Aera mengerutkan keningnya mendengar penuturan A Young, jika ia di usir dari mansion."Apa maksudmu Nona, Tuan Myung mengusir saya?" tanya Aera lirih."Apa telingamu tuli? sehingga aku mengulang perkataan ku?"A Young berdiri dengan angkuh, bahkan saat ini tangan A Young berada di pingganya."T– tapi nona,""Tidak ada tapi! Sekarang cepat pergi dari sini. Kamu tidak perlu lagi masuk ke dalam kamar koper berisi pakaianmu ada di sini. Pergilah sekarang juga sebelum keamanan menyeret mu, pengaruh sialan."Aera menarik kopernya, melangkah dengan gontai meninggalkan mansion Myung."Inikah yang aku rasakan sedari tadi? Berpisah dengan Seung? Aku sangat menyayanginya, kenapa hati ini tidak ingin berpisah dengannya," ucap Aera dalam hati.Sampai di depan gerbang, Aera menatap Mansion mewah dengan pandangan sendu kenangan bersama Seung bagaikan layangan yang berterbangan di pelupuk matanya, Aera benar-benar telah keluar dan meninggalkan Seung selamanya."Nona Aera, kenapa membawa koper?" Sam
"A Young!!!!"A Young terkejut suara Myung yang menggelegar membuatnya dengan cepat menarik tangannya."Myung sayang, apa yang aku lakukan sudah sepatutnya aku lakukan. Aku calon istrimu, itu berarti calon ibu untuk Seung bukan? Aku hanya mengajarkan pada Seung bagaimana bersikap pada orang yang lebih dewasa, apa aku salah Myung?" A Young, menutupi kegugupannya, tiba-tiba Myung sudah ada di belakangnya tengah berkacak pinggang, tatapan tajam mengarah padanya."Sial! Kenapa Myung pulang lebih awal. Bukankan dia akan ke luar kota hingga malam nanti? Siapa yang sudah menghubunginya untuk segera pulang," ucap A Young dalam hati."Seung, ada apa? Kenapa kamu begitu marah, dimana ibumu? Kenapa Ayah tidak melihatnya?" tanya Myung yang tidak menemukan Aera di mana Seung dan A Young berdebat."Tanyakan pada tunangan Ayah." Sahut Seung tatapannya tidak beralih dari A Young."Apa maksudnya ini? Ada yang bisa menjelaskan pada saya?!" Semua pelayan menundukkan wajahnya, saat Myung menanyakan A
"Apa yang Anda lakukan, di depan Apartemen saya?" tanya Naomi. Pria yang menggendong anak kecil berbalik membuat mata dua gadis itu hampir keluar."Tuan Myung?" mereka mengucapkan kata bersamaan."Ibu!""Aera!!" Seung mendengar suara wanita yang di rindukan segera turun dari gendongan Myung dan berlari kearah Aera."Ibu jangan tinggalkan Seung lagi," Aera memeluk tubuh Seung dengan erat, tanpa sadar air matanya mengalir.Aera yang tidak memikirkan jika Seung dan Myung akan menemukannya, rindunya pada Seung kini terobati. Walau hanya dalam hitungan jam tidak bertemu dengan Seung namun rindunya tidak bisa ia bendung lagi.Aera yang masih terkejut dengan kedatangan tuan Myung dan Tuan muda Seung, menyadari jika Myung mampu melakukan apapun. Membuat Aera tersenyum penuh kerinduan, kerinduan yang. Begitu tulus pada Seung.Myung memiliki segalanya dan Aera tahu itu, hanya saja mencarinya hal yang paling mudah untuknya. Aera tidak tidak peduli bagaimana Myung mendapatkan alamat apartemen
lagi-lagi suara Seung membuat mereka tersadar dan Myung bergegas berdiri dari atas tubuh Aera.Aera berjalan keluar dari kamar dengan langkah lebar, dan Myung yang bergegas kearah kamar mandi.Setelah kepergian mereka Seung tersenyum puas, ia bahagia karena ayahnya dekat dengan Aera. Ibu pengasuhnya.Di luar Aera yang tengah menyiapkan roti bakar dan berapa menu sarapan pagi, di kejutkan kehadiran sahabatnya."Aera apakah kau tidur dengan tuan Myung?"Naomi yang terbangun sejak pagi tidak menemukan tuan Presdir yang semalam berbaring di atas sofa. "Naomi, tolong jangan berfikir yang tidak-tidak. Sungguh aku tidak tahu kalau tuan Myung tiba-tiba sudah ada di belakangku," Aera yang merasa malu berusaha menjelaskan pada Naomi. Aera tidak ingin sahabatnya berfikir yang buruk padanya terlebih saat ini hanya menumpang di apartemennya."Apakah aku terlihat berfikir yang tidak-tidak padamu? Jika iya, aku tidak keberatan, bahkan aku akan mendukung dirimu bersama dengan Presdir,"Mendengar pen
"Aku senang akhirnya nona Aera kembali kesini, lihatlah Seung sangat bahagia." Ucap salah satu pelayan yang melihat Aera kembali, dan di sambut bahagia oleh mereka."Apa kamu tidak melihatnya saat mereka masuk? Mereka saling bergandengan tangan. Mereka benar-benar seperti keluarga kecil yang bahagia." Jawab salah satu temannya, mereka tidak hentinya memuji kecantikan Aera dan sifatnya yang keibuan membuat Seung dan Myung terlihat bahagia saat bersama dengan Aera."Sungguh mereka sangat serasi, aku berharap mereka berjodoh. Agar tuan muda Seung memiliki ibu seperti nona Aera." Jawab yang lainnya."Apa kalian tidak tahu, kalau tuan Myung telah sembuh dari penyakit aneh itu, saat tanpa sengaja Tuan Myung tidur di kamar Seung yang artinya ada Aera di dalamnya apakah mereka melakukannya? Dan disana tuan Myung memeluk nona Aera, akrg aku tidak bisa membayangkan bahagianya bisa tidurberdua dengan tuan Myung,"Mereka saling bergosip tanpa mereka sadari jika seseorang tengah melihat dan mend
"Bibi Chin Sun, apa yang bibi lakukan di sini?""T– tuan," ucap Bibi Chin Sun terbata."Bibi Chin,""Maaf tuan, saya hanya ingin memanggil anda. Nona A Young ingin bertemu dengan anda, beliau menunggu anda di bawah," Chin Sun menghindari tatapan Myung yang tajam."Kakek, kali ini apa lagi yang kau rencanakan untukku. Bahkan di rumah ku sendiri,"Myung yang kesal dengan kehadiran Chin Sun yang tiba-tiba di depan ruang kerjanya. Berapa kali Myung meminta pada Chin Sun untuk tidak menjadi mata-mata kakeknya, tetapi apa yang di katakan Myung di abaikan oleh Bi Chin.Myung menatap A Yong yang tengah bersantai di ruang keluarga. Dengan enggan Myung menghampiri wanita yang tidak lain adalah sahabatnya."Myung, aku tahu jika kamu akan menemuiku," A Young berlari ke arah Myung dengan manja. Tanpa memperdulikan Bi Chin, A Young memeluk Myung."A Young, bisa kamu lepaskan?""Aku merindukan dirimu Myung," sahut A Young manja."Ada yang kau inginkan A Yong?" Myung mengabaikan sikap manja A yon
Aera tahu benar jika teh yang di berikan pelayan senior padanya adalah teh yang biasa di buat olehnya untuk sang ibu, Nyonya Seo Jung Jun."Bagaimana Nyonya mengetahuinya jika itu adalah teh Hyeonmi Cha?" Pelayan senior menatap wajah Aera."Bibi, ini adalah teh yang biasa aku buatkan untuk ibuku, setelah ibu meninggal aku tidak lagi membuatnya.""Bolehkah saya mengetahui nama belakang nyonya?"Aera tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Tentu Bibi, aku,""Myung! Seung!"Aera saling pandang dengan Seung, sesat mendengar suara A Young memenuhi ruangan."Kalian disini? Dimana Myung?" A Young duduk dengan angkuh."Bibi, apakah kau pelayan senior disini? Buatkan teh yang sama seperti yang kau berikan pada pengasuh putra kami!" Pelayan senior menundukkan punggung di depan A Young. Suara A Young yang begitu keras dan membuatnya berapa kali mengusap dadanya."Akan saya buatkan untuk anda nona,"Pelayan senior berbalik kembali ke dapur untuk membuat teh yang di inginkan oleh A Young. Namun
"Myung, ayah ingin bertemu denganmu?" ucap A Young manja.Myung menghela napasnya, mendengar penuturan A Young seketika mood-nya berubah. Seolah waktu akan terhenti begitu saja. Hidupnya dalam ikatan yang ia sendiri tidak menginginkannya, namun ia tidak bisa menolaknya teringat kejadian di masa lalu yang menjeratnya bagaikan seorang tahanan."Myung, kenapa kamu diam? Aku bicara denganmu, kamu tahu ini adalah permintaan Ayah. Itu artinya perintah yang tidak bisa kamu tolak," A Young begitu kesal dengan sikap Myung, yang semakin menghindar darinya. A Young tahu jika Myung tidak pernah mencintainya."Kamu, tahu jika aku sedang sibuk. Tidak ada waktu untuk bertemu dengan tuan Duck Young, katakan jika ada waktu aku akan berkunjung, tapi tidak untuk saat ini." Sahut Myung tegas."Tapi Myung, ayah ingin menanyakan pertunangan kita. Kenapa sampai saat ini kamu tidak kunjung datang meminta pada ayah untuk menikahi ku! Kamu tidak bisa lagi mengelak dari perkataan ayah, apapun itu alasannya kamu