Gadis itu menarik paksa tanganku dengan kuat sampai aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh beringsut digedung tanpa keramik. Lutut berdarah berceceran dimana-mana. Sedangkan ia menyeretku tanpa ampun.Tiara juga menamparku berkali-kali. Bunyi tamparan Tiara memekakan ruangan. Sungguh tega sekali dia melakukan ini padaku. Inginku jambak rambutnya.Mata nanar Tiara seakan menyembul penuh amarah. Seakan kepalanya benar mengeluarkan asap bak kerbau, hehe. Padahal aku baik kan? Memberi tahu bahwa hidungnnya terdapat upil yang hampir jatuh. Mungkin perempuan ini pasti mempunyai gangguan mental. Kalau tidak untuk apa dia berubah ganas dan menyeramkan?Tidak ada jalan lain selain berteriak meminta pertolongan. Mau melawan pun percuma. Kakiku diikat dengan tali yang membuat kakiku sakit."STOP! Apa yang Kau lakukan ini sama sekali tidak berguna Tiara!"Ingatan kembali pada Pak Kunang. Bisa-bisanya memiliki kekasih seperti Tiara. Aku juga sebenarnya takut kalau dia bisa meluluhkan hati Pak Kun
Sudah tujuh hari kematian Dion. Tahlilan udah usai. Selama itu Bibik dipulangkan dan aku yang menjadi babu dirumah suami sendiri. Terdengar konyol sekali bukan? Ada rasa sesak di dada saat Dion meninggal. Apa benar apa kata orang kalau orang itu tiada maka kita akan merasakan kehilangan.Inginku pergi ke tempat peristirahatan Dion yang trakhir. Namun, aku sekarang masih banyak masalah, mungkin aku akan atur kapan aku kepemakaman Dion.Apa kalau aku mati maka baru Pak Kunang akan merasakan kehilanganku? Haruskah aku mati dulu? Astagfirullah pikiranku semakin kalut saja. Aku harus menenangkan diri dan banyak-banyak beristighfar, apalagi di dalam rumah ini ada calon pelakor. Bahaya sekali kalau mantan tinggal seatap sama suami, lengah sedikit saja, aku bisa kehilangan Pak Kunang.Namun tidak ada untungnya berharap sama beliau. Yang ada hatiku remuk redam.Kutarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hati yang gelisah, gundah gulana.Tidak tahu harus berkata apa pada suami sendiri. Tak bi
Entah sudah berapa jam aku memasak di dapur. Rasanya aku malas sekali bertemu dua bekicot itu. Ya, dua bekicot yang aku maksud adalah Pak Kunanh dan Tiara.Kuhela napas dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan. Dada masih terasa sesak. Bagaimana tidak? Melihat suami yang tidak pernah mencintai istri sekarang malah tinggal seatap sama mantannya.Andaikan dia bukan suamiku, maka aku kirim saja ke rumah sakit jiwa. Aku duduk di lantai sambil membenamkan wajah di kedua lututku.Apa yang harus aku lakukan di rumah ini? Dirumah yang sama sekali tidak menganggapku istri. Dirumah penuh derita dan kehambaran.Apakah aku berdosa meninggalkan suami yang begitu keji padaku? Masakanku baru selesai satu macam. Moodku tidak baik menjadi babu dirumah suami tanpa ada yang membantu, hampir semua pekerjaan rumah aku lakukan. Bukannya males mau ngerjain, tapi rumah ini kan besar. Berbeda dengan rumahku yang sederhana, namun nyaman sekali.Mengingat tentang rumah membuatku ingin kembali ke rumah saja dengan
Pak Kunang mengibas-ngibas sprei dengan tangannya yang berurat seperti habis mengangkat besi yang begitu berat. Padahal sprei ini kelihatan tidak kotor, cuma sepertinya sprei Pak Kunang terlihat tidak diganti selama aku sakit, dan sedikit mengerut."Duduklah," titahnya.Tanpa menjawab perkataannya. Akupun menggeleng pelan, dan sedikit menjauhkan tubuh ini beberapa langkah ke belakang. Tak mau kalau sampai dia berpikir bahwa aku terlalu berharap padanya."Bening, maafkan saya ...."Mataku membola dan mendelik. Seakan tak percaya apa yang keluar dari mulut sosok pria dihadapanku. Dia minta maaf padaku, dan aku pun tak mengerti tujuan apa yang membuat dia merasa bersalah. Kucoba berusaha menenangkan diri. Setelah hati dikhianati, jangan gampang percaya omongan minta maafnya itu. Siapa tau, dia ingin menjebakku dalam permainannya. Astagfirullah kenapa aku jadi suudzon pada suami sendiri? Istighfar Bening."Bening Kau tahu? Saya sepertinya salah dalam bertindak. Tak seharusnya saya menyal
Katanya cinta sejati itu akan bersatu walau beribu masalah yang menerpa. Aku sendiri tidak tahu apakah aku dan Pak Kunang adalah cinta sejati. Dimeja makan ini terlihat kekasih dari suamiku duduk bersebelahan tanpa rasa canggung. Bisakah wanita berparas cantik ini mengenyah dari kehidupan kami berdua?Makanan yang terhidang diatas meja adalah masakan buatanku dengan penuh amarah. Kalau setiap hari wanita tidak tahu diri itu tinggal disini, lalu bagaimana dengan nasib batinku yang tersiksa?"Sebelum memulai memakan makanan ini. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada semuanya." Pak Kunang mulai berbicara. Tak tahu apa yang mau ia katakan, yang jelas jangan sampai dia menceraikanku. Bagaimana kalau ibu sampai sedih ketika aku diceraikan? Astagfirullah pikiran buruk itu harus kubuang jauh-jauh ya Allah."Ya Kunang katakan! Katakanlah kalau kamu akan menceraikan Bening. Iya kan Kunang Sayang?" Tiara menyambung seperti kabel saja. Bisa-bisanya ia berkata seenaknya. Rasanya ingin mencekik wanit
Jika engkau memiliki pilihan. Pilihan pertama, satu kamu harus menikah dengan orang yang sangat kau benci namun keuntungannya kamu bisa melanjutkan kuliah tanpa memikirkan biayanya. Maka kau akan memilih itu atau tetap bertahan pada pendirianmu? Kita boleh saja memilih apa yang kita inginkan. Tidak apa karena itu adalah fitrahnya manusia. Akan tetapi semua kembali kepada takdir yang telah tertulis di lauhul mahfudz.Aku tidak tahu, bahwa dipertemukan dengan Pak Kunang itu adalah hal yang benar atau tidak. Yang jelas aku ingin bertahan dengan apa yang aku yakini sekarang. Apa yang aku tekadkan. Semoga cinta Pak Kunang bisa tumbuh padaku istrinya."Ini undangan. Kamu harus datang, ya." Pak Kunang menyodorkan undangan kepadaku. Terlihat undangan itu sangat bagus dengan pita merah yang terhias disana. Tapi, setelah dilihat-lihat, kenapa seperti undangan resepsi atau akad nikah?"Ini ....""Ya ini adalah undangan pernikahan. Kamu mau datang kan?""Iya tapi ...." Suaraku tercekat di tenggo
Jika kita menginginkan sesuatu itu janganlah dengan obsesi tapi dengan tekad yang bulat dan penuh kesabaran. Karena dengan sabar hati kita akan menjadi lebih tenang, lebih damai. Walaupun suatu hal yang kita inginkan nanti tidak akan terwujud. Itu tidak apa-apa, yang terpenting kesabaran akan membawa keikhlasan dalam hati dan jiwa. Kesabaran akan membawa keikhlasan menerima sesuatu yang bukan menjadi hak kita atau milik kita, karena sudah pasti itu hal yang terbaik. Kadang yang kita pikir baik untuk kita sendiri, ternyata itu tidak baik untuk kehidupan kita. Sang Maha Pencipta lebih tahu mana yang terbaik buat hambanya.Sama seperti Tiara dengan obsesinya. Dia harus bisa mengikhlaskan sesuatu yang ia inginkan. Suatu keinginan memiliki suami orang lain. Walaupun suami orang lain itu dulunya adalah mantan kekasihnya.**Pagi-pagi buta, suamiku mengajakku pergi ke suatu tempat. Kebetulan hari ini kampus libur. Jadi dia menggunakan kesempatan ini untuk mengajakku pergi.Setelah berpamitan
Disepanjang perjalanan di area butik. Aku hanya mengangguk tanpa mendengarkan dengan jelas perkataan Pak Kunang. Tubuh seakan berat, bayangan penghinaan Zaky dimasa lalu masih terngiang dalam ingatan dan begitu membekas dihatiku yang paling dalam. Berjalanpun terasa susah mengangkat kaki ini.Entah apa yang ada dipikiranku mengapa aku masih mengingat masalalu yang begitu menyakitkan hati, seharusnya aku tidak perlu mengingat semua itu. Aku harus fokus pada perjalanan hidupku yang sekarang tanpa menoleh kebelakang.Tak mau selalu terbayang pada Zaky, segera aku menggelengkan kepala dan membuang pikiran yang sempat mengingat masalalu itu.Aku harus fokus kepada Pak Kunang. Saat pandangan kuedarkan, betapa terkejutnya aku, Pak Kunang tiba-tiba menghilang entah kemana. Apakah dia meninggalkan aku?"Pak? Pak Kunang?"Aku berusaha memanggil suamiku beberapa kali. Aku mendadak menjadi sangat panik, padahal jelas-jelas tadi Pak Kunang bersamaku. Tidak mungkin dia meninggalkan aku sendirian. Ya