Share

Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin
Pengasuh Cantik Dan CEO Dingin
Penulis: Ary

1. (Bukan) Pembawa Sial

"Bahkan jika kau berlutut padaku, aku tetap tidak akan mau menemui anak itu, apalagi sampai menenangkannya.”

Elena tampak tertegun ketika mendengar ucapan dari pria yang tengah membelakanginya tersebut, sibuk mencari paspor di laci meja kerjanya. Padahal pria itu, Dallen, baru saja menginjakkan kaki di rumah ini lima menit yang lalu, sepulangnya ia dari pertemuan bisnis di luar kota—atau begitulah yang Elena dengar dari asisten rumah tangga di rumah ini.

Oleh karena itu, ia datang menemui Dallen untuk meminta pria itu menenangkan putrinya, anak yang kini menjadi tanggung jawab Elena sebagai pengasuhnya. Saat ini anak berusia 4 tahun tersebut sedang demam dan terus memanggil ayahnya.

“Lagi pula, kau dibayar untuk mengurusnya. Jadi lakukan pekerjaanmu."

Namun, Elena tidak menyangka justru jawaban ini yang ia dapatkan.

Elena memang baru tiga hari menjadi pengasuh Hannah dan baru kali ini ia bertemu dengan Dallen. Kabarnya, Dallen memang jarang di rumah, khas pria dewasa yang sibuk menurusi perusahaan.

Akan tetapi, Elena baru tahu bahwa pria itu bersikap sekejam ini pada putrinya.

"Ya, saya memang memiliki tugas untuk mengurus putri Anda. Oleh karena itu, saya melakukan hal yang perlu dilakukan saat ini karena putri Anda sedang demam,” balas Elena, berusaha sopan meskipun ia masih tidak habis pikir dengan sikap Dallen.

Ia tidak akan menyerah, sebab Elena tidak tega melihat Hannah yang terus menangis. Keinginan balita berusia 4 tahun itu sangatlah sederhana, tapi Dallen bersikap seolah dia diminta untuk membawakan bintang ke pangkuan Hannah.

“Sebagai orang tua, Anda berkewajiban untuk merawat putri Anda. Saat ini, Hannah sedang demam dan dia terus menangis ingin bersama ayahnya, jadi tolong luangkan waktu untuk bersamanya."

Mendengar ucapan si pengasuh yang baru saja dipekerjakan oleh ibunya, Dallen terlihat mulai marah. Sejauh ini, belum ada pengasuh yang keras kepala seperti Elena. Bahkan ibunya tidak pernah bisa membujuknya untuk bersikap selayaknya seorang ayah pada Hannah.

Berani-beraninya wanita asing ini mengguruinya. Memangnya dia tahu apa

"Berhenti bicara selagi aku masih cukup baik padamu."

Tatapan mata Dallen terarah tajam pada manik mata Elena, tampak mendominasi sebelum akhirnya ia berbalik dan melangkah pergi.

Namun, Elena langsung menghalangi Langkah pria itu.

"Sekali saja, Pak Dallen,” ucap wanita itu lirih. “Saya mohon."

"Apa kau tuli?” hardik Dallen. Tampaknya kesabaran pria itu sudah habis. “Atau tidak mengerti bahasa manusia? Urus saja dia sendiri atau akan menendangmu keluar dari rumah ini."

Akhirnya, Dallen memberikan ancamannya, lalu mendorong Elena menjauh dari jalannya.

"Yang memperkerjakanku adalah Bu Liana, bukan kau. Kau tidak akan bisa mengusirku," gumam Elena, lalu kembali mengejar Dallen. "Pak Dallen, tolong—"

Kalimat Elena langsung terhenti karena Dallen yang tiba-tiba mendorong gadis itu hingga tubuhnya membentur dinding. Erangan kesakitan lolos dari bibir tipis milik Elena.

“Dengar ini baik-baik,” ucap Dallen dengan suara rendah. Pria itu meremas bahu Elena dengan kuat sampai membuat wanita itu meringis kesakitan, sementara mata Dallen berkilat tajam, penuh kebencian

“Pak—"

"Jika anak itu bisa mengembalikan istriku, maka akan melakukan apa pun untuknya.” Mengabaikan rintihan Elena, Dallen kembali berkata. Sekilas, Elena melihat sorot kesedihan pada sepasang mat aitu, meski hanya sebentar. “Tapi dia tidak bisa melakukannya, kan? Anak itu adalah pembawa sial dan aku tidak akan pernah mau dekat dengan seorang pembawa sial.”

Baru setelah mengucapkan itu, Dallen melepaskan Elena yang terdiam.

“Sekali lagi kau bicara padauk tentang dia, kau akan tahu akibatnya."

Usai memberikan ancamannya, Dallen pergi meninggalkan Elena.

Elena masih merasakan sakit atas perbuatan Dallen padanya, tapi bukan itu yang menghentikan langkahnya. Ia berhenti karena begitu terkejut mendengar Dallen menyebut Hannah sebagai pembawa sial. Di usia yang sudah 24 tahun, ini adalah kedua kalinya Elena mendengar seorang ayah menyebut anaknya sebagai seorang pembawa sial dan itu sama menyakitkannya.

Elena sungguh tidak mengerti kenapa ada ayah yang bisa mengatakan kalimat menyakitkan itu untuk anaknya sendiri.

"Elena, Hannah muntah lagi."

Lamunan Elena buyar setelah ucapan si asisten rumah tangga yang berlari ke arahnya dengan wajah yang terlihat khawatir.

Elena pun langsung bergegas menuju ke kamar Hannah dengan penuh kekhawatiran. Tadi, dokter sudah datang untuk memeriksa Hannah dan memberinya obat, tapi sampai sekarang keadaannya tidak kunjung membaik, bahkan Hannah malah muntah lagi.

“Uh, Ayah,” rengek Hannah. Wajahnya basah oleh keringat dan air mata. “Ayah ….”

“Iya, sama Kak Elena dulu ya. Nanti Ayah pulang.”

Itulah yang sejak tadi Elena ucapkan kepada Hannah, dengan harapan ketika akhirnya Dallen pulang, pria itu dapat memberikan sedikit “obat” bagi putrinya. Namun, hasil yang Elena dapatkan sungguh jauh dari harapan.

Elena membersihkan tubuh Hannah dari bekas muntahannya dengan begitu telaten, lalu mengangkat anak perempuan manis itu untuk ia gendong dan tenangkan karena Hannah masih menangis ingin bersama ayahnya sembari menunggu neneknya pulang.

“Anak itu adalah anak pembawa sial!”

Elena kembali mengingat ucapan Dallen. Sepenuh hati ia harap, Hannah tidak akan pernah mendengar kalimat seperti itu.

Gadis itu bergumam sembari menimang anak berusia 4 tahun itu dalam pelukan, "Apa yang sebelumnya terjadi pada keluarga ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status