Share

Charger 32

Penulis: Lia.F
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 22:40:28

Pagi itu, Juliete terbangun lebih awal. Tanpa berganti pakaian, ia langsung turun ke lantai bawah masih mengenakan gaun tidur satin berwarna putih dan lembut, pilihan Jaiden.

Saat tiba di ruang makan, tak ada siapa pun di sana. Namun meja sudah tertata rapi. Sarapan hangat menunggu, lengkap dengan jus jeruk yang baru diperas. Juliete melirik sekilas ke arah jam dinding—baru pukul setengah delapan.

Ia menarik kursi dan duduk, tangannya meraih gelas jus sambil menoleh ke arah suara langkah lembut di belakangnya. Ternyata Alice, gadis pelayan itu, diam-diam telah mengikutinya sejak ia turun tangga.

“Jaiden di mana?” tanya Juliete, suaranya datar namun menyiratkan sedikit rasa ingin tahu.

“Tuan sedang keluar kota, Miss. Beliau baru akan kembali besok,” jawab Alice sopan dan singkat.

Juliete mengangguk pelan. Ada bayangan kecewa yang samar di wajahnya. Mungkin, tanpa ia sadari, dirinya mulai terbiasa dengan kehadiran Jaiden. Dan kini, saat pria itu tak ada di tempatnya, kastil in
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Charger 32

    Pagi itu, Juliete terbangun lebih awal. Tanpa berganti pakaian, ia langsung turun ke lantai bawah masih mengenakan gaun tidur satin berwarna putih dan lembut, pilihan Jaiden. Saat tiba di ruang makan, tak ada siapa pun di sana. Namun meja sudah tertata rapi. Sarapan hangat menunggu, lengkap dengan jus jeruk yang baru diperas. Juliete melirik sekilas ke arah jam dinding—baru pukul setengah delapan. Ia menarik kursi dan duduk, tangannya meraih gelas jus sambil menoleh ke arah suara langkah lembut di belakangnya. Ternyata Alice, gadis pelayan itu, diam-diam telah mengikutinya sejak ia turun tangga. “Jaiden di mana?” tanya Juliete, suaranya datar namun menyiratkan sedikit rasa ingin tahu. “Tuan sedang keluar kota, Miss. Beliau baru akan kembali besok,” jawab Alice sopan dan singkat. Juliete mengangguk pelan. Ada bayangan kecewa yang samar di wajahnya. Mungkin, tanpa ia sadari, dirinya mulai terbiasa dengan kehadiran Jaiden. Dan kini, saat pria itu tak ada di tempatnya, kastil in

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 31

    Setelah makan siang, Jaiden tak banyak bicara. Mereka langsung menuju butik perhiasan mewah di jantung kota. Begitu masuk, suasananya tak jauh berbeda—tatapan orang-orang mengarah pada mereka, terutama pada borgol yang masih melingkar di pergelangan tangan Juliete. Tapi tak ada yang berani berkata apa-apa. Siapa pun yang mengenal Jaiden Cavendish tahu batasan mereka. Manajer butik menyambut dengan senyum profesional, nyaris kaku karena gugup. Mereka langsung diarahkan ke ruang VIP—sebuah area tersembunyi dengan layanan eksklusif. Juliete duduk di sofa beludru berkelas, di samping Jaiden. Benjamin berdiri tegak di sudut ruangan, seperti bayangan tak bersuara. Di atas meja, deretan kotak perhiasan dibuka satu per satu. Cincin-cincin berlian berkilau terpampang di hadapan Juliete. Dua pelayan mendampingi, membantu sang manajer menampilkan pilihan terbaik yang dimiliki butik itu. Kini giliran Juliete memilih. Dan semua mata tertuju padanya. “Berikan aku cincin yang paling mahal,

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 30

    Lima belas menit berlalu dalam ketergesaan. Borgol itu kembali melingkar di pergelangan tangan mereka—mengeratkan ikatan, secara harfiah. Jaiden kini sudah berpakaian rapi, jasnya licin sempurna, dasi terikat presisi. Sialnya, tadi pria itu mengenakan semuanya dalam keadaan setengah telanjang, dan sama sekali tidak terganggu oleh keberadaan Juliete. Untungnya, Juliete sempat menyelinap ke dalam wardrobe, jadi tak harus melihat setiap inci tubuh pria itu—walau… otaknya tetap menyimpan cukup visual untuk membuatnya memerah sekaligus. “Aku belum makeup,” keluh Juliete akhirnya. Wajahnya masih polos. Sisa air di ujung rambutnya menetes pelan ke bahu. Jaiden, yang sedang mengancingkan manset tangannya, menoleh. Tatapannya tenang. “Take your time, baby.” Juliete mengangkat tangan mereka yang terikat. “Bagaimana caranya aku make-up dengan satu tangan terikat?!” “Lakukan saja. Aku tunggu.” jawab Jaiden ringan. Satu sudut bibirnya menyeringai—karena tentu saja, dia menikmati sem

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 29

    Cahaya pagi merambat lembut melewati tirai tipis, menyusup ke sela kelopak mata Juliete yang perlahan terbuka. Pandangannya masih kabur, tapi bayangan di hadapannya segera menjadi nyata. Pria itu berbaring di sampingnya, menatap Juliete dengan mata setengah mengantuk dan rambut sedikit berantakan, kini mereka saling berhadapan—entah sejak kapan. Ada sesuatu yang berbahaya sekaligus intim dari caranya memandangi Juliete pagi ini. Tangannya perlahan terangkat, menyentuh pipi Juliete pelan. Ujung jarinya dingin tapi tetap mengalirkan panas ke seluruh pori Juliete. “Sudah bangun, baby?” bisiknya rendah. Juliete hanya mengangguk. Tak ada kata yang mampu ia lontarkan. Kini Juliete sadar Pria ini yang akan ia lihat setiap paginya setelah pernikahan berlangsung. Sialnya ia mulai terbiasa dengan kehadiran Jaiden. Lebih tepatnya pada dominasinya. Tapi bayang-bayang malam sebelumnya kembali menyusup. Arthur. Pernyataan dan kecurigaannya masih menggema di kepala Juliete. Juliete sebenar

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 28

    Pintunya terkunci. Manis sekali. Dia pikir bisa menyembunyikan diri dariku di dalam kamarnya. Aku menyeringai saat menarik kunci cadangan dari sakuku. Ini Blackvale—semua pintu tunduk padaku. Klik. Bunyi kunci memecah keheningan. Saat pintu terbuka, aku melihatnya. Juliete masih terjaga. Berbaring di ranjang, menatap langit-langit. Tapi suara pintu yang terbuka membuat tubuhnya menegang. Dia terduduk, matanya lebar. Dia terkejut. Tapi seperti biasa—sombong. Tetap mencoba menunjukkan bahwa dia tak takut padaku. Itulah yang membuatku muak. Dan tergila-gila. Aku melangkah cepat, tanpa memberi ruang. Suasana kamar langsung berubah. Udara menjadi lebih panas. Tanpa sepatah kata, aku mendorong tubuhnya ke ranjang. Gerakanku cepat. Juliete nyaris terpental, matanya membelalak karena terkejut. Tanganku mencengkeram pergelangan tangannya—keras. Dalam satu gerakan, kutarik borgol dari sakuku dan mengaitkan satu sisi ke pergelangan tangannya… sisi lain ke tanganku sendiri. Dan suara lo

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 27

    POV Jaiden. Lima menit. Sepuluh menit. Hampir setengah jam. Juliete tak juga kembali. Padahal katanya hanya ingin mencari udara segar. Aku mulai gelisah. Aku tahu di tempat ini dan orang-orang di dalamnya yang tak bisa di percaya. Aku bangkit dari kursi dan melangkah keluar ballroom. Mencarinya. Mataku menyapu ruangan, tapi sosoknya tak tampak. Aku mengingat lagi arah langkahnya tadi. Koridor sisi timur. Aku menuju ke sana. Dan di sanalah dia. Juliete. Tapi tidak sendiri. Tubuhku menegang. Alisku menyatu. Ada sesuatu yang panas, naik dari dada dan merambat ke tenggorokan. Dia tertawa. Tersenyum lepas. Wajahnya nyaman dan hidup. Itu bukan wajah yang pernah dia tunjukkan padaku. Bersama siapa? Arthur. Pamanku. Pria sok suci yang sudah lama menyimpan pisau di balik senyum. Yang bicara manis di meja makan tapi menusuk dari belakang. Yang ibuku percaya—tapi aku tahu lebih dari siapa pun: dia bukan keluarga. Dia ancaman. Dan sekarang dia berdiri terlalu dekat dengan Juliete.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status