Home / Romansa / Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin / 1. (Bukan) Pembawa Sial

Share

Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin
Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin
Author: Ary

1. (Bukan) Pembawa Sial

Author: Ary
last update Last Updated: 2023-03-01 11:06:40

"Bahkan jika kau berlutut padaku, aku tetap tidak akan mau menemui anak itu, apalagi sampai menenangkannya.”

Elena tampak tertegun ketika mendengar ucapan dari pria yang tengah membelakanginya tersebut, sibuk mencari paspor di laci meja kerjanya. Padahal pria itu, Dallen, baru saja menginjakkan kaki di rumah ini lima menit yang lalu, sepulangnya ia dari pertemuan bisnis di luar kota—atau begitulah yang Elena dengar dari asisten rumah tangga di rumah ini.

Oleh karena itu, ia datang menemui Dallen untuk meminta pria itu menenangkan putrinya, anak yang kini menjadi tanggung jawab Elena sebagai pengasuhnya. Saat ini anak berusia 4 tahun tersebut sedang demam dan terus memanggil ayahnya.

“Lagi pula, kau dibayar untuk mengurusnya. Jadi lakukan pekerjaanmu."

Namun, Elena tidak menyangka justru jawaban ini yang ia dapatkan.

Elena memang baru tiga hari menjadi pengasuh Hannah dan baru kali ini ia bertemu dengan Dallen. Kabarnya, Dallen memang jarang di rumah, khas pria dewasa yang sibuk menurusi perusahaan.

Akan tetapi, Elena baru tahu bahwa pria itu bersikap sekejam ini pada putrinya.

"Ya, saya memang memiliki tugas untuk mengurus putri Anda. Oleh karena itu, saya melakukan hal yang perlu dilakukan saat ini karena putri Anda sedang demam,” balas Elena, berusaha sopan meskipun ia masih tidak habis pikir dengan sikap Dallen.

Ia tidak akan menyerah, sebab Elena tidak tega melihat Hannah yang terus menangis. Keinginan balita berusia 4 tahun itu sangatlah sederhana, tapi Dallen bersikap seolah dia diminta untuk membawakan bintang ke pangkuan Hannah.

“Sebagai orang tua, Anda berkewajiban untuk merawat putri Anda. Saat ini, Hannah sedang demam dan dia terus menangis ingin bersama ayahnya, jadi tolong luangkan waktu untuk bersamanya."

Mendengar ucapan si pengasuh yang baru saja dipekerjakan oleh ibunya, Dallen terlihat mulai marah. Sejauh ini, belum ada pengasuh yang keras kepala seperti Elena. Bahkan ibunya tidak pernah bisa membujuknya untuk bersikap selayaknya seorang ayah pada Hannah.

Berani-beraninya wanita asing ini mengguruinya. Memangnya dia tahu apa

"Berhenti bicara selagi aku masih cukup baik padamu."

Tatapan mata Dallen terarah tajam pada manik mata Elena, tampak mendominasi sebelum akhirnya ia berbalik dan melangkah pergi.

Namun, Elena langsung menghalangi Langkah pria itu.

"Sekali saja, Pak Dallen,” ucap wanita itu lirih. “Saya mohon."

"Apa kau tuli?” hardik Dallen. Tampaknya kesabaran pria itu sudah habis. “Atau tidak mengerti bahasa manusia? Urus saja dia sendiri atau akan menendangmu keluar dari rumah ini."

Akhirnya, Dallen memberikan ancamannya, lalu mendorong Elena menjauh dari jalannya.

"Yang memperkerjakanku adalah Bu Liana, bukan kau. Kau tidak akan bisa mengusirku," gumam Elena, lalu kembali mengejar Dallen. "Pak Dallen, tolong—"

Kalimat Elena langsung terhenti karena Dallen yang tiba-tiba mendorong gadis itu hingga tubuhnya membentur dinding. Erangan kesakitan lolos dari bibir tipis milik Elena.

“Dengar ini baik-baik,” ucap Dallen dengan suara rendah. Pria itu meremas bahu Elena dengan kuat sampai membuat wanita itu meringis kesakitan, sementara mata Dallen berkilat tajam, penuh kebencian

“Pak—"

"Jika anak itu bisa mengembalikan istriku, maka akan melakukan apa pun untuknya.” Mengabaikan rintihan Elena, Dallen kembali berkata. Sekilas, Elena melihat sorot kesedihan pada sepasang mat aitu, meski hanya sebentar. “Tapi dia tidak bisa melakukannya, kan? Anak itu adalah pembawa sial dan aku tidak akan pernah mau dekat dengan seorang pembawa sial.”

Baru setelah mengucapkan itu, Dallen melepaskan Elena yang terdiam.

“Sekali lagi kau bicara padauk tentang dia, kau akan tahu akibatnya."

Usai memberikan ancamannya, Dallen pergi meninggalkan Elena.

Elena masih merasakan sakit atas perbuatan Dallen padanya, tapi bukan itu yang menghentikan langkahnya. Ia berhenti karena begitu terkejut mendengar Dallen menyebut Hannah sebagai pembawa sial. Di usia yang sudah 24 tahun, ini adalah kedua kalinya Elena mendengar seorang ayah menyebut anaknya sebagai seorang pembawa sial dan itu sama menyakitkannya.

Elena sungguh tidak mengerti kenapa ada ayah yang bisa mengatakan kalimat menyakitkan itu untuk anaknya sendiri.

"Elena, Hannah muntah lagi."

Lamunan Elena buyar setelah ucapan si asisten rumah tangga yang berlari ke arahnya dengan wajah yang terlihat khawatir.

Elena pun langsung bergegas menuju ke kamar Hannah dengan penuh kekhawatiran. Tadi, dokter sudah datang untuk memeriksa Hannah dan memberinya obat, tapi sampai sekarang keadaannya tidak kunjung membaik, bahkan Hannah malah muntah lagi.

“Uh, Ayah,” rengek Hannah. Wajahnya basah oleh keringat dan air mata. “Ayah ….”

“Iya, sama Kak Elena dulu ya. Nanti Ayah pulang.”

Itulah yang sejak tadi Elena ucapkan kepada Hannah, dengan harapan ketika akhirnya Dallen pulang, pria itu dapat memberikan sedikit “obat” bagi putrinya. Namun, hasil yang Elena dapatkan sungguh jauh dari harapan.

Elena membersihkan tubuh Hannah dari bekas muntahannya dengan begitu telaten, lalu mengangkat anak perempuan manis itu untuk ia gendong dan tenangkan karena Hannah masih menangis ingin bersama ayahnya sembari menunggu neneknya pulang.

“Anak itu adalah anak pembawa sial!”

Elena kembali mengingat ucapan Dallen. Sepenuh hati ia harap, Hannah tidak akan pernah mendengar kalimat seperti itu.

Gadis itu bergumam sembari menimang anak berusia 4 tahun itu dalam pelukan, "Apa yang sebelumnya terjadi pada keluarga ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   22. Ucapan Adalah Doa

    "Sudah tahu kau memiliki alergi terhadap kacang, lalu kenapa kau masih makan kacang? Bagaimana jika kau mati saat bersamaku? Aku yang akan terkena masalah!" Elena yang saat ini masih terbaring di ranjang rumah sakit ingin mengatakan banyak hal untuk mrmbalas ucapan Dallen yang bisa-bisanya membahas tentang kematiannya saat ia masih hidup, tapi Elena merasa tenaganya belum benar-benar pulih untuk bisa berdebat dengan Dallen. "Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau makanan tadi mengandung kacang. Selain itu, terima kasih sudah membawa saya ke rumah sakit." Pada akhirnya, hanya kalimat itu saja yang bisa Elena berikan pada Dallen. Elena tidak mengerti kenapa ia bisa seceroboh ini. Elena tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasibnya jika tidak ada Dallen atau yang menolongnya. Namun, kini, Elena menjadi mengetahui kalau Dallen tidak sedingin yang terlihat. Dallen masih punya sisi kemanusiaan dalam dirinya. "Bagaimana dengan Hannah? Apa Anda sudah mendapatkan kabar terbaru?

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   21. Haruskah Kami Menyerahkan Nyawa?

    "Apa yang dia lakukan? Dia minum saat anaknya hilang? Memangnya ini sebuah perayaan?" gumam Elena saat ia kembali setelah makan dan melihat Dallen yang sedang duduk dengan ditemani oleh beberapa botol soju. Dallen tampak tenang saat ini, padahal Elena berharap kalau Dallen akan panik karena anaknya hilang. Melihat Dallen yang tenang seperti ini membuat Elena membayangkan kalau ayahnya pasti tidak akan pernah menangisi kematiannya nanti. Elena tidak ingin orang lain sedih karena dirinya, tapi ia ingin melihat ayahnya sedih jika suatu saat kehilangannya dan menyesal karena telah mengabaikannya. "Apa aku bisa menyadarkan Dallen dari kesalahannya? Aku bahkan tidak bisa melakukan apa-apa pada hidupku sendiri." Elena menjadi hilang kepercayaan diri sekarang. Sebelumnya, Elena berpikir tidak apa-apa jika hidupnya tidak bisa berubah, tapi hidup Hannah harus berubah. Namun, bagaimana jika tidak ada yang berubah sama sekali? Bukankah manusia berubah dengan keinginannya sendiri? "B

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   20. Semoga Anak Itu Lenyap

    "Apa maksud Anda hilang? Tolong jangan bercanda, Pak Dallen." Elena berharap kalau Dallen hanya sedang bermain-main saja. Dallen hanya diminta untuk menjaga seorang anak kecil dan anak itu adalah putrinya sendiri. Bagaimana bisa Dallen kehilangan Hannah? "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk menelepon seseorang dan dia sudah tidak ada saat aku kembali," ucap Dallen. Elena menatap tumpukan pasir dan beberapa mainan milik Hannah yang tadi ia gunakan, lalu melempar jus di tangannya dan setelahnya langsung mencari keberadaan Hannah di sekitar pantai. Jika Hannah tidak ditemukan, maka Elena meyakini kalau itu adalah kesalahannya karena berani meninggalkan Hannah dalam tanggungjawab Dallen. Sementara Dallen masih terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang terlihat begitu panik. Dallen tidak menduga kalau keadaan akan menjadi seperti ini. Ia meninggalkan Hannah tidak sampai 15 menit, lalu bagaimana bisa anak kecil lenyap begitu s

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   19. Hannah Hilang!

    "Kenapa penderitaan ini tidak berhenti padaku? Kenapa Hannah juga harus merasakannya?" Elena bicara dengan begitu pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Elena juga sampai menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang menetes setelah mendengar ucapan Hannah. Dallen terus menatap Hannah selama beberapa saat. Dallen tidak tahu apakah selama ini sikapnya selama ini tidak cukup untuk menggambarkan kebenciannya atau Hannah yang memang belum memahami sesuatu? "Ya, tentu saja ayah sayang padamu." Dallen bahkan tidak yakin dengan apa yang ia katakan saat ini. "Aku juga sayang Ayah!" Hannah tersenyum dengan begitu lebar seakan tidak pernah ada hal buruk yang terjadi padanya. Dallen hanya menatap Hannah kali ini. Pikiran Dallen melayang jauh membayangkan bagaimana jika Rosa masih ada bersamanya. Jika Rosa masih ada, maka Dallen yakin keluarganya akan menjadi keluarga yang bahagia, bukan keluarga yang hancur seperti ini. "Pak Dallen, Anda baik-baik saja?"

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   18. Pujian Untuk Pertama Kalinya

    "Sebelumnya, Hannah sempat berkelahi dengan salah satu temannya. Saya mencaritahu penyebabnya dan itu terjadi setelah Hannah diejek karena hanya orang tuanya yang tidak hadir saat kami mengundang orang tua murid untuk menyaksikan anak-anak menyanyi pada hari anak." "Saya mengerti keadaan keluarga Anda, tapi tolong luangkan waktu untuk Hannah demi kebaikannya. Dari semua anak-anak, Hannah menjadi yang paling pendiam. Saya sudah menelepon Bu Liana terkait hal ini, tapi saya diminta untuk bicara dengan Anda." Ucapan wali kelas Hannah rasanya masih bergema di telinga Dallen bahkan setelah ia meninggalkan ruangan guru dan kini sedang menatap Hannah dari balik jendela kelasnya. Di rumah, Hannah tampak cerita, tapi sekarang, Dallen melihat Hannah duduk sendirian dengan mainannya di saat anak-anak lain sibuk bermain bersama. "Apa yang terjadi? Apa Hannah baik-baik saja selama di sekolah?" tanya Dave, tapi ia tidak mendapat jawaban dari Dallen. "Hannah kesepian," gumam Elena yang m

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   17. Ada Apa Dengan Hannah?

    Setelah mencari keberadaan Hannah, Dave akhirnya menemukan Hannah yang sedang berada di ruangan khusus untuknya bermain. Di sana, Dave bisa mendengar Hannah bicara pada boneka beruang miliknya yang diberi nama Nini. Hannah bercerita kalau semalam ia tidur dengan ayahnya dan memeluknya dengan erat. Dave bisa melihat kebahagiaan di wajah Hannah saat bercerita dan air matanya jatuh begitu saja saat mendengar cerita Hannah. Anak seusia Hannah biasanya akan sangat senang ketika diberikan mainan baru, tapi Hannah bisa begitu senang hanya karena mendapatkan pelukan dari ayahnya. "Hannah," panggil Dave dengan begitu lembut. "Paman!" Hannah tampak begitu bersemangat dan langsung berlari ke arah Dave untuk memeluknya dengan begitu erat. "Kenapa Paman ada di sini?" tanya Hannah yang sekarang sudah tidak lagi memeluk pamannya. "Paman merindukanmu. Hari ini, paman yang akan mengantarmu ke sekolah," jawab Dave. "Aku tidak mau pergi dengan Paman. Aku ingin pergi dengan Ayah." Hanna

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   16. Tidur Bersama

    "Terima kasih karena Anda sudah mau menidurkan Hannah." Elena cukup yakin bahwa rasanya ia tidak perlu berterima kasih pada sosok ayah karena telah mau bersama putrinya, sebab memang sudah sepantasnya seorang ayah melakukan hal itu. Namun, Dallen adalah pengecualian. "Jika aku tidak mau, maka kau pasti akan mengadu pada Ibuku, 'kan?" balas Dallen yang saat ini berusaha menidurkan Hannah di ranjangnya. "Saya juga perlu melakukan tugas saya." Dallen melirik Elena dengan tajam. Dallen perhatikan, Elena sudah semakin berani sekarang, padahal Elena belum lama di sini. Sudahlah, Dallen ingin segera menidurkan Hannah, lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. "Ayah harus tetap di sini." Namun, Hannah malah kembali terbangun setelah dibaringkan di ranjang dan ia memeluk leher Dallen dengan begitu erat. "Kakak juga," ucapnya lagi sembari menatap Elena dengan tatapan yang begitu memohon. Dallen kesal dan ingin berkata bahwa semua ini membuatnya muak, tapi ia harus menahan d

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   15. Suara Petir

    "Kau yang memikirkan apa? Apa kau pikir aku menginginkan tubuhmu? Kau memang gadis mesum!" Dallen berteriak pada Elena yang bisa-bisanya bersikap seolah ia sedang berhadapan dengan seorang pria mesum. "Lalu, kenapa Anda menatap tubuh saya?" tanya Elena yang sampai saat ini masih memeluk dirinya sendiri. Dallen menghela napas, kemudian mendekat pada Elena dan menyingkirkan tangan Elena yang menutupi bajunya. "Kau memakai pakaian palsu," ucap Dallen setelahnya dan membuat mata Elena seketika membulat. "Apa?" Elena terkejut karena sempat mengira kalau Dallen menginginkan tubuhnya, tapi ternyaya Dallen fokus pada pakaiannya. Elena sedikit menunduk untuk menatap gaun selutut dengan motif floral yang sedang ia gunakan, kemudian kembali menatap Dallen. "Tidak mungkin ini palsu. Saya membelinya dari mantan sahabat saya. Walau dia merebut pacar saya, tapi dia tidak mungkin menipu saya." Elena membeli gaun ini dengan menggunakan uang yang telah ia tabung dengan sepenuh hatinya dan ak

  • Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin   14. Sikap Aneh

    Elena merasa kalau hidupnya akan hancur hari ini di tangan Ravi. Tidak akan ada orang yang akan menolongnya, sebab orang-orang yang ia harapkan untuk peduli tidak sedikit pun peduli padanya. Elena berusaha keras mempertahankan kehormatannya dari pria berengsek seperti Ravi. Namun, ketika pertahanannya terlalu kuat, maka Ravi tanpa ragu langsung memberikan tamparan padanya, lalu menarik rambutnya ke belakang dengan begitu kuat. "Kau ternyata sangat menyebalkan, tapi tidak apa-apa, aku akan memaafkanmu kali ini karena pemberontakanmu membuatku semakin ingin bercinta denganmu," ucap Ravi yang terus berusaha melepaskan pakaian Elena. Sampai akhirnya, lengan kanan baju Elena sobek dan Ravi terus menarikmya sampai robekan itu membesar dan memperlihatkan pakaian dalam Elena. Elena menangis sejadi-jadinya dan terus berteriak meminta tolong. Elena berharap ada seseorang yang akan menolongnya walau itu terdengar mustahil sekali pun. Ketika baju Elena ingin dirobek kembali, pintu motel ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status