Yah, Rainhard mendengar semua umpatan Nayra terhadap dirinya dan terhadap keluarga Nayra. Dia hanya merasa lucu melihat Nayra yang emosian.
"Masih belum puas?" tanya Rainhard dengan nada suara yang rendah.
Nayra menoleh dan melihat seorang pria yang tinggi dengan topeng sebelah wajah tengah berjalan menuju dirinya.
"Rain sialan! Apa kamu sudah puas menikmati tubuh indah Cleo? Kenapa kau tidak menikah saja dengan wanita sialan itu!" Nayra berjalan dengan kesal menuju Rainhard dan tangan Nayra memukul dada Rainhard dengan kesal.
Air mata Nayra menetes dengan deras, rasa cemburu dan kebencian menyelimuti dirinya. Rainhard hanya terdiam mematung dan membiarkan Nayra memukulnya dengan keras.
"Rain, aku membencimu dan sangat membencimu. Aku akan membalas dendam atas perlakuanmu kepadaku entah di kehidupan yang sekarang atau di kehidupan selanjutnya. Aku tidak akan membiarkanmu bebas begitu saja!" teriak Nayra masih memukuli
Perusahaan Diamond Property GroupDiwaktu yang bersamaan, Rainhard tengah serius menatap layar laptop. Jari-jarinya melayang dengan hebat di papan ketik keyboard.Hingga bayangan tentang kejadian tadi siang membuat Rainhard menghentikan gerakan tangannya saat bekerja. Dia mulai tertawa terbahak-bahak saat memikirkan ekspresi wajah Nayra yang lugu saat sedang cemburu.'Hahahaha, apa aku semenarik itu sehingga membuatnya mulai menyukaiku,' batin Rainhard merasa lucu.Rainhard semakin tertawa keras, dia tidak peduli jika suaranya memantul memenuhi seluruh ruangan kerjanya.Tepat di hadapan pintu, Rayhan yang kebetulan ingin masuk malah mengurungkan niat. Ini pertama kalinya dia mendengat suara tawa Rainhard yang keras. Seorang berdarah dingin seperti Rainhard hanya bisa memperlihatkan senyum sinis dihadapan Rayhan.'A-apa itu suara tawa Tuan?' Rayhan mulai bertanya-tanya.'Tidak! Mana mungkin Tuan tertawa, a
"Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan. Selamat pagi, Tuan...." Rayhan mengulangi ucapan itu atas perintah dari Rainhard.Rainhard menatap Rayhan dengan senyum diwajahnya. Ucapan selamat pagi yang diucapkan oleh Rayhan membuat moodnya sedikit membaik. Meski sebenarnya yang dilakukan Rayhan terlihat gila karna mengucapkan selamat pagi, bukan mengucapkan selamat malam. Tapi Rayhan hanya bisa mematuhi perintah tuannya yang bertingkah semakin aneh."Rain, ...." Han memilih angkat bicara tapi belum sempat Han melanjutkan perkataannya, Rainhard langsung memotong."Katakan! Bencana apa yang membawamu kemari? Bencana banjir? Bencana longsor? Gunung meletus? Atau bencana putus cinta? Dengar! Aku bukan Badan Penanggulangan Bencana jadi tidak menerima tamu kalau tamu itu hanya datang untuk mengomel atau mengeluh. Itu membuang-buang waktuku!" ucap Rainhard memotong.Han sangat kesal melihat
"Apa maksudnya dokter psikiater? Anda mungkin salah tempat!" ucap Han.Han tidak mungkin membiarkan dokter yang tidak diketahui asal usulnya memeriksa kejiwaan Rainhard. Sahabatnya itu memang aneh tapi belum tentu gila.Hingga dr.Dalbert angkat bicara kembali, "Apakah anda bisa mengantar saya ke ruangan pasien?" tanya dr.Dalbert lagi-lagi tersenyum manis."Maaf, Dok. Tapi teman saya baik-baik saja, hanya saja ... dia sedikit bertingkah aneh mungkin karna tertekan," jawab Han."Saya adalah seorang dokter lulusan bidang kejiwaan. Anda tidak perlu meragukan keahlian saya bahkan pengalaman saya di bidang kejiwaan itu sudah terbukti. Berbagai penyakit jiwa sudah saya alami, ilusi, emosi, bahkan 2 kepribadian. Jadi, tolong Tuan Han menghargai saya sebagai dokter profesional!" balas dr.Dalbert."Baiklah, asalkan anda melakukan tugas anda tanpa adanya kesalahan sedikitpun!" ucap Han mengangguk.
Pagi hari pukul 08.00Pagi itu Nayra tengah duduk tepat di depan cermin rias. Ia terlihat cantik dengan dress kuning motif bunga yang melekat sempurna di tubuhnya.Dress selutut dengan lengan renda membuat tampilannya menjadi semakin menawan.Jemari Nayra menari kala ia memoleskan foundation tipis di kulit wajahnya. Matanya tampak tegas saat eyeliner mengikuti sudut matanya. Tak lupa dia menggunakan lipstik berwarna pink memberikan kesan natural."Huh, dari tadi jantungku ribut terus. Menganggu saja!" gumam Nayra membuang napas kasar.Yah bagaiamana tidak, dia sangat gugup. Pasalnya, kemarin siang hubungannya dengan Rainhard mulai membaik tapi itu malah membuat Nayra menjadi gugup."Bagaimana dengan tampilanku seperti ini? Apa dia akan menyukainya?" tanya Nayra kepada dirinya sendiri."Tidak, Nay. Kenapa kau harus berdandan untuk pria sepertinya. Bersikap jual mahal lah sedikit!" jawabnya kepada dir
Nayra sangat terkejut saat bibir Rainhard menyatu dengan bibirnya. Mata berwarna ungu gelap itu masih terlihat sangat jelas, topengnya sangat mengganggu.Nayra yang masih mematung seketika luluh seolah hatinya digerakkan untuk menerima kelakuan Rainhard terhadap dirinya.Sungguh! Tatapan mata Rainhard membuatnya merasa yakin kalau ada ketulusan dibalik kelakuan Rainhard.Adapun Rainhard merasa aneh karna Nayra tidak melawan. Biasanya Nayra berusaha meronta-ronta tapi kali ini Nayra hanya diam seolah menerima Rainhard sepenuh hati.Hingga sang pengganggu datang, "Nona Nayra, ini surat perjanjian pernikahannya!" Dengan polosnya Rayhan berlari tergesa-gesa menuju Rainhard dan Nayra.Sontak Nayra dengan cepat berdiri dari atas tubuh Rainhard yang tengah bersandar di sofa. Terlihat dengan jelas di wajah Nayra terdapat pipi merona akibat tersipu. Nayra juga terlihat cemas seolah dia yang telah memulai permainan dengan Rainhard.
"Sudahlah! Kali ini aku memaafkanmu!" ucap Nayra masuk dan melangkahi Rayhan.Rayhan cukup bingung dengan mood Nayra yang selalu kesal. Ia pun memilih pergi dan membiarkan Nayra bertemu Rainhard."Belum lama kita berpisah, kau sudah merindukanku. Nay, bagaimana jika kamu berada terus di sisiku ... dengan begitu kau tidak usah tersiksa karna setiap saat kau akan selalu melihat wajahku!" Rainhard tersenyum penuh arti."Rasa percaya dirimu tinggi sekali. Katakan padaku, apa yang aku rindukan darimu? Kau bahkan tidak pernah memperlihatkan wajahmu padaku!" keluh Nayra.Nayra duduk di sofa dan memberikan surat perjanjian pernikahannya kepada Rainhard untuk ditandatangani."Aku ingin kau yang duluan menandatanganinya," ucap Nayra tersenyum."Kau takut yah menandatanganinya duluan?" tanya Rainhard tersenyum merasa lucu."Apa kau pikir aku akan kabur? Segitunya kau tidak ingin menandatanganinya duluan!" Lanj
Kediaman Rainhard AldrickRainhard dan Nayra mulai masuk rumah. Para pelayan berbaris hanya untuk menyambut mereka."Selamat datang, Tuan. Selamat datang, Nona." Secara bersamaan pelayan itu menunduk.Rainhard hanya terdiam mendengar sambutan para pelayan, mungkin dia sudah terbiasa. Sedangkan Nayra menyebarkan senyumnya dan membuat pelayan itu kagum akan keramahan Nayra.'Kenapa dia membawaku ke rumahnya?' batin Nayra bertanya.Hingga Rainhard angkat bicara, "Jalanmu begitu lambat. Bisakah kau cepat sedikit!" ucap Rainhard mengeluh."Aku sudah berusaha mengejar langkah kaki panjangmu itu. Seharusnya kamu yang memperlambat langkahmu!" balas Nayra mengeluh.Hingga Rainhard memilih untuk menggendong Nayra. Nayra sangat terkejut karna tiba-tiba Rainhard menggendongnya."A-apa yang kau lakukan?" tanya Nayra terkejut."Kamu punya mata'kan. Kamu tahu betul apa yang sedang aku lak
"Kenapa pipimu memerah?" tanya Rainhard mengejek Nayra."A-apa maksudmu? Jika pipi seorang wanita memerah itu berarti karna blush-on. Itu hal biasa untuk seorang wanita!" Nayra dengan cepat mengambil blush-on dan memakainya di bagian pipi.Demi menyelamatkan reputasinya sebagai seorang wanita, Nayra menyembunyikan kebenaran bahwa dia tersipu akibat postur tubuh sempurna Rainhard.Rainhard berjalan mendekati Nayra dengan senyum penuh arti di wajahnya. Dia berdiri tepat dihadapan Nayra yang hanya menunduk berusaha untuk tidak melihat Rainhard."Liat aku!" pinta Rainhard."A-apa kau tidak melihat kalau aku sedang menpercantik diri!" jawab Nayra mencari alasan."Oh yah? Ternyata seorang wanita suka mempertebal make upnya yah!" Rainhard terkekeh.Mendengar tawa Rainhard membuat Nayra merasa kesal. Nayra berdiri dari duduknya, "Siapa yang bilang kalau make upku tebal. Aku membuatnya setipis mungkin!" ucap