Hatiku sakit saat harus meninggalkan mereka. Tetapi aku harus pergi, aku harus sembuh, aku harus jadi lebih sehat. ***Suara kereta kuda terdengar beriringan memasuki istana hitam. Setiap kereta, diberikan tanda wilayah masing-masing. Setiap perwakilan keluar dari kereta kuda masing-masing. King Herdian Laskaris, dari kerajaan Rulyria bagian barat. King Desadan Sider, dari kerajaan Irlanga bagian selatan. Kemudian, King Nesesbula Safalis dari kerajaan Gratarus, bagian Timur. Giri dari kerajaan Pilatasus, hutan pinus. Dan Emabell dari Clossiana Frigga. Aku tak meminta kalian menghafal nama mereka. Tetapi kalian bisa menandai Nesesbula Safalis, sebagai raja yang kurang menyukai kepemimpinan Raja utama Elydra. "Salam."Kafkan menyambut dengan hormat, mempersilahkan semua utusan untuk masuk ke dalam ruangan rapat tentang Territory. Duduk di tempt masing-masing, dan Emabell berada dipaling jauh dari kursi Raja utama. Almosa masuk. Sebagai perwakilan dari utara. Mengantikan Darka. Tan
Selamat membaca. Pingsan karena serangan penyakit sialanku itu kambuh. Aku akhirnya bisa membuka mataku, meski rasanya begitu berat. Namun…. DEG! Mataku malah membelak, terkejut saat melihat pria asing sedang berada di atasku. "Tenanglah!" Suara, dan tatapan pria itu serta Energi kelam keluar dari tubuhnya. Yang mengartikan kalau pria itu berbahaya! Itu yang otakku peringatkan. Mata kami terus bertemu, sampai ia mengigit lengannya sendiri. Itu membuat mataku semakin terbuka. "Baginda!" ujarku. Sadar. Aku mencoba untuk menghindar dari ranjang. Tapi…."Ku bilang tenanglah!"Pria yang tak lain adalah King Darka itu sendiri. Menarik bahuku, menahanku tetap di tempat semula—aku ingin menangis. Siapapun tolong aku! "Buka mulutmu!" titahnya. Aku mengeleng dengan sangat cepat. Aku ingin sembuh, tapi ini tidak benar. Aku ketakutan—aku menarik kembali keinginanku. "Emabell!"Tiba-tiba…."AKHHH!" Aku meringis saat ia mengingit leherku. "Ba-baginda…" Aku mendorongnya. Tetap menutup mulutku
Selamat membaca. "Jangan menentangku Emabell!"Srekkk! Tiba-tiba saja pakaian yang ada di tubuhku robek dengan sendirinya. Dan dia—baginda melesat mendekat ke arahku, mencium bibirku dengan kasarnya. Dan yang bisa kulakukan adalah menangis, bahkan tubuhku sendiri bahkan tak bisa menahan cekalan tangannya yang begitu kuat. Mengunciku erat-erat. "Baginda…hiks! Ini salah!"Tetapi ia tak menghiraukanku. Menikmatiku sesuka yang ia inginkan, menunjukan kekuasaannya sebagai seorang Raja utama di dunia ini padaku. 'Ahhh!' tanpa sadar aku menikmatinya, dan itu menjadi titik kesalahanku—dimana raja Darka, meminta lebih. Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. Menahan tangan kokohnya, yang akan melepas setiap pakaiannya dihadapanku. Aku masih cukup waras. "Kau, menolakku lagi hmmm?" ia berbisik ditelingaku—meremas buah dadaku dengan kuat, sebelum ia memasukan Ereksinya pada tubuhku. "Katakan lagi…."Dan saat itu aku terdiam, tak menentangnya lagi. ***Setelah semua berakhir, dan aku me
Selamat membaca. "Kau tahu itu rencana kami?" tanya Kafkan. Ia memegang bahuku menatapku penuh selidik. "Emabell, mungkinkah kamu bukan manusia?!"Pertanyaan Kafkan membuatku sakit hati. Setelah melihat semua yang terjadi padaku karena ulah Rajanya. Dan ia masih berkata kalau aku bukan manusia?! Hiksss….Aku akhirnya hanya bisa menangis. Ini bukan karena aku lemah, hanya saja aku yang terlalu terbawa perasaan. ***Di sisi lain. Damor kembali dari pengintaian kelompok pengkhianat raja dari tidur—semua karena nama dari 'Emabell'***Di istana. BRAKKK! "UKHHH…"Aku tak bisa bernafas, karena orang asing yang bahkan tak ku kenal tiba-tiba saja datang dan langsung mencekik leherku dengan kuatnya. "Tolong…"Aku cinta hidup. Namun tubuhku semakin naik ke atas tembok. Rasanya seperti digantung hidup-hidup. "Ma-nu-sia! Kau tidak layak ada di istana ini!" seringainya. Berucap seperti iblis yang akan segera menelanku dari gelapnya netra matanya. "Aku akan…"Namun sebuah tangan menahannya.
Selamat membaca. Ada sedikit alasan yang tak bisa ku katakan, tentang mengapa aku bisa tahu tentang informasi itu. Dan ya. Aku menolak bicara, dan Almosa juga demikian. Ia marah padaku, bahkan tak pernah menemuiku. Untungnya, Kafkan mau menemaniku diasa-masa sulitku. "Almosa, apakah dia masih marah padaku?" tanyaku dengan suara serak. Karena berteriak kemarin malam—ulah siapa kalau bukan ulah Raja tidak punya hati itu. "Jadi tidak mau bicara denganku lagi?"'Hah' Kafkan menghembuskan nafasnya kasar. Menatap nampan makanan yang masih utuh di samping tempat tidur. Lalu ia menatap mataku dengan tajam. "Coba pikir? Bagaimana ada yang tidak marah, jika keinginannya tak tercapai?"ku kerutkan keningku bingung. "Keinginan? Almosa punya keinginan?!"Ia tersenyum sinis. "Kau ini bodoh atau bagaimana? Almosa menginginkan kesembuhanmu! Mengapa kau tidak mengerti, dan terus melawan yang mulia…""Mungkin ia senang tidur dengan yang mulia!" sambung seseorang. Tidak lain adalah Damor, ia terus me
Happy Reading. Melihat Kafkan yang melesat ke area pertarungan, membuat aku menatap Almosa dengan tatapan kecewa. "Mengapa kau melakukan ini padaku?" tanyaku lirih pada Almosa. "Mengapa kau mengorbankan Kafkan?!" "sebab Rajamu mengorbankan dirinya untuk seorang manusia biasa sepertimu!" balas Almosa dengan suara rendah, menatapku dengan tatapan tak suka. Sebelum pria itu pergi dari tempatnya. Aku harus berpikir positif. 'Almosa tidak mungkin membiarkan Kafkan terluka'Tap! Tap! Tap! Seseorang menghampiri, ia adalah "Damor?!" Mataku melebar, menatap tak percaya ke arah tubuh Damor yang dipenuhi oleh darah musuh. Tapi, ia bahkan tak menegurku, membiarkanku begitu saja. Aku cemas. Kafkan…apakah Almosa serius? Bagaimana jika….Tatapanku teralih pada tubuh Darka lll yang terbaring lemah. Sebelum mengepalkan tanganku kuat, aku memantapkan hati untuk mendekat ke arahnya. "Aku Emabell, tidak pernah mengharapkanmu. Tetapi aku Emabell dari Clossiana Frigga, mengharapkan perdamaian setia
Selamat membaca. Uwekkk!Aku memuntahkan semua darah yang masuk ke dalam tubuhku, sulit. Tapi untukku, itu bukanlah masalah. Hosh! Hosh! Hosh! Aku membiru, sebab mengeluarkan semua darah yang ia berikan dengan cara yang menjijikan. Aku tidak kuat lagi. "Aku tidak mau berakhir menjadi budak seksnya! Cukup, aku lelah!" ujarku, sambil menarik semua kain yang menutupi tubuhku yang tak lagi indah. Sebab dipenuhi oleh luka, dan bercak merah karena memberontak. Bagian dadaku juga terasa perih, sebab ia menekan cukup kuat. Menatap diriku sendiri. Membuat aku merasa benar-benar kotor. "Aku harus pergi meski akan mati ditengah Jalan karena penyakitku!" tekadku sudah bulat. "Aku mencari perdamaian, tapi aku tidak pe-pernah mencarinya. Dari orang yang telah merampas segalanya dariku!"Aku tidak akan pernah percaya. ***Bermodalkan tekad, aku sudah merencanakan hari ini. Tinggal dan terkurung hanyalah alasan agar aku bisa mengenal setiap karakter mereka. 98% mungkin akan gagal. Itu adalah
Selamat membaca. Aku menuruti Almosa malam itu, dan untungnya rencanaku yang ternyata gagal total tidak membuatnya marah. Aku tahu ia ingin menghabisiku malam itu, sorot mata pria itu seolah berkata 'tunggu saat kau pilih!' Pemikiran yang cukup membuatku merinding. Pasti alasan mengapa ia tak menghukumku karena mencoba untuk kabur darinya. ***Pagi yang indah, suara kereta kuda menghampiri. Dan Kafkan, ia yang mengantarku agar tidak tersesat nantinya. Selama perjalanan. Aku tak bicara, jelas aku marah pada mereka. Aku sembuh. Tapi perang sebentar lagi akan terjadi! Aku tidak tahu akan masa depan, jika sampai identitasku terbongkar nantinya. "Kau siap?" Kafkan bertanya, aku tak menanggapinya. Dan ia terlihat hanya menghembuskan nafasnya kasar, memaklumiku. GEKKK!!! Seperti pintu kebebasan yang hanya ada dalam khayalanku. Aku bersukacita, saat mendengar suara mereka. DEG! Senang. Itu aku rasakan. "Emabell?" Nike memanggil. Sungguh aku merindukannya. "Abell!" Ia berlari ke ar