Share

6. Harapan

Author: Tutut Pamka
last update Last Updated: 2023-09-01 08:15:52

Akhirnya aku pulang ke rumah. Kata orang, rumah adalah istana. Ya, rumahku adalah istanaku. Meskipun rumahku ini tidak sebesar rumah Pak Kunang. Aku tetap menganggapnya istana. Daripada harus mendengar pertengkaran Pak Kunang dan Dion.

Kubuka kamar lalu mengirim tubuh ke tempat tidur yang tidak terlalu empuk ini. Tapi aku senang bisa balik ke rumahku. Apalagi bertemu ibu yang selalu ada untukku. Selalu tegar dan mampu menghilangkan penat yang ada dipikiranku.

Aku kenapa malah mengingat perkataan Dion tentang kekasih dosen phobia itu. Pasti dia sangat cantik sehingga Pak Kunang tak bisa melupakannya.

"Bening? Bagaimana perasaanmu di sana? Dosen kamu itu tampan dan baik hati ya? Ibu rela kamu dinikahi dia."

Suara ibu mengagetkan dan menyadarkan aku dari lamunan.u selalu saja begitu bertanya banyak.

"Ibu apaan sih, mana mungkin dia mau sama Bening yang buluk ini?" jawabku minder.

"Hust jangan merendah seperti itu! Berdoa saja ya sama Allah. Kamu cantik loh Bening. Dulu aja kamu buluk."

Kuanggukkan saja ucapan konyol Ibu. Tiba-tiba saja aku kangen Ayah. Sejak ayah meninggal rumah ini menjadi sepi, dan aku baru ingat kalau mama Pak Kunang memberiku secarik kertas.

Kusodorkan secarik kertas yang berisi alamat mama Pak Kunang. Seketika Ibu langsung jingkrak-jingkrak seperti orang kegirangan. Ada apa dengan Ibu?

Ibu memelukku dengan erat. Sambil mengedipkan mata.Tak ketinggalan dia mengecup keningku.

"Ada apa Bu? Kok terlihat sangat senang gitu?"

"Iya dong! Apalagi setelah sekian lama akhirnya Ibu mendapatkan alamat Jessi. Dia juga punya janji yang sangat ibu nanti," ungkap ibu.

"Jangan terlalu berharap pada seseorang ya, Bu. Kalau harapan yang kita inginkan tidak sesuai, maka kita sendiri yang akan sakit." Aku berusaha mengingatkan ibu. Ya, karena memang tak ada gunanya berharap atau menginginkan sesuatu dari manusia.

"Kau benar, Bening!"

Baguslah perkataanku bisa ibu cerna. Aku senang akhirnya ibu tidak mau berharap.

"Tapi ... harapan ibu yang ini pasti jadi kenyataan. Buktinya dia memberi alamatnya pada ibu serta nomer telponnya. Walau nantinya harapan ibu ini tidak benar maka tak apa. Masih ada harapan lain." Ibu berkedip dan meninggalkanku.

Kutepak jidat. Seketika aku tertawa melihat tingkah ibu. Entah janji apa yang Tante Jessi buat sampai membuat ibu sangat kegirangan seperti itu.

Aku berpamit ke Ibu. Kucium punggung tangannya. Sekarang bukan waktunya aku berlarut dalam kesedihan. Ya, aku memang kangen ayah. Namun, untuk saat ini aku harus fokus kuliah dulu.

Aku pakai sepeda karatan warisan kakek. Tidak peduli puluhan mata mahasiswa mengejekku nanti. Yang jelas aku kangen dengan sejuta kenangan di sepeda ini. Kemaren aku tidak bawa sepeda karena belum siap. Sekarang aku sudah siap.

"Bening?"

Sesampainya diparkiran terdengar suara tak asing lagi. Ia berlari mendekatiku.

"Kenapa kamu bawa sepeda karatan?"

"Daripada naik ojek terus. Ya aku pakai sepeda ini," ucapku sambil memakirkannya.

"Ikut aku yuk! Ada yang mau aku bicarakan."

Tumben Dion bernada rendah dan halus. Pasti ini ada maunya. Aku mengekor di belakang Dion. Dan kami berdua duduk di kursi memanjang yang agak sepi.

Apa yang akan dibicarakan cowok yang keren ini? Kulihat dia sekarang memakai jaket biru. Dengan celana jeans.

Ya memang kuakui dia keren tapi mulutnya kadang tak terkontrol.

"Kamu sudah punya pacar belum?" Pertanyaan Dion membuatku menganga membentuk huruf 'o' kecil di mulut.

"Aku tidak suka pacaran, Dion! Pacaran itu tidak ada dalam islam," tukasku.

"Ya sudah. Kita nikah saja!"

BUMMMM!

Jantungku seakan meledak mendengar perkataan Dion. Haruskah aku menerimanya? Bagaimana kalau dia hanya main-main saja.

"Ma--maksud kamu apa?"

"Iya maksud aku kita nikah, Bening!"

Dion membuatku mati kutu sekarang. Ini terlalu cepat. Aku takut kalau gegabah dalam memilih pasangan.

"Kamu serius? Apa alasanmu untuk menikahiku?" tanyaku sambil garuk kepala.

"Aku pernah bilang kan sama kamu? Aku minta bantuan kamu! Aku ingin kita berpura-pura menikah, undangan kita sebar padahal kita sebenarnya tidak akan menikah. Supaya Diana cemburu dan bisa balikan sama aku!" Dia berbicara membelakangiku seolah dia tidak bersalah berkata seperti itu

Entah apa yang ada diotak pria ini? Kupikir dia berubah saat kejadian malam waktu aku nasehati. Ternyata dia tidak bisa berubah. Kalau aku menuruti kemauannya itu sama saja enak di dia gak enak diaku. Hati terasa kecewa mendengar pernyataan Dion. Jadi dia hanya memanfaatkanku saja. Memangnya aku perempuan apaan. Dia sungguh tega mempermainkan hatiku.

Tanpa menjawab permintaan konyolnya. Kaki lemah ini melangkah segera menjauhi Dion yang tak punya perasaan.

"Hey ratu balsem kamu mau kemana! Tunggu!"

Sekuat apa pun dia memanggilku. Aku tidak mau menoleh sedikitpun. Ratu katanya? Tapi, dia tak mampu meratukan wanita.

Langkah kaki ini semakin menjauh. Sakit menggelut di dada. Kukepalkan tangan sehingga darah dari balutan perban ini mengalir. Luka ini tak sebanding dengan permintaan konyol Dion yang membuatku sangat kecewa.

"Miss Bening!"

"Cewek Balsem!"

"Awas ada cewek Balsem!"

"Ratu bualsem!"

Entah mengapa suara beruntun dari mahasiswa di sini terdengar sangat merdu di telinga. Awalnya perkataan itu seperti cacian. Makian. Tapi ada yang lebih menyakitkan dari pada sebutan itu. Ya, Dion sangat menyakitkan! Lelaki itu seharusnya memikirkan perasaanku. Bukan mementingkan keinginan konyolnya.

Ah lagian ngapain aku mikirin Dion. Hapus orang cecumut gak penting itu.

"Lukamu menganga!"

Suaranya seperti seseorang kukenali. Seseorang yang tak asing lagi. Tapi, untuk saat ini aku malas berbicara dengan siapa pun dan berbagi kedukaanku ini.

"Bening? Kenapa menangis?"

Ternyata benar dia Pak Kunang si beruang kutub yang ganas itu. Entah aku enggan mengatakan masalah ini padanya. Biarlah masalah ini kupendam saja. Lagian apa dia peduli dengan masalah yang menimpaku. Kurasa dia sama saja dengan adiknya itu. Keduanya tidak bisa diharapkan. Lah mikir apaan, sih aku. Ngapain juga ngarepin keduanya. Enggak sama sekali.

"Tidak apa-apa kok, Pak! Saya hanya kelilipan saja." Sejak kapan lidah ini mendadak kelu, berada di dekat beruang kutub. Memang kalau berada di dekatnya itu terasa horor banget.

"Ini lukamu perlu diganti perbannya. Nanti makin ...."

Belum Pak Kunang selesai berucap, entah mengapa aku reflek menyentuh bibirnya dengan telunjukku. Padahal aku sama sekali tidak ingin menyentuh bibirnya.

Darahku berdesir hebat. Jantung tak karuan saat tangan ini menyentuh bibir lembut Pak Kunang.

"Maaf Pak. Sudah saya katakan saya tidak apa-apa, dan masalah perban ini, biar saya sendiri saja yang urus. Bapak tidak perlu mengurusi saya."

Kumelangkah menjauhi Dosen yang terbengong tadi. Entah dia bengong karena bibirnya aku sentuh pakai jari atau dia bengong karena tagihan kartu kredit, aku tidak peduli. Semoga saja dia tidak curiga dengan perkataanku.

Setelah sampai diruanganku. Intan melihatku dengan sorot mata yang terlihat begitu khawatir. Mungkin karena melihat mataku yang masih memerah ini. Ya gimana gamau merah kalau habis nangis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Listiana Suwito
mantap ..aku suka ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Lelaki Pengganti   83. Akhir kisah cinta

    Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka. "Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun. "Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang. Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah. Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi unt

  • Pengantin Lelaki Pengganti   82. Acara Syukuran

    Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung

  • Pengantin Lelaki Pengganti   81. Masih trauma

    "Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   80. Rahasia lain

    Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha

  • Pengantin Lelaki Pengganti   79. Balsemku kembali

    Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi

  • Pengantin Lelaki Pengganti   78. Cium

    Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status