Home / Romansa / Pengantin Dari Sebuah Tragedi / Masih Terganjal Restu

Share

Masih Terganjal Restu

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-05-10 07:13:00

Ananta menutup pintu belakang perlahan menggunakan kakinya, masih menggendong Ares yang kini mulai terisak dalam diam. Cahaya lampu gantung menyinari interior hangat ruang tengah mansion, tapi suasananya terasa sunyi. Tak ada musik, tak ada tawa—hanya suara napas berat seorang ayah yang sedang mencoba tegar.

Ananta duduk di sofa besar berwarna krem, masih memeluk Ares yang kini menyandarkan kepala kecilnya di dada pria itu. Sesekali, tangan mungilnya menggenggam erat baju Ananta seolah takut dilepas.

“Mommy .…” gumam Ares pelan. “Aku mau cari mommy ….”

Ananta mengecup kepala anak itu, lalu berbisik, “Daddy tahu… kamu kangen mommy, ya?”

Ares mengangguk pelan, masih menahan isaknya. “Jenny punya mommy… Jonas punya mommy… kenapa aku enggak punya, Daddy?” tanyanya dengan suara kecil, terbata, cadel dan polos, tapi tajam menembus dada Ananta.

Ananta menahan napas. Inilah luka yang ia ciptakan sendiri.

“Kamu punya, Ares,” katanya pelan. Suaranya serak. “Kamu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
elisah fitriyani
si satria udah getol deketin zanitha tuuuhhh. kamu mah kebanyakan mikri ananta.
goodnovel comment avatar
Ati Gabe
Ananta kebanyakan mikir ntar zanitha keburu disamber baru kalang kabut wkkwk
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
lelet ananta dah ah,,,gercep napa,,, sblm rasa itu berubah dari stroberry jadi vanila,,wkwkwkwwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Terganjal Restu

    Ananta menutup pintu belakang perlahan menggunakan kakinya, masih menggendong Ares yang kini mulai terisak dalam diam. Cahaya lampu gantung menyinari interior hangat ruang tengah mansion, tapi suasananya terasa sunyi. Tak ada musik, tak ada tawa—hanya suara napas berat seorang ayah yang sedang mencoba tegar.Ananta duduk di sofa besar berwarna krem, masih memeluk Ares yang kini menyandarkan kepala kecilnya di dada pria itu. Sesekali, tangan mungilnya menggenggam erat baju Ananta seolah takut dilepas.“Mommy .…” gumam Ares pelan. “Aku mau cari mommy ….”Ananta mengecup kepala anak itu, lalu berbisik, “Daddy tahu… kamu kangen mommy, ya?”Ares mengangguk pelan, masih menahan isaknya. “Jenny punya mommy… Jonas punya mommy… kenapa aku enggak punya, Daddy?” tanyanya dengan suara kecil, terbata, cadel dan polos, tapi tajam menembus dada Ananta.Ananta menahan napas. Inilah luka yang ia ciptakan sendiri.“Kamu punya, Ares,” katanya pelan. Suaranya serak. “Kamu

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Mommy

    Pagi itu, langit Zürich cerah dengan suhu yang sejuk, sekitar 19°C, menandakan awal yang sempurna untuk perayaan ulang tahun pertama Ares di kediaman keluarga Von Rotchschild. Halaman belakang mansion Sebastian telah disulap menjadi taman bermain yang menakjubkan, dihiasi dengan balon berwarna pastel yang melayang lembut di udara, pita-pita satin yang berkilauan di bawah sinar matahari, dan meja-meja kayu yang ditutupi taplak bermotif bunga, menciptakan suasana hangat menyambut kebahagiaan keluarga Von Rotchschild khususnya Sebastian dan Ananta atas usia Ares yang kini telah menginjak satu tahun.Di sudut taman, sebuah area bermain anak-anak telah disiapkan dengan teliti. Perosotan kecil, ayunan, dan rumah-rumahan kayu berdiri kokoh di atas rumput hijau, mengundang tawa riang anak-anak yang hadir. Dekorasi tambahan seperti bendera warna-warni dan lampu-lampu kecil menambah keceriaan suasana.Keluarga besar Von Rotchschild mulai berdatangan satu per satu, membawa serta semangat dan k

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terobsesi

    Malam sudah berganti pagi ketika Zanitha membuka tirai jendela dan membiarkan cahaya matahari menyelinap masuk ke penthouse-nya.Kota Jakarta perlahan bangkit dari tidurnya, namun pikirannya justru tak bisa lepas dari malam yang baru saja dilewatinya bersama Satria.Bukan tentang perlakuan keluarga Wiranata. Bukan tentang pesta ulang tahun sang papi yang mengiris luka lama.Tapi tentang kalimat Satria di akhir malam itu.“Kalau kamu capek diperjuangkan setengah hati… aku di sini, bukan untuk merebut kamu dari siapa pun. Tapi aku enggak akan pernah biarin kamu merasa sendiri lagi.”Kata-kata itu masih menggema, seperti alunan lembut dari lagu yang tak mau berhenti diputar ulang di benaknya.Dan anehnya… itu menenangkan.Zanitha yang haus kasih sayang seperti memiliki seseorang dalam hidupnya.Petal Home siang itu cukup ramai. Zanitha sibuk melayani pelanggan bersama dua karyawan baru yang mulai membantu di bagian logistik dan pengemasan. Bella masih sakit dan belum kembali ke t

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Tempat Berpulang

    Zanitha melangkah keluar dari restoran dengan wajah tertunduk dan napas pendek-pendek. Matanya memerah. Kata-kata Aditya masih terngiang. Pandangan hampa sang papi saat mami Ratih menghina dan keheningan yang menyayat hati dari seorang papi yang bahkan tak berusaha menahannya.Satria berjalan setengah langkah di belakangnya. Tak berkata apa-apa. Tak bertanya.Sampai mereka tiba di pelataran parkir.“Kamu diantar driver?” Satria bertanya.“Enggak ….” Zanitha menggeleng tapi tatapannya seperti orang linglung.Satria menuntun Zanitha ke mobilnya. Mesin mobil menyala, keheningan menggantung sebab Satria tak langsung melaju. Ia hanya duduk diam, membiarkan Zanitha meresapi semua rasa yang tak bisa langsung dikeluarkan dengan kata.Zanitha menatap lurus ke depan, air mata mulai jatuh satu per satu tanpa suara.Satria tetap diam. Ia tidak menyentuh, tidak menenangkan dengan tangan—ia hanya hadir, menunggu. Menyediakan ruang yang luas agar luka itu bisa bernapas.Butuh hampir lima men

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Saja Tidak Diakui

    Siang itu, udara Jakarta terasa gerah. Namun buket bunga yang digenggam Zanitha tetap harum dan segar.Di dalam mobil, ia menatap bayangannya sendiri di jendela. Bibirnya mengatup kencang, namun matanya menyimpan harap. Di antara kelopak bunga lili putih dan eustoma ungu, terselip kartu kecil bertuliskan:“Selamat ulang tahun, Papi. Semoga sehat selalu. Dari Zanitha.”Sesampainya di depan lobby, Zanitha turun. Sekuriti menyambutnya dengan ramah. “Selama siang Bu.” Seorang resepsionis menyapanya.“Aku Zanitha … anaknya papi Damar, papi ada?” Zanitha bertanya.“Ada … sebentar ya, saya hubungi pak Anton dulu.”Pak Anton adalah sekretaris papinya dan melihat kantor ini sudah memiliki resepsionis juga banyak karyawan yang berlalu lalang di loby membawa berkas menandakan kalau perusahaan sang papi telah berhasil bangkit menggunakan uang kompensasi dari pernikahan kontraknya dengan Ananta yang sang papi pinjam beberapa bulan lalu.Zanitha ikut senang meski dalam hati bertanya kenapa

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Masih Ada Harapan

    Pagi di Petal Home berjalan seperti biasa. Aroma bunga lili dan mawar memenuhi udara, musik instrumental mengalun lembut dari speaker di sudut ruangan. Zanitha berdiri di balik meja kasir, mengecek ulang invoice pengiriman buket untuk pelanggan langganan.Pintu toko terbuka, memunculkan suara bel kecil yang berdenting lembut. Zanitha menoleh dan mendapati sosok pria dengan kemeja biru muda motif garis-garis dan senyum ramah yang familiar.“Satria,” sapanya pelan, sedikit terkejut.Satria melangkah masuk dengan tenang. “Hai,” balasnya ringan. “Maaf datang mendadak. Aku lagi lewat sini trus ingat kamu jadi mampir.” “Aku kira kamu marah… karena kejadian waktu itu.”Satria tertawa kecil. “Kalau aku marah setiap kali ada pria posesif datang memelototiku, aku enggak akan punya teman.”Zanitha tersipu. “Aku benar-benar minta maaf soal tempo hari. Aku enggak tahu kalau Ananta akan datang… dan kamu malah harus menghadapi—”Satria mengangkat tangan, memotong lembut. “Nitha, aku tahu sia

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Rencana Membawa Zanitha Ke Zurich

    Tiga hari setelah pengumuman itu, mansion berubah drastis. Para paman dan bibi Ananta yang dulu menatapnya dengan iri kini bersikap ramah dan penuh senyum.Banyak di antara mereka mengundang makan malam, mengirim hadiah simbolik, bahkan menawarkan koneksi bisnis seperti yang dilakukan istri dari Leonardo.Yang paling mengejutkan datang dari Simon—adik bungsu Mathias-ayahnya Ananta yang dulu dikucilkan dari keluarga karena kelakuan putra bungsunya-Elias yang menculik Zanitha dan nyaris melenyapkan nyawanya.Pria tua itu datang sendiri ke kantor pusat Helvion dengan setelan yang terlalu sederhana untuk standar keluarga mereka.Ananta menemuinya di ruang kerja.“Aku tidak datang untuk menjilat atau meminta kekayaan,” ujar Simon langsung. “Aku datang karena aku sadar… kamu membawa perubahan. Dan aku ingin jadi bagian dari Helvion Group lagi. Tak lebih.”Ananta mengamati wajah pamannya yang dulu begitu ia hindari. Ada ketulusan di sana.“Aku tidak akan memberi Paman jabatan hanya ka

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Chairman

    Malam itu, lorong rumah sakit tampak lebih lengang dari biasanya. Lampu-lampu neon memantul di lantai putih yang dingin, menciptakan kesan sepi dan sunyi.Di depan ruang ICU tempat Sebastian Von Rotchschild dirawat, tiga orang duduk berjajar di deretan kursi tunggu: Ananta, Rafael dan Winna. Mereka duduk dalam diam, masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun tatapan mereka sama—terarah ke pintu berwarna putih di depan mereka. Pintu yang sejak siang belum terbuka lagi dengan kabar apapun.Ananta duduk tegak dengan tangan bersilang di dada, wajahnya tenang namun jelas menunjukkan kekhawatiran.Rafael tampak gelisah, setelah mondar-mandir kecil tadi dan kini akhirnya duduk kembali. Sementara Winna-istri Rafael, menopang dagunya menggunakan tangan, sesekali melirik suaminya, lalu ke arah Ananta dan kembali menunduk.Beberapa menit yang panjang terlewat hanya dengan suara alat ventilasi dari ujung lorong. Tiba-tiba Rafael bersuara, nada suaranya ringan namun terdengar sumbang di te

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Beban Yang Terlalu Berat

    Pagi itu di mansion Von Rotchschild, layar televisi yang terpasang di ruang kerja Sebastian menampilkan berita internasional dari kanal ekonomi dan kriminalitas.Latar belakang pembicara berisi foto-foto keluarga Von Rotchschild, berganti-ganti: Leonardo Von Rotchschild yang masih mendekam di tahanan Indonesia karena kasus pembunuhan seorang gadis bernama Erina, Elias Von Rotchschild yang telah resmi dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan Swiss karena penculikan Zanitha.Padahal hubungannya dengan Ananta yang memanas karena sang cucu kebanggaannya itu tidak mau menceraikan Zanitha yang merupakan anak dari musuh keluarga Von Rotchschild sudah sangat membebani pikiran Sebastian. Jari Sebastian mengetuk-ngetuk meja. Dada tuanya terasa sesak. Ia menatap layar dengan rahang mengatup.Heinz yang berdiri di belakangnya langsung meraih remote untuk mematikan televisi.Sunyi seketika menyelimuti ruangan. Sebastian bersandar di kursinya dengan Heinz kembali berdiri di belakang, mengawasi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status