Share

Bab 10 : Masa Lalu Bang Aldin

Aku lalu bangkit dari duduk, hendak membereskan piring dan gelasku sendiri.

"Biar saja, Mila."

Aku terdiam menyimak Bang Aldin bicara.

"Nanti Bi Imah dan Lisa yang membereskannya," katanya.

Aku lalu melanjutkan membereskan piring kotornya juga. "Gak papa, Bang," tuturku sembari mengangkat piring dan gelas kotor kami, melangkah menuju wastafel di dapur.

Ivan tampak melirikku sebentar, lalu kembali sibuk memainkan tab-nya. Sementara Mbak Lisa masih sibuk menyuapkan bocah kecil tersebut.

"Hmm ... terserahlah," sahut lelaki itu sembari menghela napas.

Bi Imah yang berada di dapur dan tengah makan melihatku membawa piring ke wastafel dapur, sontak bangkit. "Eh, Neng! Biar Bibi aja yang beresin!" Ia tampak terkejut.

"Udah, Bibi makan aja ...," kataku sembari meraih spons dan mulai menyuci piring kotor yang cuma dua buah itu.

"Eh ...." Bi Imah tampak bengong di sampingku.

"Sana, Bibi makan dulu," suruhku seraya menunjuk dengan isyarat ke arah makanannya.

Dengan ragu, wanita paruh baya itu pun berjalan ke meja di pojok ruang dapur tersebut dan kembali memakan makanannya. "Lain kali biar Bibi aja, Neng," ujarnya seperti tidak enak hati.

"Tenang aja, Bi. Aku terbiasa kok melakukan kerjaan rumah."

"Tapi Bibi gak enak, Neng," timpalnya lagi.

"Gak enak kasih kucing aja, Bi," sahutku sambil terkekeh.

Aku lalu meletakkan piring dan gelas yang sudah kucuci di rak piring di dekat wastafel itu.

"Ah, Neng bisa aja." Wanita yang berkerudung coklat muda itu ikut tertawa kecil.

Aku kemudian duduk di kursi di samping Bi Imah. "Bibi sudah lama kerja di sini?" tanyaku.

"Sudah lima tahun, Neng," jawab wanita tua itu. Ia kemudian bangkit mengangkat piringnya karena makanannya sudah habis.

"Lumayan lama juga ya," ucapku.

"Iya, waktu itu Den Aldin baru dua bulanan tinggal di sini. Waktu itu Aden belum menikah. Gak lama kemudian, baru deh, nikah." Bi Imah bicara sambil menyuci piring kotornya.

"Oh, gitu," gumamku.

"Ya. Terus baru menikah tiga tahun. Den Aldin bercerai," lanjutnya bercerita.

Aku menyimak.

"Neng Sherly terlalu sibuk di luar rumah. Aden mau istrinya di rumah aja, fokus ke anak gitu. Tapi karena sama-sama keras ... akhirnya pisah mereka."

Oh, begitu rupanya kisah pernikahan Bang Aldin yang dulu ....

Aku tak menyahut. Hanya mengangguk-angguk saja.

Tiba-tiba datang Mbak Lisa membawa piring yang masih tersisa makanan di sana.

"Susah banget bujukin Ivan makan," keluh wanita muda itu sembari meletakkan piring kotor itu di dalam wastafel.

Mbak Lisa lalu mengambil sebuah piring bersih di lemari kitchen set. Ketika melihatku, ia tersenyum dan menegur, "Neng ...."

"Mila aja, Mbak," ujarku mengingatkan.

"Eh, iya ... Mila ...." Ia terkekeh pelan. Ia kemudian mengambil nasi dari magiccom, lalu membuka sebuah lemari. Rupanya di situ terdapat lauk-pauk. Sepertinya ia akan makan siang.

"Mbak Lisa! Aku mau susu!" Tiba-tiba datang Ivan.

"Biar Bibi yang bikinkan, Den!" Bi Imah langsung meraih sebuah kaleng susu yang ada di dalam lemari kitchen set dan menurunkannya. Lalu wanita paruh baya itu menjerang sedikit air.

"Aku mau Mbak Lisa yang bikin! Bibi bikin susunya gak enak!" kata bocah kecil itu protes.

Mbak Lisa yang baru makan sesuap dua suap pun menghela napas, lalu bergerak hendak bangkit dari duduknya.

Aku langsung mencegahnya. "Biar Tante Mila yang bikinin ya, Jagoan!" tawarku pada sang bocah.

Alis Ivan seketika bertaut.

"Tante bisa bikin susu yang enak, kok. Tenang aja," ujarku sembari melayangkan senyum manis kepada bocah itu.

Dia hanya diam menatapku yang meraih gelas dari tangan Bi Imah. Lalu menyendok susu bubuk coklat dari kalengnya. Setelah siap di gelas, air yang sudah mendidih di kompor aku tuang sedikit ke dalamnya.

Ivan masih terpaku di sana. Ia tidak menjawab iya ataupun membantahku.

Usai susu itu tercampur rata, aku lalu menuangkan air bersuhu ruang dari teko ke dalam gelas tadi. Kuaduk lagi susu tersebut.

"Taraaaa!" seruku menunjukkan susu hasil buatanku.

Bi Imah dan Mbak Lisa tersenyum simpul di sana. Sementara bocah tersebut, seolah terpana melihatku.

"Ini susu coklat special untuk Pangeran Ivan!" Kusodorkan segelas susu coklat itu kepada bocah tersebut dengan senyum mengembang.

Mengapa Ivan tampak ragu?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status