak pacaran dengan Simon, aku sudah jarang pulang ke Jerman.Beda dengan orang tuaku. Mereka sudah lama tinggal di sana dan cuman pulang saat aku nikah dan hari raya tiap tahunnya. Tapi bahasa Indonesianya masih fasih dan mereka juga nggak pernah ungkit soal tinggal di Jerman.Jadi bagi Gilena, kakek dan nenek tinggalnya jauh, makanya jarang berkunjung.Aku sudah berkali-kali bicarakan hal sama-sama pergi ke Jerman dengan Simon. Tapi tiap kali dia menolaknya dengan alasan sibuk kerja.Pelan-pelan, aku pun nggak pernah mengatakannya lagi.Dia juga nggak tanya kenapa aku nggak pernah pulang ke rumah orang tua.Tapi sekarang Jolin mengirimiku pesan berisi visanya dan menuliskan, [Percuma kau larang Simon ketemu denganku. Dia sudah janji mau main ke Jerman bersamaku.][Kau awasi di rumah saja. Perhatikan gimana anak dan suamimu lebih suka sama aku.]Aku nggak menyangkal.Aku malah pengen mereka cepat pergi.Jolin lalu mengirim pesan provokasi lagi: [Tunggu saja. Lihatlah gimana aku mereb

  • Pengabulan Doa Anak   Bab 4

    Saat itu juga, aku langsung sadar bawah ini adalah Tante Jolin yang mereka sebut. Dia sengaja menambahkanku buat cari gara-gara.Kini aku cuman ingin menampar diriku sendiri.Tadi kok aku bisa sesaat merasa iba pada mereka. Sampai kepikir buat tinggal dan melanjutkan hidup enak bersama mereka.Bajingan tetap bajingan. Mereka cuman ditutupi oleh akting saja.Aku nggak balas pesannya. Jolin juga nggak peduli. Dia mengirimiku sebuah foto.Itu foto langsung dirinya dan Simon minum air dari gelas yang sama.Dari pantulan kaca, aku melihat yang jepret foto adalah Gilena. Bahkan dari foto itu, terdengar suara.“Ibu Jolin cocok sekali sama Ayah!”Jolin mengirimiku pesan lagi: [Gimana? Foto pasangan kami cantik nggak?]Bukan hanya ini saja, tapi masih banyak lagi.Aku membalikkan ponselku di atas meja, lalu tanpa sadar terus muntah kering.Menjijikkan sekali!Aku muntah kering ke tong sampah sambil berpegangan pada meja.Segera, derap langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekatiku. Simon menep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status