Nayra mendorong Rainhard sekuat tenaga, di benar-benar tidak akan mengabulkan keinginan Rainhard untuk melakukannya di ruangan kerja.
"Rain, sadarlah! Kita tidak mungkin melakukan itu di sini!" bentak Nayra kesal.
"Kenapa tidak mungkin? Jika aku mau maka kau tidak berhak menolak!" jawab Rainhard ikut kesal.
Rainhard menarik gaun Nayra sehingga bagian bahu Nayra terlihat. Bukan hanya itu, Rainhard juga menikmati bahu Nayra dan meninggalkan bekas merah.
Sekeras apapun Nayra menolak, Rainhard tetap saja tidak ingin menyingkir.
Hingga suara telpon masuk terdengar. Nayra mengambil kesempatan, dengan cepat mendorong Rainhard dan memperbaiki gaunnya. Nayra sedikit panik dan mengambil ponsel yang ada di tasnya.
Nayra melihat layar ponselnya dan ternyata yang menelpon adalah Helena. Tertulis dengan jelas nama pemanggil yaitu "Ratu Sandiwara".
"Kenapa tidak diangkat?" tanya Rainhard penasaran.
Adam terkejut saat seorang pria menyapanya dengan hawa yang super dingin. Ekspresi wajahnya tiba-tiba memperlihatkan rasa takut akan suasana yang sedang terjadi."Rrr-ra-rainhard," gumam Adam ketakutan.Helena dengan cepat menghampiri Rainhard berusaha untuk ramah dan menyambut kedatangan Rainhard."Rain, selamat datang di rumah sederhana kami. Ternyata kamu datang untuk mencari Nayra," ucap Helena dengan sandiwaranya."Rain? Sejak kapan kita sedekat itu sehingga kau memanggil namaku seperti itu. Seharusnya kamu memanggilku dengan sebutan Tuan Rainhard!" balas Rainhard sinis.Helena terdiam sejenak, 'Sial! Anak berwajah hancur ini malah berlagak di hadapanku!' batin Helena kesal.Rainhard melangkah melewati Helena dan berjalan menuju Adam. Tanpa sengaja Rainhard melihat Cleo yang tengah berdiri mematung dan menatap kearahnya.Dia menghentikan langkahnya dan menatap Cleo, "Siapa dia?" tanya Rainhard
Nayra menutup tirainya dengan rasa kesal. Tatapan Rainhard masih saja terlihat mengancm sehingga Nayra tidak berani lagi beradu mulut dengannya."Istirahatlah dengan baik, Tuan!" ketus Nayra."Hei, lama kelamaan kamu berani kepadaku. Bersikap sopanlah sedikit, jika tidak ...." Rainhard mengancam Nayra dengan tangan saling meninju pertanda memberi kode jika Nayra macam-macam terhadapnya maka dia akan melakukan suatu hal yang dapat merugikan Nayra.Nayra seketika meminta maaf, "Ma-maaf Tuan Rain, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," ucap Nayra dengan cepat menutupi kaki Rainhard dengan selimut pertanda mencuri perhatian Rainhard."Kemarilah!" pinta Rainhard seketika menghentikan gerakan tangan Nayra."Anda perlu istirahat. Kalau begitu, aku akan membuatkan anda secangkir teh," ucap Nayra tersenyum mencari alasan untuk segera pergi dari sisi Rainhard.'Aku tidak tahan dengan Pria merepotkan sepert
Nayra luar biasa gugup atas perlakuan Rainhard yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia berusaha untuk terlepas dari pelukan Rainhard namun Rainhard tengah asiknya meraba paha Nayra."A-apa yang kamu lakukan? Rain, singkirkan tanganmu!" pinta Nayra berusaha untuk meronta-ronta."Kenapa? Apakah area ini yang membuatmu terangsang?" tanya Rainhard tanpa pikir panjang.Nayra merasa kesal dan tersinggung dengan perkataan Rainhard yang tidak senonoh, hingga Rainhard memegang dagu Nayra dan menyecap bibir Nayra penuh dengan paksaan.Nayra sulit bernapas akibat cecapan Rainhard. Sepertinya Rainhard kesal karna Nayra sama sekali belum sepenuhnya jadi penurut.Nayra berusaha mendorong Rainhard, tangannya bahkan memukul dada Rainhard akibat terlalu sesak napas. Namun sikap Rainhard yang arogan membuat Nayra sia-sia berusaha melepaskan diri.Selang beberapa menit, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Rainha
Yah, Rainhard mendengar semua umpatan Nayra terhadap dirinya dan terhadap keluarga Nayra. Dia hanya merasa lucu melihat Nayra yang emosian."Masih belum puas?" tanya Rainhard dengan nada suara yang rendah.Nayra menoleh dan melihat seorang pria yang tinggi dengan topeng sebelah wajah tengah berjalan menuju dirinya."Rain sialan! Apa kamu sudah puas menikmati tubuh indah Cleo? Kenapa kau tidak menikah saja dengan wanita sialan itu!" Nayra berjalan dengan kesal menuju Rainhard dan tangan Nayra memukul dada Rainhard dengan kesal.Air mata Nayra menetes dengan deras, rasa cemburu dan kebencian menyelimuti dirinya. Rainhard hanya terdiam mematung dan membiarkan Nayra memukulnya dengan keras."Rain, aku membencimu dan sangat membencimu. Aku akan membalas dendam atas perlakuanmu kepadaku entah di kehidupan yang sekarang atau di kehidupan selanjutnya. Aku tidak akan membiarkanmu bebas begitu saja!" teriak Nayra masih memukuli
Perusahaan Diamond Property GroupDiwaktu yang bersamaan, Rainhard tengah serius menatap layar laptop. Jari-jarinya melayang dengan hebat di papan ketik keyboard.Hingga bayangan tentang kejadian tadi siang membuat Rainhard menghentikan gerakan tangannya saat bekerja. Dia mulai tertawa terbahak-bahak saat memikirkan ekspresi wajah Nayra yang lugu saat sedang cemburu.'Hahahaha, apa aku semenarik itu sehingga membuatnya mulai menyukaiku,' batin Rainhard merasa lucu.Rainhard semakin tertawa keras, dia tidak peduli jika suaranya memantul memenuhi seluruh ruangan kerjanya.Tepat di hadapan pintu, Rayhan yang kebetulan ingin masuk malah mengurungkan niat. Ini pertama kalinya dia mendengat suara tawa Rainhard yang keras. Seorang berdarah dingin seperti Rainhard hanya bisa memperlihatkan senyum sinis dihadapan Rayhan.'A-apa itu suara tawa Tuan?' Rayhan mulai bertanya-tanya.'Tidak! Mana mungkin Tuan tertawa, a
"Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan...." Rayhan mengulangi ucapan itu atas perintah dari Rainhard.Rainhard menatap Rayhan dengan senyum diwajahnya. Ucapan selamat pagi yang diucapkan oleh Rayhan membuat moodnya sedikit membaik. Meski sebenarnya yang dilakukan Rayhan terlihat gila karna mengucapkan selamat pagi, bukan mengucapkan selamat malam. Tapi Rayhan hanya bisa mematuhi perintah tuannya yang bertingkah semakin aneh."Rain, ...." Han memilih angkat bicara tapi belum sempat Han melanjutkan perkataannya, Rainhard langsung memotong."Katakan! Bencana apa yang membawamu kemari? Bencana banjir? Bencana longsor? Gunung meletus? Atau bencana putus cinta? Dengar! Aku bukan Badan Penanggulangan Bencana jadi tidak menerima tamu kalau tamu itu hanya datang untuk mengomel atau mengeluh. Itu membuang-buang waktuku!" ucap Rainhard memotong.Han sangat kesal melihat
"Apa maksudnya dokter psikiater? Anda mungkin salah tempat!" ucap Han.Han tidak mungkin membiarkan dokter yang tidak diketahui asal usulnya memeriksa kejiwaan Rainhard. Sahabatnya itu memang aneh tapi belum tentu gila.Hingga dr.Dalbert angkat bicara kembali, "Apakah anda bisa mengantar saya ke ruangan pasien?" tanya dr.Dalbert lagi-lagi tersenyum manis."Maaf, Dok. Tapi teman saya baik-baik saja, hanya saja ... dia sedikit bertingkah aneh mungkin karna tertekan," jawab Han."Saya adalah seorang dokter lulusan bidang kejiwaan. Anda tidak perlu meragukan keahlian saya bahkan pengalaman saya di bidang kejiwaan itu sudah terbukti. Berbagai penyakit jiwa sudah saya alami, ilusi, emosi, bahkan 2 kepribadian. Jadi, tolong Tuan Han menghargai saya sebagai dokter profesional!" balas dr.Dalbert."Baiklah, asalkan anda melakukan tugas anda tanpa adanya kesalahan sedikitpun!" ucap Han mengangguk.
Pagi hari pukul 08.00Pagi itu Nayra tengah duduk tepat di depan cermin rias. Ia terlihat cantik dengan dress kuning motif bunga yang melekat sempurna di tubuhnya.Dress selutut dengan lengan renda membuat tampilannya menjadi semakin menawan.Jemari Nayra menari kala ia memoleskan foundation tipis di kulit wajahnya. Matanya tampak tegas saat eyeliner mengikuti sudut matanya. Tak lupa dia menggunakan lipstik berwarna pink memberikan kesan natural."Huh, dari tadi jantungku ribut terus. Menganggu saja!" gumam Nayra membuang napas kasar.Yah bagaiamana tidak, dia sangat gugup. Pasalnya, kemarin siang hubungannya dengan Rainhard mulai membaik tapi itu malah membuat Nayra menjadi gugup."Bagaimana dengan tampilanku seperti ini? Apa dia akan menyukainya?" tanya Nayra kepada dirinya sendiri."Tidak, Nay. Kenapa kau harus berdandan untuk pria sepertinya. Bersikap jual mahal lah sedikit!" jawabnya kepada dir