Home / Romansa / Pengantin Miskin Milik CEO Dingin / Chapter 1 | Kabur dari Malam Pernikahan

Share

Pengantin Miskin Milik CEO Dingin
Pengantin Miskin Milik CEO Dingin
Author: MJeona

Chapter 1 | Kabur dari Malam Pernikahan

Author: MJeona
last update Last Updated: 2025-05-08 23:08:54

Di sebuah rumah sederhana di jantung Distrik Madeleine, Paris, yang temboknya mulai pudar dimakan usia, dan jendelanya hanya dibalut tirai lusuh warna putih gading, suara gaduh terdengar pecah—kursi tergeser kasar, pintu dibanting, disusul bentakan nyalang seorang wanita yang memecah keheningan malam. Suara itu bukan sekadar amarah, melainkan kepingan dari dendam yang lama dipendam, memantul di dinding-dinding sempit yang menjadi saksi bisu akan kehidupan yang jauh dari kata damai.

“Kamu itu hanya anak pungut, Joana! Kalau Ibu tidak memungutmu di tempat sampah malam itu dan membawa pulang ke rumah, pasti kamu sudah mati! Jadi, jangan tidak tahu balas budi!” berang seorang wanita berpenampilan sederhana dengan tatapan penuh amarah, setelah berhasil menampar perempuan muda di hadapannya hingga tersungkur ke lantai.

Tidak cukup sampai di sana, wanita tersebut segera berjongkok, dan kembali mencengkeram kasar kedua sisi rahang tirus sosok cantik yang sudah banjir air mata. Benar-benar tak berperasaan. “Kamu harus menuruti semua perkataan Ibu, Joana!”

“Sa-sakit, Bu. Le-lepaskan aku, tolong!” Joana Leshia Valery mengiba dan merintih kesakitan karena perbuatan kejam wanita itu.

“Melepaskan kamu? Jangan bermimpi! Selama ini Ibu sudah cukup baik sama kamu, Joana. Ibu yang membesarkan kamu dari bayi! Sudah saatnya kamu balas budi. Malam ini, kamu harus menikah dengan Tuan Roland! Hanya dengan cara ini Tuan Roland bersedia mengembalikan sertifikat rumah Ibu yang sudah digadaikan Kakakmu, Javier. Tuan Roland juga berjanji memberikanmu mahar lima puluh ribu dolar. Jadilah berguna, Joana!” sentak wanita itu seraya menyeringai miring, membuat Joana menggeleng ketakutan di tempatnya.

“Pokoknya Ibu tidak mau tahu! Pakai gaun pengantin yang dikirim Tuan Roland sekarang juga karena sebentar lagi kamu akan dijemput oleh anak buahnya. Mengerti?” hardiknya lagi penuh penekanan.

Cengkeraman itu langsung dilepas dengan kasar hingga perempuan cantik berwajah mungil tersebut terhuyung ke belakang. Kepalanya kembali terantuk cukup kuat. Rasa sakit menjalar dengan cepat sampai air mata itu tak mampu dibendungnya lebih lama.

“Dandan yang cantik. Ibu tunggu di depan!” Vioneta Harvey, wanita yang baru diketahui bukanlah ibu kandungnya, kini langsung bertolak pergi meninggalkannya sendirian di kamar sempit dan tak layak huni tersebut.

Sekarang Joana kembali meratapi takdirnya, memeluk kedua lutut sambil menangis sesenggukan. Mengapa nasibnya begitu malang? Apa ia tidak pantas merasakan sedikit kebahagiaan?

Setelah disiksa dan diperbudak selama belasan tahun, kini wanita itu semakin semena-mena memaksanya menikah dengan seorang pria yang sudah beristri. Demi apa pun, Joana tidak sanggup lagi bertahan dengan keluarga Valery yang kejam dan tak punya hati.

“Aku harus mencari cara untuk kabur dari sini. Ya, hanya aku yang bisa mengubah takdirku sendiri. Aku akan meninggalkan keluarga Valery dan kabur dari pernikahan yang direncanakan si mesum Roland itu.” Dengan tergesa-gesa, Joana menyeka wajahnya yang terlanjur dipenuhi jejak air mata.

Kini, satu rencana gila pun tercetus di benaknya. Joana langsung melirik gaun nikahnya itu dan mengulas senyuman tipis tak terbaca.

***

Mobil jemputan sudah tiba di pelataran halaman depan kediaman Valery yang teramat sederhana di Distrik Madeleine, Kota Paris tersebut. Vioneta menyambut dua anak buah Roland dengan senyuman mengembang.

“Tunggu sebentar, ya. Saya panggilkan Joana,” serunya ramah.

Kedua lelaki berwajah sangar itu pun mengangguk pelan. Salah satunya segera menyahut tegas, “Cepat! Jangan lama-lama. Tuan besar kami tidak sabar menikahi putrimu yang cantik jelita.”

“Tentu sa—.”

“Aku di sini, Bu. Aku siap pergi ke acara pernikahanku dan Tuan Roland sekarang.” Tiba-tiba Joana muncul di belakang Vioneta dengan penampilan yang sangat cantik menawan.

Vioneta sampai berdecak kagum menyadari kepiawaian putri angkatnya dalam berdandan. Wanita itu baru mengetahuinya. “Wah, cantik sekali. Ah, ayo cepat pergi dengan mereka, sebelum Tuan Roland menghubungi Ibu lagi. Dia sudah tidak sabar menikahimu. Cepatlah, Joana.”

Tubuh ramping proporsional Joana sampai terdorong ke depan karena ulah Vioneta yang memaksanya memasuki mobil mewah tersebut. Joana hanya bisa mengembuskan napas panjang.

Kali ini tidak ada lagi bantahan. Begitu sliding door mobil MPV mewah itu digeser anak buah Roland untuknya, Joana pun mengangkat sedikit gaun indahnya dan segera masuk ke sana. Ia masih sempat melirik kecil wanita kejam itu sebelum pintu benar-benar tertutup sempurna.

Selamat tinggal, Vioneta.

Mobil mewah berbodi besar itu pun melaju dengan akselerasi kecepatan tinggi memecah jalanan Kota Paris. Ada jantung yang berdetak dengan ritme lebih cepat dari sebelumnya. “Apa masih jauh, Pak?” cicit Joana dari jok tengah.

Salah seorang anak buah Roland menoleh cepat ke arahnya. “Sekitar tujuh menit lagi kita sampai di mansion Tuan besar. Bersabarlah, Nona Joana.”

“Oh, oke,” sahut Joana, tampak tenang.

Akan tetapi, setelah itu ia segera membawa tangannya ke atas rambut, melepas satu penjepit hitam miliknya. Gadis itu diam-diam menyeringai. Dalam satu gerakan cepat, ia berhasil menekan lock pintu dan menggesernya.

Pintu pun terbuka. Anak buah Roland tersentak bukan main. “Hei, apa yang kamu lakukan, Nona?” pekiknya.

“Tahan dia, Tom!” teriak anak buah lain yang duduk di balik kemudi.

“Oke, Andy!”

Kala tangannya dicekal kuat, saat itu juga Joana menusuk tangan lelaki itu dengan penjepit rambutnya yang tajam. Teriakan nyalang dibersamai erangan kesakitan pun memendar. “Arghhh! Gadis sialan!”

Berhasil. Cengkeraman lelaki itu terlepas dan Joana langsung melompat keluar. Tubuhnya sampai terguling di atas badan jalan.

“Gadis itu benar-benar gila! Berhenti, Andy! Jangan sampai Joana kabur dengan mudah!” Lelaki yang terluka tangannya itu langsung berteriak pada temannya yang tengah mengemudi hingga pedal rem pun diinjak dengan cergas.

Suara decitan ban terdengar ngilu merasuki indra pendengaran Joana. Menyadari mobil berhenti, gadis itu buru-buru melepas high heels putihnya dan berlari sekuat tenaga. Menahan sakit pada kedua lututnya yang terluka karena tadi terseret di atas aspal.

Namun, nahas. Saat ia menyeberang, sebuah Mercedes Benz melaju cepat ke arahnya. Suara klakson berbunyi cukup nyaring. Gadis itu terperanjat dan refleks berjongkok ketakutan. Suara decitan ban mobil pun terdengar begitu sumbang.

Saat Joana memejamkan mata dan berpikir tidak akan selamat, sekarang ia malah mendengar sebuah suara bariton memendar di dekatnya. “Nona, are you okay?”

Joana mendongak cepat dan mendapati seorang lelaki dengan garis ketampanan sempurna, mata elang kebiruan yang mampu menjerat lawannya, dan aura dingin mencekam yang tengah berdiri.

“Tu-Tuan, tolong saya!” Gadis bermata hazel itu langsung memeluk kaki jenjang berotot tersebut dan memelas dengan wajah sudah dipenuhi rinai air mata. High heels-nya malah terjatuh dari genggaman tangannya tersebut. “Tolong aku, Tuan. Ada orang jahat yang mengejarku. Mereka memaksaku menikah dengan lelaki mesum yang sudah beristri. Tolong bawa aku pergi dari sini. Aku mohon.”

“Saya tidak punya waktu menolong wanita asing seperti kamu. Bagaimana jika kamu seorang penipu dan—.” Sepasang mata lelaki itu sukses terbelalak karena Joana baru saja membungkam bibirnya.

To be continued ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (62)
goodnovel comment avatar
Lova Lovia
aduh duh duh sapose tuh main kamu sosor aja Jo.. cakep gak tuh? klo cakep sih ga papa minimal secakep babang JK ayangnya Mjeona. ............atau abang J cayangan kaka Wulan gpp lah ......
goodnovel comment avatar
Lova Lovia
good job Joana! jangan mau terus-terusan menuruti keinginan yang tidak kamu harapkan. apa yang kamu lakukan udah benar kabur biar gak jadi istri bandot tua bau tanah!
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
kelakuan manusia" serakah benar" menyebalkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 46 | Emosi dan Fakta yang Meledak

    Email pengunduran diri Joana telah masuk ke kotak masuk HRD Darriston Couture pagi itu. Dalam waktu kurang dari satu jam, kabar itu sudah menyebar ke seluruh lantai divisi desain, dari karyawan magang hingga para kepala tim. Alice, desainer senior yang sejak awal tak menyukai kehadiran Joana, menjadi orang pertama yang memanfaatkan momen itu untuk menyulut kekacauan.Ia mengetuk ruang kerja CEO di lantai dua puluh lima dengan sepatu hak tingginya yang bergema di sepanjang lorong marmer. Tanpa menunggu persetujuan, Alice langsung masuk dan meletakkan iPad-nya—fasilitas dari kantor khusus kepada tim desain—ke atas meja Kennard dengan ekspresi puas.“Sepertinya Anda perlu melihat ini, Tuan Kennard,” katanya dengan mengulas senyuman penuh arti.Kennard yang sejak tiga hari lalu susah tidur dan tak berhenti mencemaskan kepergian Joana, mengangkat wajahnya dari tumpukan dokumen. Matanya merah, penuh kantuk, dan frustrasi. Kala pandangannya jatuh pada layar yang menampilkan surat pengunduran

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 45 | Menata Hidup Baru

    Tiga hari yang terlewati, seakan-akan berlari begitu cepat. Pagi itu, di sebuah ruang kerja luas dengan interior elegan bergaya kontemporer Eropa, terdengar suara ketikan cepat dari keyboard laptop. Ruangan tersebut terletak di lantai dua mansion megah milik Vernon Moreau, CEO dari rumah mode ternama di Paris, Amor La Mode. Langit-langit tinggi, jendela kaca besar, menyajikan panorama taman bunga lavender yang mulai basah karena gerimis pagi. Tirai tipis melambai perlahan tertiup pendingin ruangan. Dan di balik meja kerja dengan ukiran khas Prancis tersebut, duduk seorang perempuan muda cantik. Wajahnya serius. Matanya yang bengkak karena menangis tak mengurangi pesonanya. Dialah Joana Leshia Valery.Jari-jarinya menari lincah di atas keyboard, menuliskan satu surat penting yang akan mengubah hidupnya. Kepada manajemen Darriston Couture,Dengan surat ini, saya mengajukan pengunduran diri saya sebagai Sekretaris pribadi CEO Kennard dan desainer junior, tanpa masa pemberitahuan.Alasa

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 44 | Kehilangan

    Hujan turun deras malam itu, mengguyur seluruh penjuru Distrik La Defénse, seolah-olah mencerminkan kekacauan di dalam diri Kennard Reagan Darriston."Cari dia! Sekarang juga! Gunakan semua orang kita! Jangan kembali kalau belum menemukan Joana!"Suaranya menggema penuh amarah dan putus asa di dalam ruang tengah mansion Darriston yang kini kosong tanpa kehadiran satu-satunya perempuan yang membuat hatinya berdetak berbeda. Kennard sudah tak memedulikan tampilan kacaunya. Rambutnya berantakan, kemejanya kusut, dan mata elangnya—mata seorang CEO kejam yang biasa memandang semua hal dengan dingin—kini memerah, sembap karena rasa kehilangan, lelah, dan penyesalan."Tapi, Tuan muda—.""Tidak ada tapi! Bawa mobil cadangan, periksa semua hotel, semua penginapan, semua rumah sakit, semua bandara, halte, juga stasiun kereta yang ada di La Defénse dan Madeleine! Periksa semuanya! Jangan abaikan satu pun!" titah Kennard berapi-api seraya mengacungkan telunjuk ke arah pengawal yang berdiri gugup

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 43 | Di antara Dua Pilihan

    Langkah kaki Joana berderap cepat di sepanjang koridor lantai tiga mansion Darriston yang kini nyaris terasa asing baginya. Bayang-bayang Cia yang memeluk Kennard terus terputar di benaknya, rasanya sesak. Kala tiba di kamar mereka, Joana langsung menarik koper kecil dari balik lemari dan membukanya, tangannya gemetar saat mengambil selembar kertas yang dilipat rapi di dalam sana.Itulah surat perjanjian pernikahan mereka. Tulisan tangannya sendiri, hitam di atas putih, lengkap dengan materai resmi, dan tanda tangan keduanya. Ya, tanda tangan yang Joana saksikan sendiri digoreskan Kennard dengan dingin malam itu.Tangis yang sejak tadi ia tahan, akhirnya tumpah ruah diam-diam kala ia menggenggam kertas tersebut. Matanya berkaca-kaca, tetapi tubuhnya tetap tegak, seolah-olah menyimpan sisa ketegaran yang enggan runtuh di hadapan siapa pun.Tiba-tiba pintu kamar terbuka keras. Kennard muncul dengan napas memburu, pun mata birunya menggelap menahan emosi."Kamu mau ke mana?" tanyanya pen

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 42 | Dia Cia?

    Bunyi roda mobil menghantam genangan air malam itu menjadi latar dari ketegangan yang masih menggantung di dalam kabin Mercedes hitam milik Kennard Darriston. Setelah perjalanan panjang dalam diam—usai ledakan gairah yang tertunda karena panggilan dari Daniella—mobil itu akhirnya berbelok memasuki halaman mansion Darriston yang megah, disambut nyala lampu taman yang temaram di bawah rintik hujan yang belum reda.Sebelum mematikan mesin, Kennard melirik sekilas ke arah Joana di kursi penumpang. Ia kemudian melepaskan sabuk pengamannya dengan satu sentakan cepat dan meraih tubuh Joana, membuka pengait sabuk pengaman istrinya secara lembut. Namun, sebelum sempat berkata apa-apa, ia menyadari gerakan Joana yang canggung.Perempuan itu tampak sibuk meraba punggungnya sendiri, mencoba menjangkau ritsleting gaun berwarna biru emerald yang dibelikan Ryuzaki tadi. Ritsleting itu terbuka cukup rendah karena ulah Kennard sendiri sebelumnya. Tatapan sang suami langsung berubah, mengingat betapa p

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 41 | Dominasi

    “Nyalakan mesin mobilnya jika kamu tidak mau kita mati di dalam sini sebelum sempat pulang,” seru Joana dengan tatapan nanarnya. Kennard sontak berdecak, tetapi tetap menuruti kemauan istrinya. “Sebenarnya saya ingin mengajak kamu check-in di hotel seberang. Anggap saja kita sedang staycation.”Tak ayal Joana mendelik. “Apa? Kamu mengajakku staycation di saat Grandpa dirawat di rumah sakit? Ken! Aku masih punya hati!” kecamnya. “Grandpa baik-baik saja sekarang. Harus berapa kali saya katakan? Serangan jantung Grandpa sempat kumat tiba-tiba, tapi sudah ditangani dengan baik. Grandpa akan segera sembuh. Jangan khawatir.” Suara Kennard semakin berat menyapu wajah Joana yang menegang dengan jarak sedekat ini. “Tetap saja, Ken. Aku tidak akan menyetujui idemu itu. Bawa aku pulang sekarang—.”Satu kecupan tiba-tiba mendarat tepat di bibir mungilnya hingga ucapannya terputus. Bersamaan dengan itu, hujan mulai turun perlahan, membasahi jalanan kota Paris yang kini terlihat redup di balik k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status