Share

Ketahuan Menguping

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 08:33:58

"Non, kamu ngapain."

Nur yang sedang serius mendengarkan rencana Diana, seketika terlonjak kaget saat bahunya di tepuk seseorang.

"Bibi, ngagetin aja," bisik Nur. Jantungnya berdebar sangat kencang, ia mengusap dadanya merasa lega saat tahu siapa yang berbicara di belakangnya.

"Kamu nguping nyonya muda ya?" tanya wanita berambut kuncir kuda itu.

Dengan cepat Nur menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Dan mendorong asisten rumah tangga untuk segera menjauh dari kamar Diana.

"Aku enggak nguping, Bi. Cuma kebetulan aja lewat, tak kira Mama ngomong sama siapa. Nah karena pintunya enggak ke tutup rapat ya udah aku lihat aja, ternyata ngomong sama telpon," ucap Nur menjelaskan. Ia tak ingin di cap aneh-aneh oleh wanita itu apalagi di ajukan dengan Diana.

"Yakin? Nona enggak lagi nguping pembicaraan Nyonya kan?" Wanita itu nampak mencurigai Nur, tatapannya membuat Nur tak nyaman.

"Yakin lah, lagian Bi Lilis ngapain sih ngurusin aku. Dahlah, aku mau ke kamar," ucap Nur merasa bodo amat.

"Kamu itu orang baru, Non, awas kalau macam-macam, bakal aku aduin sama nyonya muda," ancam Lilis membuat Nur mengurungkan langkahnya dan menoleh ke arah Lilis.

"Emang, Bi Lilis, siapa? Berani ngancam-ngancam gitu. Kamu pikir aku takut, aduin aja sana tak tunggu!" tantang Nur tanpa sedikit pun merasa takut.

"Dasar kampungan!" Setelah mengatakan itu Lilis segera berlalu dari hadapan Nur sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Dih, dia sewot. Eh, btw kenapa pembantu itu sewot banget ya sama aku. Apa jangan-jangan dia komplotannya Mama Diana?" ucap Nur pada dirinya sendiri.

_Wah-wah patut di curigai nih_ pikir Nur.

Tak mau sang suami menunggu terlalu lama, Nur segera naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar. Nur mengambil jaket dan memakainya karena ia sudah memakai celana jins panjang dan kaos pendek itu pun pakaian terbaik yang Nur punya.

Nur mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya sudah rapi dan baik. setelah itu ia segera mengambil tas slempang dan mengisinya dengan hp. Dompet dan kunci mobil milik Excel yang ada di atas nakas segera di ambilnya.

Tak menunggu waktu lama, Nur sudah menghampiri sang suami dan Oma Mentari lagi.

"Ini, Om," ucap Nur menyodorkan barang milik Excel.

"Terima kasih ya. Kamu lama banget tadi, ngapain aja? Masa cuma dandan begini sampai sejam?" tanya Excel memandang Nur dari atas sampai bawah.

"Memangnya kenapa dengan dandanan aku? Ndesit ya?" cetus Nur.

"Ndesit apaan tuh?" tanya Excel heran.

"Ndeso banget, Om, masa enggak tahu sih," seru Nur.

Oma Mentari tertawa mendengar seruan Nur, "Kamu tuh ada-ada aja, Nak. Enggak kok, dandanan kamu bagus, meski nampak sederhana tapi cantik banget kalau kamu yang pakai, karena kamu ayu."

Nur tersipu malu, "Makasih, Oma."

"Jadi berangkat enggak ini, malah ngobrol terus?" seru Excel. Entah kenapa saat Oma Mentari memuji Nur dirinya merasa salah tingkah.

"Eh, jadi dong. Oma, aku berangkat dulu ya. Oma, enggak apa-apa di sini sendiri, apa perlu aku anter masuk sebentar?" tanya Nur sembari salim dengan Oma Mentari.

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut dengan sikap Nur yang sopan dan menghormatinya. "Tidak usah, Nak. Biar nanti Lilis saja yang jemput Oma."

Nur dan Excel segera berpamitan mengucapkan salam dan berlalu meninggalkan Oma Mentari. Mereka berjalan dari samping rumah menju garasi, dimana mobil Excel berada.

Dalam perjalanan menuju mall, Nur hanya merenung. Ia tak tahu bagaimana keluarga Excel yang sebenarnya. Ia bertanya-tanya, kenapa Diana dan Oma mentari terlihat tidak bisa akur. Dan kenapa Diana ingin mengambil alih harta keluarga Excel, padahal kalau Excel anak tunggal tentu saja semua harta akan jatuh di tangan Excel, tetapi kenapa Diana masih ingin menguasai. Berbagai pertanyaan itu menguasai pikiran Nur.

"Nur...! Hei....!" Excel menjentikkan jarinya di depan wajah Nur, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Om...! Apaan sih, ngagetin aja!" seru Nur kesal.

"Ngagetin gimana, orang kamu di panggil-panggil dari tadi diam aja kok. Nih udah sampai, ayo turun," balas Excel.

Nur tercengang, ia segera mengamati luar mobil. Dan benar saja, ternyata mobil sudah terparkir di depan gedung Pusat perbelanjaan, padahal ia merasa baru saja naik mobil.

"Jadi enggak, beli laptopnya. Apa mau diam aja di dalam mobil?" Excel kembali bersuara.

"Eh, jadi dong. Ayo turun," balas Nur dengan antusias.

Nur dan sang suami akhirnya turun dari mobil, mereka melangkah memasuki mall yang ramai. Suara langkah kaki dan percakapan pengunjung mengisi udara, menciptakan suasana yang semarak. Mereka berdua berjalan menuju lantai dasar, tempat berbagai toko elektronik berjejer.

"Kita beli di sana aja, semoga ada yang cocok," kata Excel sambil menunjuk papan nama besar bertuliskan "TeknoGadget."

Nur mengangguk, "Ayo, Om."

Di dalam toko, berbagai model laptop terpajang rapi. Nur langsung tertarik pada laptop berwarna silver yang ada di etalase. "Wah, ini bagus banget!" serunya.

"Kamu mau yang itu?" tanya Excel.

"Iya, Om," balas Nur menatap Excel dengan mata berbinar.

Excel tersenyum, "Kalau cocok, ambil aja. Tapi biar kita cek dulu."

Excel meminta penjaga toko tersebut untuk mengecek laptop pilihan Nur.

"Laptop ini spesifikasi terbaik. Dengan prosesor terbaru, RAM 16GB, dan SSD 1TB. Harganya sedikit lebih tinggi. 22 juta, tapi kualitas dan performanya sepadan," kata penjaga toko menjelaskan sambil mengecek laptop itu.

"22 jeti, buset marem banget hargane. Duh uang Om Excel pasti langsung habis tuh," batin Nur sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Excel mengangguk setuju, "Oke, bungkus."

"Baik, Tuan," balas penjaga toko itu dengan senang hati.

"Om, kemahalan. Kita cari yang harga lima juta ke bawah aja ya," bisik Nur di telinga sang suami.

Mendapat sentuhan seperti itu membuat aliran darah Excel berpacu, desir-desir halus merayap di seluruh tubuhnya. Ketika Nur berbisik, suaranya melintasi telinganya seperti aliran lembut yang membangkitkan gairah kelakiannya. Sentuhan lembut di lehernya membuat jantungnya berdetak lebih cepat, menyalakan api yang selama ini terpendam.

"Ke-napa kalau mahal?" tanya Excel gugup. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Nanti uang, Om, habis," balas Nur lirih.

"Gampanglah, uang bisa di cari. Kalau kebahagian istri itu lebih berharga," sambung Excel, berusaha meyakinkan Nur.

"Tapi, Om, kita juga harus realistis. Uang untuk kebutuhan sehari-hari juga penting," protes Nur.

"Ini Tuan, barangnya sudah siap."

Obrolan sepasang pengantin baru itu akhirnya terpotong saat penjaga toko menyerahkan paper bag. Excel segera mengeluarkan kartu debit, dan membayarnya.

Nur merasa terharu saat Excel mengatakan tidak boleh banyak protes dan dirinya tinggal memakai.

"Om, makasih banyak ya." Reflek, Nur memeluk tubuh Excel membuat tubuh lelaki itu semakin merinding.

"Excel?"

Nur melepas pelukannya, saat mendengar seseorang memanggil suaminya. Excel justru terpaku, merasakan getaran-getaran di dada yang membuatnya tidak nyaman.

"Om, di panggil tuh," ujar Nur menggoyangkan lengan sang suami.

"Zarek Kamu di sini," balas Excel.

"Iya, aku mau beli laptop. Ini keponakan ya, kok manggil kamu om. Cantik banget dia, boleh lah buat aku aja, kan kamu udah nikah," ucap Zarek dengan santai membuat Excel melotot.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ending

    Sementara itu, di rumah Heri, Nur sedang sibuk menata buku-bukunya di meja belajar. Ia baru saja menyelesaikan tugas kuliah yang cukup berat. Pikirannya sesekali melayang ke Excel, tetapi ia segera mengalihkan fokusnya. Nur tahu, ia harus tetap kuat dan menjaga keputusannya.Lia masuk ke kamar Nur sambil membawa secangkir teh hangat. "Nur, istirahat dulu. Jangan terlalu keras sama dirimu sendiri."Lia tahu, Nur selalu belajar dengan giat. Jadi wajar adiknya itu bisa masuk ke universitas ternama di Jakarta meski belum bisa mencapai beasiswa. Saat sekolah SD-SMK Nur selalu mendapat peringkat 3 besar dan memenangkan banyak lomba bersama teman-temannya. Nur tersenyum kecil. "Suwun, Mbak'e. Aku cuma mau memastikan semua tugasku selesai tepat waktu."Lia duduk di tepi tempat tidur, menatap adiknya dengan penuh sayang. "Aku bangga sama kamu, Nur. Kamu udah melalui banyak hal, tapi tetap kuat. Aku yakin kamu akan jadi orang yang sukses."Nur men

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ada Pertemuan, Ada Perpisahan

    Nur mengamati pesan itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Kata-kata Excel mengingatkannya pada masa lalu yang ingin ia lupakan, namun ada bagian kecil dari hatinya yang masih merasakan getaran dari kenangan itu. Tetapi, tekadnya sudah bulat. Dia tidak ingin terjebak lagi dalam luka yang sama.Ponselnya tiba-tiba berdering, nomor baru yang sama menghubunginya. Nur terdiam, menatap layar dengan tatapan bimbang. Tetapi ia memutuskan untuk tidak menjawab. Panggilan itu akhirnya terputus dengan sendirinya, dan tanpa ragu Nur memblokir nomor baru Excel."Ini harus berakhir," gumamnya pelan. Dia bertekad untuk melupakan Excel sepenuhnya dan fokus pada masa depannya.Seminggu kemudian, Bambang dan Isna, memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Musim panen padi sudah tiba, dan mereka ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Sebelum pergi, mereka memastikan Nur baik-baik saja.Nur mengantarkan kedua orang tuanya ke terminal. Dalam perjalanan,

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kembali

    Malam Semakin LarutSetelah beberapa jam bekerja dengan serius, akhirnya tugas mereka mendekati selesai. Suasana menjadi lebih santai, diselingi candaan dan tawa."Rino, kamu serius banget sih dari tadi. Santai dikit dong," goda Latifa sambil mengulurkan segelas es jus untuk pemuda berkulit kuning langsat.Rino hanya tersenyum kecil. "Kalau nggak serius, tugasnya nggak selesai-selesai, Fa."Dika, yang sejak tadi memperhatikan Nur, merasa ini adalah kesempatan untuk mendekatinya lebih jauh. Saat yang lain sibuk membereskan alat, ia menghampiri Nur yang sedang duduk sendirian di sudut ruangan."Nur, kamu hebat banget tadi. Pekerjaan kita cepat selesai berkat kamu," puji Dika, duduk di sebelahnya."Terima kasih, Dik," jawab Nur singkat, mencoba menjaga jarak.Ketika tugas benar-benar selesai, satu per satu teman-teman mereka mulai pulang. Latifa pergi bersama Rino, sementara Sera pulang lebih dulu diantar Adi. Nur, yang menunggu Pak Supri menjemput, memilih tetap duduk di ruang tengah be

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Firasat

    Latifa berbisik pada Sera dengan nada penuh semangat. "Sera, bayangin deh, kita kerja kelompok bareng mereka. Ini kesempatan emas!"Sera hanya mendesah pelan. "Emas buat kamu. Aku sih enggak ya. Kalau alatnya lengkap dan tugasnya cepat selesai, aku sih nggak masalah. Tapi kayaknya Nur agak keberatan deh."Latifa menepuk bahu Nur. "Nur, santai aja. Kita kan kerja kelompok. Nggak akan ada yang aneh-aneh kok."Setelah jam kuliah selesai, rombongan kelompok mereka bersiap menuju rumah Dika untuk memulai pengerjaan tugas. Nur, meski masih merasa kurang nyaman, akhirnya menerima tawaran Dika untuk memboncengnya dengan motor."Yuk, Nur. Motor udah siap di parkiran," kata Dika dengan senyuman yang terasa dipaksakan di mata Nur.Latifa, yang sudah sejak tadi tak bisa menyembunyikan senyumnya, langsung menghampiri Rino. "Aku bareng kamu aja, ya?" tanyanya penuh semangat.Rino, yang sedikit terkejut tapi tidak keberatan, hanya mengangguk. "

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ragu

    Tak ingin berlama-lama dilumpuhkan oleh emosinya, Excel masuk kembali ke dalam mobil. Tanpa berpikir panjang, ia menginjak pedal gas dalam-dalam, membiarkan mobilnya melaju liar di jalanan. Kecepatan tinggi dan suara mesin menderu menjadi pelariannya. Ia tak peduli pada bahaya atau rambu-rambu yang ia langgar.Namun kali ini, pelariannya berakhir tragis. Di sebuah tikungan tajam, mobilnya kehilangan kendali dan menghantam pembatas jalan dengan keras. Suara benturan menggema, diikuti suara kaca yang pecah berantakan.Saat tubuhnya terkulai di balik kemudi, kepala Excel berdenyut hebat. Dunia di sekitarnya terasa buram, tapi ingatan demi ingatan menyeruak di benaknya.Excel melihat Vero yang tengah mencoba gaun pengantin putih. Senyum manis yang dulu pernah ia cintai kini terasa seperti belati yang menusuk dadanya. Kenangan itu terasa begitu nyata, hingga tiba-tiba bayangan itu memudar, digantikan oleh kenyataan pahit yang menghantamnya tanpa ampun.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Di Tepi Kehancuran

    Di Tepi Kehancuran Juanda menghela napas berat, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa menghancurkan hubungan mereka, tetapi ia tak bisa lagi menyembunyikannya.“Ver, kamu ingat malam itu... waktu kita pulang dari pesta ulang tahun Clara? Kamu mabuk berat, Ver. Dan aku tahu, kamu belum minum pil dan aku sengaja melakukannya malam itu. Aku tahu, jika kamu mabuk, kamu tidak akan menolak.”Vero membelalakkan matanya, perasaan tidak percaya menyeruak di wajahnya. “Kamu... sengaja? Kamu mengambil keuntungan dari aku yang tidak sadar?!”“Aku tahu ini egois, tapi aku ingin kamu menjadi milikku. Aku sudah lama mencintaimu, Ver. Aku pikir, dengan adanya anak, kita bisa lebih dekat. Kita bisa menjadi keluarga sungguhan.”Vero mencengkeram baju Juanda, matanya berkilat marah. “Kamu menghancurkan hidupku! Apa kamu tahu berapa tahun aku berjuang untuk sampai ke titik ini? Model

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status