Home / Rumah Tangga / Pengantin Lelaki Pengganti / 5. Ternyata Tante sababat ibu

Share

5. Ternyata Tante sababat ibu

Author: Tutut Pamka
last update Last Updated: 2023-08-31 10:32:30

Merasakan aroma maskulin yang menyeruak menyebar di rongga hidung. Memeluk guling yang terasa begitu menghangatkan. Tunggu dulu, baunya seperti aroma sosok yang tak asing, seperti Pak Kunang. Apakah setiap ingin tidur pinguin dingin itu memakai parfum? Sampai aromanya melekat di guling.

Setelah membuka mata betapa kagetnya diriku mendapati mata tegas, rahang kokoh dan wajah tampan yang menyiratkan tanda tanya. Di depanku ia berdiri bersidekap. Detak jantungku tiba-tiba tak beraturan. Mungkin saja tadi ia tengah memerhatikanku yang sedang memeluk gulingnya dengan erat.

"Kamu tidak mau shalat subuh?"

Pertayaannya sangat datar, dingin dan membuat bulu kuduk merinding. Langsung saja kubangkit dari tidur, mengubah posisi menjadi duduk. Sambil menunggu apa yang mau ia bicarakan.

Seketika mengingat saat memeluk gulingnya. Tangan terasa lemas tanpa tulang, bisa-bisanya tadi bertingkah memalukan dengan memeluk guling Pak Kunang. Tapi lebih parah lagi kalau aku sampai memeluk dirinya. Astaga apa yang aku pikirkan?

Saat kepala tengah tertunduk, menahan malu yang bersarang. Pak Kunang melemparkan mukena. Bisakah dosen beku itu memberi mukena ini dengan tidak kasar? Segera kuberanjak menuju kamar mandi guna mengambil wudhu'.

Air mengguyur muka. Bayangan Lelaki tegap itu masih terngiang di benakku. Seharusnya dia tidak main masuk kamar, sembarangan. Walau memang kuakui kamar ini miliknya. Namun, ia harus tau sopan santun dan yang di dalam ini bukan manusia biasa melainkan bidadari tak bersayap, hehe.

BRAKK BRAKK

Pintu kamar mandi digedor kuat. Siapa sih yang menggedor pintu? Sudah tau ada orang. Bikin moodku semakin gak karuan aja. Apalagi aku sekarang berada di rumah beruang kutub, beh mengerikan. Katanya kita tidak bisa lari dari beruang putih. Karena mereka akan terus memangsa meskipun kita pura-pura mati. Beda sama beruang grizzly. Ini beruang berbahaya.

"Bening cepetan!" Lagi-lagi suara dosen beku itu.

Tuh kan moodku tambah rusak. Gara-gara dia datang.

"Iya Pak, i--ini saya mau ambil wudhu'," ucapku geram saat Pak Kunang gak sabaran. Ternyata selain begitu dingin. Dirinya adalah manusia tidak sabaran dalam sesuatu hal. Cik sangat memprihatinkan.

"Mau ambil wudhu'? Lah tadi kamu ngapain aja di dalam! CEPETAN!"

Is orang itu bikin darah tinggiku kumat deh. Ah, emangnya aku punya darah tinggi? Gara-gara dosen absurd jadi gak konsen, deh. Eh bye the way barusan melamunin dia. Gawat kalau sampai dia mengintrogasi dengan pertanyaan yang akan membuatku mati kutu.

Kubuka pelan-pelan pintu kamar mandi. Lalu Pak Kunang langsung menerobos masuk kamar mandi. Bingung dengan sikapnya yang terburu-buru. Mungkinkah dia mau berak? Mungkin saja.

Setelah selesai salat. Memanjatkan doa-doa pengharapan. Bermunajat kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga mendapatkan jodoh yang beriman, setia dan berakhlakul kharimah. Aku juga berdoa agar bisa membahagiakan ibu. Serta tak luput mengirim alfatiha buat ayah tercinta.

CEKLEK! Pintu kamar mandi terbuka. Membuat bulu kuduk merinding. Walau ini kamar dia. Namun entah kenapa aku merasa risih saat pria itu sekamar denganku. Tak berani menoleh ke arahnya. Tidak mau kalau sampai ia berpikiran yang bukan-bukan.

"Bening? Kamu turun ke bawah. Di sana sudah ada Mama saya mau ketemu kamu."

Deg! Kenapa Mama Pak Kunang mau ketemu aku? Apakah aku akan dilamar? Aduh mikir apaan, sih! Mana mungkin Pak Kunang suka sama Maba sepertiku. Jangan ngimpi Bening. Lagian siapa cobak yang tertarik sama Dosen kutub.

"Bening?" Lagi-lagi suara bariton itu mengangetkanku. Segera aku beranjak melipat sajadah dan merapikan mukena. Kutatap pria yang berdiri tegap lengkap dengan kacamata yang terbingkai di wajahnya. Kalau dilihat-lihat Pak Kunang sangat manis, dan dibandingkan dengan madu mungkin dialah juaranya.

Pria itu mengibas-ngibas tangannya ke wajahku. Membuat aku kaget dan rasa malu yang mendera di jiwa. Hati ini jadi berkecamuk, bagaimana bisa aku bertingkah memalukan seperti tadi. Kupegang dada yang tertutup jilbab untuk mengurangi detak jantung yang berdetak hebat bak ditabuh gong.

"Ngelamunin apa, sih?" Suara bariton itu sangat tegas dan bagus. Detak jantungku semakin tak karuan. Bisa-bisa aku gila. Tidak tidak! Apaan sih.

"Emmm ini, Pak. Bapak ke--kenapa tadi masuk kamar mandi dengan buru-buru?" Yes akhirnya aku ada alasan buat menjawab pertanyaan guru phobia wanita ini. Meski awalnya bukan itu yang aku lamunin. Melainkan aku tengah memerhatikan wajah indahnya.

"Saya lagi berak. Ups!" Pak Kunang langsung menutup mulut dengan kedua tangan. Seketika gelak tawaku tercipta. Sungguh pria ini lucu juga.

Seketika tangan terasa dicengkeram kuat. Aku menahan kesakitan. Apakah dia lupa kalau tangan ini diperban?

"Aw ... sakit Pak." Aku merintih kesakitan. Mata Pak Kunang membola dan segera meniup tanganku. Sepertinya ia merasa bersalah? Kurasakan tiupan demi tiupan yang membuat jantungku bergoncang. Kalau ini dibiarkan terus-menerus maka kesehatan jantungku bisa fatal.

Kutarik paksa tangan yang sedari tadi ditiup olehnya. Bergegas berjalan ke arah pintu kamar dan segera menuju anak tangga. Sebelum melayangkan kaki ke bawah lantai tiba-tiba terdengar suara.

"Perempuan yang ditolong Mas kamu itu mahasiswa baru, ya?" ucap seorang wanita yang bisa aku pastikan dia mungkin Mama Pak Kunang.

"Iya, Ma." Suara sosok itu siapa? Aku intip, dia Dion. Ah ya aku hampir lupa dengan suaranya. Soalnya aku males mengingat suara dia.

"Bagus, dong!"

"Maksud Mama apa?!"

"Iya siapa tau itu jodohmu."

"Hahaha dia bukan selera Dion, Mah. Lihat saja wajahnya gak selevel dengan Dion yang gantengnya tiada tara ini."

Perkataan Dion membuatku sakit. Dasar cowok sok kecakepan. Awas saja kalau sampai dia minta bantuan. Aku pun perlahan turun dari anak tangga dan menampilkan senyum, berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan.

"Wah kamu cantik sekali." Mama Pak Kunang memujiku terlalu berlebihan. Mungkin pipiku sudah mulai memerah bak tomat. Wajahku aku tekuk.

"Jangan ditekuk dong wajahnya. Cantiknya entar enggak keliatan." Mama Pak Kunang memegang daguku.

"Ah tante, aku enggak cantik kok," ucapku gugup.

"Mama ini jangan terlalu muji gadis buluk kek gitu pake dipuji segalak!" Perkataan Dion menghunus ke jantungku. Mungkin tidak masalah saat ia mencaciku di kampus BEU. Namun, entah kenapa kalau di depan Mama Pak Kunang aku malu. Ini sama saja merendahkanku.

"Dion Dion. Anak Mama ini masih saja melihat orang dari luarnya. Awas loh kalau sampai kamu benci tapi cinta."

Dion mengebrak mejak dan berangsur pergi meninggalkan mamanya.

"Sabar yah, Nak. Dion suka gitu kalo dibilangin. Tapi, hatinya baik kok."

Baik apaan. Yang ada bisa mati berdiri dengerin hinaan Dion.

Kulihat tercipta senyum indah di pipi mama Pak Kunang. Senyum itu seperti aku kenal. Tapi di mana ya? Apa mungkin hanya perasaanku saja?

"Kamu kenapa liatin tante kayak gitu?" Tiba-tiba suara tante mengagetkanku.

"Ah ini Tan, sepertinya saya pernah liat Tante. Tapi, di mana, ya? Atau mungkin hanya perasaan saya saja."

"Ah, iya ... Tante juga sepertinya pernah liat kamu tapi dimana ya?"

Perasaan Mama Pak Kunang sama denganku. Ap a ini hanya kebetulan saja?

Bunyi derap langkah seseorang membuatku kaget.

"Ma? Aku harus antarkan Bening pulang." Pak Kunang berucap sambil melipat kedua lengannya.

"Loh kok buru-buru, Kunang? Mama belum ngajak dia makan," kata tante. Terlihat dia tidak mau aku pulang secepat itu. Aduh sadar Bening, kamu jangan terlalu kegeeran.

"Sudah Ma, ini Kunang juga ada urusan diluar. Jadi sekalian aja nganterin Bening," ucap Pak Kunang yang pengen aku cepet keluar dari rumahnya. Bilang saja mau ngusir aku.

"Ya sudah," kata Mama Pak Kunang.

"Tunggu." Saat kakiku beringingan melangkah dengan Pak Kunang. Mama Pak Kunang menghentikan langkah. Ia menarik tubuhku dan memelukku erat.

"Apakah namamu Bening?" tanya mama Pak Kunang.

"Iya Tante, memangnya kenapa?" tanyaku bingung kenapa Mama Pak Kunang memelukku.

"Apakah nama Ibumu Sulaikha?" tanya Tante lagi.

"Iya." Aku mengangguk pelan dan seketika mata Mama Pak Kunang bersinar seperti bahagia.

Ia segera mencarik kertas di meja dan mulai menulis sesuatu. Disodorkan kertas itu padaku.

"Aku pernah punya janji sama Ibu kamu. Tapi, dulu waktu kamu masih SMP. kamu pernah ke rumah Tante. Sayangnya Tante malah pindah rumah. Dan sejak itu kami sudah jarang ketemu."

Aku terkejut saat mengetahui fakta kalau Tante kenal sama ibuku, dan aku mulai ingat sama wajah Tante ini.

"Wah Tante ini sahabat Ibu dulu?" tanyaku memastikan.

"Iya ... gak nyangka banget bisa ketemu kamu."

Kami pun berpelukan erat. Pak Kunang hanya melongo dan duduk di sofa.

"Kenapa Pak Kunang dan Dion tak tampak saat saya dan Ibu ke sini?" tanyaku.

"Oh mereka lagi jalan-jalan sama Papanya. Kamu lupa?"

"Oh iya."

Mama Pak Kunang begitu ramah, sama seperti pertama Ibu membawaku kerumahnya. Wajah anggun dan tanpa beban membuatku sangat iri. Ia istri yang tegar di mana walau ditinggal suami, Mama Kunang tidak menampilkan wajah sedihnya. Malah ia selalu tersenyum merekah. Tapi aku mungkin tak tau kalau dia menangis. Mungkin saja dia bisa bersikap seperti itu saat di depanku.

Cukup lama aku dan Mama Pak Kunang mengobrol sampai mungkin sudah 2 jam kami mengobrol.

"Apakah aku bisa mengantar Mahasiswa baru ini Mah?" Pak Kunang menyambar di saat kami belum selesai berbicara.

"Kunang kamu buru-buru sekali. Ingat yah jaga Bening. Awas saj kalau sampai lecet," kata Mama Pak Kunang.

Dia sangat baik sampai tidak mau aku lecet. Sementara aku lihat ekspresi Pak Kunang nampak biasa saja, seperti tidak ada kehidupan. Mengenaskan sekali, bikin merinding saja. Dia manusia bukan, sih.

"Kenapa melamun? Kalau gak mau diantar, mending kamu pulang saja sendiri sana. Lagian saya males nganterin," ucapan Pak Kunang membuat aku bergegas mengambil tangan Mama Pak Kunang dan menciumnya.

Tante terlihat geleng-geleng melihat kelakuan kami. Entah Tante menertawai aku atau Pak Kunang. Pasti menertawai Pak Kunang yang gak sabaran.

Di dalam mobil Pak Kunang melambaikan tangan pada mamanya. Aku lebih milih duduk di belakang. Tak mau kalau sampai detak jantungku tak karuan. Kugigit bagian bawah bibir sambil terbayang ucapan mama Pak Kunang tentang janji apa yang ia buat dengan Ibu?

Pak Kunang melajukan mobilnya. Tidak ada percakapan diantara kami. Mobil hanya sunyi senyap. Ada kendaraan yang melintas melewati mobil Pak Kunang.

Pak Kunang tak nampak menyalakan musik. Apakah dia tidak suka musik? Benar-benar sangat kaku dosen kutub ini. Kalian tau? Beruang kutub satu-satunya spesies beruang yang dianggap sebagai mamalia laut karena

sebagian besar hidup Beruang Kutub dihabiskan di laut, baik untuk makan maupun untuk tempat tinggalnya. Sayangnya Pak Kunang bukan hidup di laut. Tapi jika dia berbulu maka tingkat keseraman Pak Kunang setara dengan mamalia laut itu. Haduh pikiranku terlalu kepanjangan.

"Alamat rumahmu di mana?" Setelah sekian abad mobil berjalan dia baru bertanya? Dasar beruang.

"Lurus saja entar ada belokan ke kiri nah yang paling ujung rumah saya."

Kulihat wajah Pak Kunang dari belakang. Betapa indahnya makhluk ciptaanmu ya-Robb. Tapi, sayang dia dingin kek beruang kutub. Tidak tidak! Aku tidak boleh memujinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Lelaki Pengganti   83. Akhir kisah cinta

    Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka. "Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun. "Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang. Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah. Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi unt

  • Pengantin Lelaki Pengganti   82. Acara Syukuran

    Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung

  • Pengantin Lelaki Pengganti   81. Masih trauma

    "Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   80. Rahasia lain

    Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha

  • Pengantin Lelaki Pengganti   79. Balsemku kembali

    Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi

  • Pengantin Lelaki Pengganti   78. Cium

    Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status