Share

Bab 7

"Perlu bantuan?" Ivy menawarkan diri untuk membantu Jonathan yang tengah sibuk memakai dasinya.

"Kita cuma berdua di sini. Kamu nggak perlu pura-pura menjadi istri yang baik."

Ivy tulus ingin membantu Jonathan, tapi Jonathan malah menanggapi negatif maksud baiknya, mengira dirinya hanya pura-pura baik.

"Aku serius mau bantuin. Bukan karena pura-pura. Tapi kalau kamu nya nggak suka, ya udah." Ivy memilih meninggalkan Jonathan yang masih ada di kamar ganti. Ia menunggu suaminya di luar untuk turun sarapan bersama di bawah.

Menit berikutnya, Jonathan keluar dan Ivy yang duduk di sofa, berdiri menghampiri Jonathan.

Dengan tersenyum, Ivy merangkul lengan Jonathan. Jonathan langsung menatapnya dengan tajam.

"Kenapa melihatku seperti mau makan orang begitu? Apa karena kamu nggak suka aku rangkul begini? Bukannya kamu bilang, aku harus menunjukan di depan keluargamu hubungan mesra kita? Jadi istri soleha di depan mereka."

Jonathan yang tadinya tak sadar dengan perjanjian mereka, akhirnya menghela nafas pelan, mencoba untuk tetap tenang menghadapi sikap Ivy. Karena jujur, Jonathan tidak terbiasa dan tidak suka disentuh oleh wanita lain selain Tavisa, kekasihnya.

Jonathan membiarkan Ivy merangkulnya. Ia pun berjalan keluar bersama Ivy, menuruni tangga sembari Ivy merangkulnya layaknya pasangan harmonis. Mereka langsung datang ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarga besarnya. Di sana, ada pamannya, Tuan Gandi Graham-adik mendiang ayahnya. Ibu kandungnya, Nyonya Selfia. Adik perempuannya, Salena. Adik sepupunya, Steven, adik tirinya, Cakra dan terakhir Nyonya Rukmana atau Amma Graham, sang nenek yang paling punya kuasa di rumah itu.

Ivy yang menghampiri mereka, sedikit kaget melihat keluarga besar Jonathan di sana.

"Keluargamu banyak juga," bisik Ivy.

Jonathan hanya melirik datar pada Ivy. Kemudian duduk bersama keluarganya. Ivy ikut suaminya. Wanita cantik berambut sebahu itu, membungkuk hormat di depan mereka semua. "Selamat pagi semuanya!"

Untuk menunjukkan sikapnya sebagai menantu yang baik, Ivy harus menyapa mereka dengan sopan dan hormat. Meski sebenarnya tidak menjadi menantu mereka, Ivy juga harus bersikap sopan pada mereka.

Nyonya Rukmana membalas dengan mengangguk tersenyum. "Duduklah!" titahnya kemudian.

Meski Nyonya Rukmana pernah menjodohkan cucunya dengan wanita pilihannya tapi ia tetap merestui wanita pilihan Jonathan. Baginya yang penting Jonathan menikah. Berbeda dengan Nyonya Selfia yang melirik tajam pada Ivy karena tak suka.

"Terima kasih Nenek!" Ivy menarik kursi di samping Jonathan. Namun tiba-tiba saja Aneska datang dan merebut kursinya. Ivy mau membalas Aneska dengan menarik kembali kursinya tapi Ivy tak mau menunjukkan sikap arogannya di depan semua keluarga Jonathan. Akhirnya Ivy memilih duduk di sebelah Aneska, tapi ia sempat melirik tajam Aneska. 'Lain kali aku nggak akan mengalah padamu Nona,' batin Ivy.

Aneska yang senang duduk di sebelah Jonathan, membantu Jonathan mengambil nasi ke piring pria itu.

"Hanya cantik, tapi tidak bisa melayani suami dengan baik, untuk apa? Hanya jadi benalu di keluarga ini." Tiba-tiba saja, Nyonya Selfia menyahut tapi wanita paruh baya itu tak memandang siapapun. Beliau bicara sambil asyik menikmati makanannya.

Meski begitu, Ivy tahu siapa yang dimaksud Nyonya Selfia. Dengan sikap anggunnya, Ivy berdiri dari tempatnya lalu mendatangi suaminya. Di sana, ia mengambil lauk yang diberikan Aneska ke piring Jonathan lalu meletakkan lauk itu ke piring Aneska.

"Maaf Nona! Suamiku nggak boleh makan nasi kalau pagi begini. Dia cuma boleh makan sayuran aja. Lebih baik kamu yang memakannya." Walau kata-katanya menyinggung Aneska tapi Ivy tetap tersenyum ramah melihat Aneska.

Jonathan tidak terbiasa makan sayuran sup jika pagi-pagi. Apalagi jika ada wortelnya. Pria itu hanya makan roti tawar saja. Ia pun melirik tajam ke Ivy. Namun karena harus menunjukkan keharmonisan hubungannya dengan Ivy di depan keluarga agar mereka semua percaya tentang pernikahannya, terutama sang nenek hingga Jonathan terpaksa menerima makanan pemberian Ivy.

"Terima kasih sayang!" Bahkan Jonathan tersenyum manis pada Ivy yang berdiri di sebelahnya.

Ivy kaget melihat sikap romantis Jonathan. Yang sesaat lalu di kamar memarahinya dengan arogan dan menatapnya dengan dingin, kini pria itu malah tersenyum. Namun detik berikutnya Ivy sadar bahwa suami diatas kertasnya itu hanya berpura-pura.

"Sama-sama sayang!" Untuk mendukung keharmonisan mereka, Ivy ikut memanggil mesra Jonathan lalu duduk di tempatnya.

Aneska hanya diam saja tapi tampak jelas diwajahnya yang tak senang melihat keromantisan kedua pengantin baru itu. Bibirnya cemberut, bahkan Aneska tak punya nafsu makan dan hanya mengaduk-ngaduk makanan di piringnya.

Sementara Nyonya Selfia heran melihat anaknyaakan sayur. "Jo, tumben kamu mau makan sayuran. Itu kan bukan kebiasaan kamu di pagi hari?"

Ivy kaget mendengar ucapan Nyonya Selfia. 'Gawat, aku nggak mikirin itu sebelum bertindak.'

Jonathan malah tampak biasa saja. "Aku makan Ma."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status