Share

Bab 8

Ivy dan Jonathan sudah keluar dari rumah. Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai oleh Danny.

"Ke mana kita akan pergi?" tanya Ivy yang tak tahu ke mana Jonathan akan membawanya.

"Besok malam kamu harus menemaniku ke pesta. Jadi hari ini kita akan ke butik untuk mencoba gaun untukmu. Setelah itu, aku akan mengantarmu ke lokasi syuting," jelas Jonathan datar.

"Lokasi syuting?" Kening Ivy mengerut bingung melihat Jonathan.

Jonathan mengulurkan tangannya ke depan kantong kursi belakang yang diduduki Danny. Ia mengambil naskah yang ia simpan di sana. Lalu, naskah itu ia sodorkan pada Ivy. "Ini naskah film untukmu!"

Ivy mengambilnya tapi ia masih bingung maksud Jonathan memberikannya naskah film. "Kenapa kamu kasih naskah film? Untuk apa?"

"Aku sudah janji padamu untuk membuatmu masuk ke dunia entertainment, dan membantumu menjadi artis terkenal seperti yang kamu inginkan."

Ivy tidak terlalu fokus mendengarkan Jonathan bicara. Ia malah fokus membaca naskah yang diberikan Jonathan. Ivy mengerutkan keningnya, tak senang dengan peran yang tidak sesuai permintaannya. Lalu, ia menoleh ke Jonathan yang duduk di sebelah kanannya. "Aku dapat peran utama kedua? Kenapa bukan peran utama Putri Terakhir? Bukannya aku bilang, ingin jadi artis terkenal? Aku juga bilang ingin balas dendam pada saudara tiriku yang mengambil peran yang harusnya jadi milikku."

"Untuk menjadi terkenal, tidak selamanya harus mendapatkan peran utama. Tunjukkan saja bakatmu dan kemampuan aktingmu dengan baik di depan semua orang. Dan masalah balas dendammu itu, tidak perlu pakai cara murahan."

"Lalu harus bagaimana membalas mereka?" tanya Ivy penasaran.

Jonathan malah mendekatkan wajahnya ke wajah Ivy yang membuat Ivy kaget tapi Ivy tidak menghindar. Ia yang kaget dengan Jonathan hanya menatap suaminya itu dengan mata terbuka lebar.

Ivy mengira Jonathan akan menciumnya tapi ternyata pria itu menggerakkan kepalanya ke telinga Ivy.

"Ternyata kamu wanita yang polos. Tidak mengerti apapun," bisik Jonathan dengan senyum smirk mengejek Ivy yang menurutnya bodoh.

Ivy menggerakkan kepalanya ke samping, menghindari Jonathan yang masih mendekatkan wajahnya.

"Apa maksudmu?" tanyanya sembari menatap Jonathan.

Jonathan kembali duduk bersandar di sana menatap Ivy datar. "Dengarkan aku dengan baik! Untuk balas dendam, tidak perlu dengan cara yang membuatmu dipandang rendah oleh orang lain. Kamu balas dendam dengan cara yang anggun dan bermartabat Ivy. Pertama, kau harus membuat semua orang berada di pihakmu dan mengagumimu dengan bakatmu. Bukankah itu cara yang lebih bagus dan tentunya sangat menguntungkanmu."

Deg!

Ide Jonathan membuat Ivy kagum dengan pria itu. Bahkan Ivy merasa Jonathan hari ini sangat tampan dan gagah dari kemarin. Sungguh ia tak menyangka jika pria itu sangat serius memikirkan ide untuk membalas dendam pada orang-orang itu.

"Terima Kasih! Kamu sangat baik karena bersedia membantuku!" kata Ivy tersenyum.

Jonathan tersenyum miring. "Kamu pikir, aku membantumu karena ingin terlihat baik di depanmu. Aku melakukannya sesuai perjanjian kita. Jangan salah paham dengan maksudku!"

Ivy sungguh melupakan mengenai perjanjiannya. Ternyata ia salah sudah kagum pada Jonathan. Pria itu ternyata memang dingin sedingin es.

"Aku tidak salah paham. Aku selalu ingat dengan perjanjian kita. Aku berterima kasih untuk menghargaimu sebagai pihak pertama." Ivy pun tak mau Jonathan salah mengartikan ucapan terima kasihnya hingga ia segera menjelaskan maksudnya tadi.

Mobil sampai di sebuah butik ternama di Kota Jakarta. Mereka berdua berjalan sama-sama, masuk ke dalam, dan Danny hanya mengikuti dari belakang. Di dalam, mereka langsung disambut pemilik butik dan mereka dibawa ke sebuah ruangan VIP, di mana hanya ada mereka saja.

Jonathan langsung duduk di sofa, menyilangkan kakinya di sana sembari bersandar dengan ekspresi datarnya melihat Ivy dibawa masuk sang pemilik butik sekaligus desainer pakaian. Danny hanya berdiri tegak di samping Jonathan duduk.

"Saya harus coba ini semua?" tanya pada desainer yang menunjukkannya berbagai model gaun.

"Iya Nona. Ini gaun baru yang saya buat sesuai permintaan Tuan Jonathan. Nona bisa memiliki semuanya tapi nona hanya bisa memakai satu gaun untuk hari ini," jelas desainer itu.

Belum mencobanya tapi Ivy sudah menghela nafas lelahnya. "Baiklah. Saya coba semuanya!"

Meski repot tapi ia mengalah untuk Jonathan yang ribet.

Gaun pertama sudah ia kenakan. Desainer itu membuka tirainya, menunjukkan Ivy yang berdiri dengan gaun ditubuhnya.

Jonathan mengerutkan keningnya. Raut wajahnya, tampak tak senang. Tanpa mengatakan apapun, Jonathan mengibas-ngibas tangannya, menyuruh Ivy mengganti dengan gaun yang lain.

Ivy tak mengeluh, ia menutup kembali tirainya dan mengganti dengan gaun lain. Menit demi menit berlalu, sudah ada lima gaun yang dicoba Ivy dan belum ada yang menarik mata Jonathan. Ivy sudah lelah tapi ia tetap sabar menghadapi Jonathan. Hingga gaun ke delapan, akhirnya Jonathan setuju Ivy memakai gaun berwarna biru dominan putih.

"Akhirnya!" Ivy lega karena kegiatan yang melelahkan itu berhenti.

"Sudah selesai. Cepat ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke lokasi syuting!" titah Jonathan dengan raut wajahnya yang tetap datar pada Ivy.

Sekitar lima belas menit, akhirnya Ivy sampai di lokasi syutingnya. Ia pamit pada Jonathan lalu mendatangi semua Kru Film. Di sana ada Naomi. Naomi heran melihat kedatangan Ivy. Dengan rasa penasarannya, ia mendekati Ivy yang berjalan ke arah Sutradara Wong.

"Sedang apa kau di sini, Ivy?"

"Mulai hari ini, aku ikut syuting sebagai peran utama kedua."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status