Share

Pengantin Pengganti Tuan CEO
Pengantin Pengganti Tuan CEO
Author: Hello Sii

Bab 1 : Bukan Awal Yang Baik

“Apakah merebut kebahagiaan orang lain adalah hobimu?” Aksen membuka pintu kamarnya dengan sarkas. Di kamarnya kini dia tak sendiri. Seorang wanita terduduk lemas di atas ranjang dengan gaun pernikahan berwarna putih yang masih melekat pada tubuhnya.

Dia Amora, wanita yang baru saja sah menjadi istrinya. Wanita yang selalu terlihat rendah dan menjijikan di matanya. Padahal Amora adalah wanita yang sangat mencintainya dari dulu. Tapi, otak dan hatinya sama sekali tak pernah menerima kehadiran Amora di dunia ini.

“Apa maksudmu?” Amora menatap suaminya dengan penuh tanda tanya.

Brugh!

Amora memejamkan matanya kaget ketika suara keras pintu yang dibanting oleh Aksen mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Aksen berjalan pelan menuju ke arahnya seraya menatap tajam.

“Kenapa kau menggantikan Aurel menjadi pengantinku?” tekan Aksen dengan tatapan tajamnya. Amora sudah menduga ini akan terjadi. Dari dulu, Aksen hanya menginginkan sepupunya, Aurelia. Tidak dengan dirinya.

Bagaimana tidak, Aurelia adalah seorang model cantik dengan bentuk badan yang bagus, impian semua wanita. Siapapun yang melihatnya pasti sangat terpesona, apalagi Aksen yang sudah mengejarnya sedari dulu.

Beda dengan Amora, yang memiliki badan kurus dan mungil. Tapi meskipun tak secantik Aurelia, Amora memiliki keunikan sendiri, wajahnya sangat manis dan mampu memikat kaum Adam dengan senyumannya.

Helaan nafas panjang Amora terdengar begitu jelas di telinga Aksen. Amora membalas tatapan Aksen tanpa ekspresi. “Aurel tidak mau menikah denganmu!” ucap Amora kemudian.

Aksen tersenyum sinis mendengarnya. “Hah? Kau pikir aku bodoh? Alibi apalagi yang sekarang kau pakai untuk mengelabui dunia demi menikah denganku?” ucap Aksen dengan senyum meremehkan Amora.

Amora memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Aksen. Marah, kesal selalu bercampur aduk ketika ia berhadapan dengan lelaki bernama Aksen. Laki-laki itu tidak pernah berubah. Amora selalu menjadi sasaran empuk sebagai penyebab semua kesalahan yang terjadi. Meskipun dia tidak berbuat apa-apa.

“Jangan tanya padaku. Sekalipun aku menjawab pertanyaanmu dengan jujur, kau takkan pernah percaya dengan kata-kataku,” ucap Amora menahan sesak yang ada. Ia tak mampu menoleh sedikitpun kepada Aksen yang masih memelototinya.

“Aku akan segera mengurus surat perceraian!”

Aksen berlalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah sangat terasa lengket. Jika bukan karena orang tuanya, ia pasti sudah membatalkan pernikahannya ketika tahu pengantin wanitanya adalah seseorang yang sangat ia benci. Hari ini adalah hari paling buruk menurut Aksen.

Sementara Amora kembali memejamkan matanya sebentar setelah kalimat terakhir Aksen mampu membuatnya bungkam. Seharusnya, kemarin ia tidak menyetujui permintaan Aurelia untuk menggantikan posisinya menjadi pengantin wanita dari Aksen. Tapi karena ia berpikir jika beberapa tujuan hidupnya akan terwujud ketika ia menikahi Aksen, Amora terpaksa menyetujuinya.

Di hati kecil Amora, alasan paling kuat dia melakukan hal itu adalah rasa cintanya kepada Aksen yang terlampau sangat tinggi, membuatnya sedikit gila.

Semuanya telah terjadi. Amora harus tetap kuat menjalani kehidupannya yang pasti akan dihiasi penderitaan ke depannya. Lelaki bernama Aksen itu tidak mungkin membiarkannya hidup tenang setelah dianggap merusak kebahagiaannya bersama Aurelia.

Amora menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan pasrah. Ia mulai beranjak dari ranjang putih itu dan berjalan ke meja rias untuk membersihkan make up dan riasan-riasan lainnya yang menempel di tubuhnya.

Amora menunggu Aksen keluar dari kamar mandi. Namun, pintu kamar mandi itu tak kunjung terbuka. Aksen sengaja menghabiskan waktunya di kamar mandi hanya untuk menghindari istrinya. Terpaksa Amora pergi ke kamar mandi bawah untuk membersihkan badannya.

Setelah selesai dengan ritualnya di kamar mandi, Amora hendak pergi ke kamar Aksen. Tapi seketika matanya membulat ketika melihat koper dan barang-barang lainnya sudah berada di luar kamar. Ia menoleh ke arah pintu kamar Aksen yang terlihat tertutup rapat.

Amora sudah mengira itu pasti perbuatannya Aksen. Laki-laki itu tak mungkin mau sekamar dengan wanita yang dibencinya. Bahkan jika bisa melawan orang tuanya, Aksen pasti memilih untuk tidak serumah dengan Amora.

Dengan lemas, Amora mengangkut barang-barangnya ke ruang tamu di bawah. Meskipun sedikit lebih merasa sesak, tapi ia sudah terbiasa. Terbiasa dengan sikap Aksen yang selalu membuatnya terlihat seperti wanita rendahan.

Drtt... drtt.... drtt....

Amora segera merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang tiba-tiba berbunyi. Seketika ia mengerutkan dahinya ketika di layar ponselnya tertera nama Dokter Frans menelponnya, padahal ini sudah larut malam.

“Hallo, Dokter Frans!”

“Dokter Am, maaf mengganggu waktu istirahatmu, bisakah datang segera ke rumah sakit?”

Perasaan Amora saat ini sangat tidak enak. Dokter Frans tidak biasanya meminta untuk segera membantunya, jika tidak terjadi darurat. Ia semakin mengerutkan dahinya seraya menerka apa yang terjadi.

“Apa yang terjadi?”

“Vincent kembali melakukan percobaan bunuh diri!”

Mata Amora melebar mendengar ucapan dokter Frans. Vincent adalah pasiennya yang tengah ia rawat karena mengalami depresi berat. Ya, Amora adalah seorang dokter spesialis kesehatan jiwa yang sudah dikenal dengan kemampuannya menyembuhkan beberapa orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Tunggu aku disana!” Amora memutuskan sambungan teleponnya kemudian meraih jaket kebesarannya untuk pergi ke rumah sakit. Meskipun hari ini ia mengambil cuti karena merupakan hari pernikahannya, tapi ia tetap saja mengutamakan pasiennya yang lebih membutuhkannya dibanding malam pertamanya yang sangat menyedihkan.

Amora mengendarai mobilnya melaju membelah ibu kota di malam hari. Untung saja jalanan nampak sepi. Ia bisa membawa kendaraannya dengan sedikit kencang agar lebih cepat sampai di rumah sakit.

Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di tempat tujuannya. Dengan langkah cepat, Amora melewati beberapa keluarga pasien yang tengah menahan kantuknya di kursi tunggu. Beberapa perawat berlalu lalang melewati koridor yang sepi, mereka terlihat sangat semangat bekerja meskipun kebagian shift malam.

Akhirnya, Amora berhasil sampai di depan ruang inap Vincent. Ia segera masuk dan terdapat dua perawat bersama Vincent yang tengah menunduk di ranjangnya dengan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut yang tertekuk. Menyadari pintu ruangan terbuka, kedua perawat itu segera menghampiri Amora dan memberi salam.

“Selamat malam, Dokter Am,” ucap salah seorang dari dua perawat tersebut.

“Apa kalian tidak memberikan obatnya hari ini?” marah Amora tanpa meninggikan suaranya. Ia hanya cemas dengan keadaan Vincent, jadinya perawat yang kena kemarahannya.

“Maaf, Dok. Hari ini pasien tidak mau makan sama sekali,” ucap salah satu perawat kepada Amora.

“Haishhh!” geram Amora seraya melangkah menuju ranjang Vincent yang masih menunduk. Amora mengusap pelan bahu Vincent kemudian menghela nafas pelan.

“Vin....”

“Aurel tidak jadi menikah hari ini,” ucap Amora membuat Vincent bergerak mengangkat kepalanya kemudian menatap Amora penuh sendu. Amora tersenyum kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, menyatakan kalau ia berkata dengan jujur.

“Kau tidak berbohong, Am?” tanyanya serius.

Amora mengangguk lagi. “Aku tidak berbohong. Aku yang menikah dengan Aksen, bukan wanitamu.” Amora mengangkat satu tangannya dan memperlihatkan cincin yang melingkari jari manisnya pertanda ia sudah menikah.

Vincent mengembangkan senyumnya senang. Laki-laki itu benar-benar dalam keadaan sadar ketika ingin mengakhiri hidupnya. Hanya saja ia mengingat bahwa hari ini adalah hari pernikahan Aurelia, mantan pacarnya yang masih sangat ia cintai.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kalimat itu pantas untuk Amora. Karena dengan menikahi Aksen, ia berhasil mendapat tiga keuntungan. Yaitu berhasil mendapatkan Aksen, berhasil mewujudkan keinginan terakhir mendiang ibunya, dan berhasil menyelamatkan psikis pasiennya, Vincent.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status