Ethan mengambil jeruk dari dalam plastik kresek itu. Mengupasnya dan memberikannya ke Selina. Membuat wanita itu mengerutkan keningnya heran."Katanya tadi gak mau ngupasin. Bilang saja Bapak lagi mengalihkan perhatian dari pembicaraan kita tadi, kan," ujar Selina sembari menaik turunkan alisnya."Tidak mau ya sudah." Ethan kembali menaruh jeruk itu ke meja."Suapin," pinta Selina dengan manjanya."Ngelunjak," ketus Ethan.Tapi anehnya, walaupun dengan ketus begitu, Ethan tetap mengulurkan tangannya dan menyuapi Selina buah jeruk itu. "Pak Ethan itu kalau mau perhatian sama saya ya bilang saja. Mau senyum juga tidak masalah. Gak capek apa nunjukin wajah datar begitu terus? Senyum itu perlu, biar awet muda. Kalau ditekuk terus, yang ada cepat keriput dan tua," ejek Selina, membuat Ethan langsung melotot."Apa tidak bisa sekali saja kamu tidak cerewet?" tanya Ethan dengan wajah seriusnya."Gak bisa, Pak, udah bawaan dari lahir begini," jawab Selina dengan bangganya.Ethan hanya bisa ge
Ethan masih menatap tak percaya wanita yang kini berdiri di depannya. Banyak pertanyaan bersarang di otaknya. Tentang kenapa wanita itu ada di sini dan untuk apa datang kemari?"Kenapa kamu menatap Mama dengan ekspresi seperti itu?" tanya wanita paruh baya itu, sembari mengandeng tangan Lukas dan Lily."Justru aku yang seharunya bertanya. Ada urusan apa Mama datang kemari?" Ethan mengajukan pertanyaan balik."Lukas dan Lily merengek untuk di antar datang kemari. Mereka ingin bertemu dengan pengasuhnya. Memangnya, Mama tidak boleh datang kemari? Mama juga ingin berkenalan dengan pengasuh baru cucu-cucu Mama." Wanita paruh baya itu menjelaskan.Ethan berdecak, dia merasa semuanya menjadi semakin rumit. Terlebih dengan sikap Lily dan Lukas. Dia tidak percaya jika kedua anaknya itu merengek untuk bertemu Selina. "Daddy, Kak Selina baik-baik saja, kan?" tanya Lukas, mendongak menatapnya."Hm, masuklah, Lukas," perintah Ethan dengan wajah datarnya."Ayo, Nenek, kita masuk ke dalam." Lukas
Perdebatan antara kedua anak kembar itu terus terjadi. Saling memperebutkan buah jeruk. Membuat kepala Selina semakin berdenyut nyeri."Lukas, Lily, jangan berebut." Ethan mengeluarkan suaranya, meminta kedua anaknya untuk diam."Buat aku pokoknya!""Ini buah jeruk punyaku!"Namun sayangnya, kedua anak kecil itu terus saja berebut. Mengabaikan ucapan Ethan untuk diam. Membuat pria itu juga pusing saat melihatnya.Sedangkan Selina, dia cukup menyesal karena memberikan mereka buah jeruk. Tahu begini, mungkin tadi dia tidak menawarinya."Hei-hei! Tidak bisakah kalian tak berebut?" tanya Selina dengan suara agak keras.Sama saja, Lukas dan Lily mengabaikan ucapan Selina. Mereka sekarang saling berteriak satu sama lain. Buah apel bahkan sudah berhamburan di lantai."Astaga! Lukas! Lily! Jika kalian terus ribut, kepala Kakak semakin sakit!!" sentak Selina dengan wajah frustasi.Melihat Selina, membuat Ethan merasa tidak tega. Selina belum sembuh betul, tapi harus melihat perbedaan ini."Tid
Ethan memghela nafas beratnya, ketika dia kembali berjalan di koridor rumah sakit pada malam hari ini. Tadi, Selina memang memanggil namanya dan meminta dia untuk datang kemari pada malam harinya. "Huf, entah kenapa aku menuruti wanita itu untuk kemari lagi." Ethan tidak paham dengan dirinya sendiri, mau-mau saja saat Selina menyuruhnya.Setelah sampai di depan pintu kamar, Ethan segera masuk ke dalam. Terlihat Selina sedang memainkan ponselnya dan tidak menyadari keberadaannya."Hais!" Dengan cepat, Ethan merebut ponsel yang Selina pegang."Pak Ethan," rengek Selina, merasa tidak terima."Kamu itu masih sakit, seharunya beristirahat. Bukan malah main sosmed seperti ini." Ethan memberikan peringatan."Ya biasa anak muda. Potret lalu unggah jadi status dengan caption 'semoga aku cepat sembuh deh, udah gak betah di rumah sakit' langsung cowok-cowok pada berebut ngasih perhatian dong ya," jelas Selina sembari memamerkan deretan gigi ratanya.Ethan melotot saat mendengarnya. Dia lantas m
Ethan dan Selina sama-sama syok dengan kejadian barusan. Ethan bahkan langsung menjauhkan wajahnya dari Selina. Niat hati dia hanya ingin mengakut-nakuti Selina semata.'Kenapa aku tadi malah menciuminya? Astaga aku rasa pikiranmu sudah tidak waras, Ethan,' batin Ethan menyalahkan dirinya sendiri."Hm." Ethan berdehem pelan, seolah sedang mencairkan suasana yang menegang di antara mereka berdua.Ethan pun kembali mendudukan dirinya di sofa yang tersedia. Berpura-pura fokus kembali ke layar laptopnya. Suasana di antara mereka berdua tampak canggung.'Astaga, barusan Pak Ethan mencium keningku? Hei, ada apa dengan jantungku? Kenapa berdebar-debar hebat begini?' batin Selina sembari memegangi dadanya sendiri.Selina meneguk salivanya susah payah. Saat dia memejamkan mata, bayang-bayang Ethan yang sedang mengecup keningnya tampak sangat jelas di pikirannya."A–apa yang barusan Pak Ethan lakukan?" tanya Selina sembari menatap lekat ke arah pria itu.Ethan tampak menghentikan ketikannya di
Selina melotot, tubuhnya dan Ethan menempel. Dia berada di dalam pelukan pria itu. Sungguh, hal yang tidak pernah dia duga sebelumnya."Menyingkirlah, Selina!" pinta Ethan tegas.Dengan cepat, Selina langsung bangkit dari tubuh Ethan. Dia tidak menyangka jika akan tersandung kakinya sendiri."Apa-apaan kamu! Apa yang tadi hendak kamu lakukan? Jangan bilang kamu mau macam-macam sama saya?" tanya Ethan dengan tatapan menyelidik.Selina semakin melotot di buatnya. Tuduhan Ethan kepadanya sangat tidak berdasar."Mana mungkin saya macam-macam sama Bapak. Saya masih sadar diri dan saya bukan wanita murahan yang menyerang lawannya saat tidur," kesal Selina.Untungnya saja Ethan tidak sadar jika tadi mengigau dan dia video. Selina benar-benar merasa sangat bahagia."Lantas, kenapa aku sekarang senyum-senyum sendiri? Dan kenapa tadi kamu bisa berada di atas tubuhku?" Ethan masih saja mencurigai Selina.Karena memang ada kemungkinan, mengingat Selina sering menggodanya dan terlihat sangat terob
Sore ini, Selina sudah boleh pulang ke rumah. Dan tadi siang pun, Ethan tetap datang ke ke rumah sakit untuk menemaninya di periksa. Sesuai dengan permintaan Selina. "Pak Ethan gak mau gandeng saya?" tanya Selina saat mereka berjalan bersama.Ethan lantas menghentikan langkahnya, menatap sejenak Selina yang berjalan di sebelahnya."Memangnya kita hendak menyebrang sungai? Harus gandengan tangan segala," sindir Ethan keras.Selina melotot, Ethan masih saja membuatnya kesal. Selina sudah berpikir matang-matang, sepertinya dia akan mengubah rencananya untuk mencapai misinya. Karena jika seperti ini terus-menerus, bisa dipastikan tidak akan ada hasilnya."Kalau saya pingsan di jalan seperti waktu itu, Pak Ethan mau tanggung jawab memangnya?" tanya Selina sembari berjalan, karena sekarang mereka sedang menuju parkiran.Ethan kembali menghentikan langkahnya, namun dia tidak mengandeng tangan Selina. Melainkan malah langsung membopong tubuh Selina ala bridal style."Pak Ethan! Kok malah gen
Pagi hari ini, dia sudah rapi karena hendak berangkat ke kampus. Begitu juga dengan Lukas dan Lily yang sudah sangat rapi dengan seragam sekolahnya."Kenapa Pak Ethan melihat saya seperti itu?" tanya Selina saat mereka berempat sedang sarapan bersama."Siapa yang melihatmu? Terlalu percaya diri," ketus Ethan.Sebenarnya Ethan tidak setuju jika hari ini Selina harus berangkat kuliah. Seharusnya tidak dulu tak masalah, agar wanita itu benar-benar sehat. Tapi Ethan terlalu gengsi untuk mengatakannya. "Ini bekalnya di masukan ke tas masing-masing," perintah Selina kepada kedua anak itu.Tadi memang Selina sudah menyiapkan bekal itu lebih dulu. "Siap Mommy!""Uhuk-uhuk!!" Ethan yang sedang minum langsung tersedak meminumnya sendiri.Barusan dia tidak salah mendengar bukan? Kedua anaknya memanggil Selina dengan sebutan Mommy? "Lukas, Lily! Apa-apaan kalian? Kak Selina bukan Mommy kalian," ujar Ethan dengan kesalnya."Tapi kemarin, katanya Kak Selina akan menjadi Mommy kita, Dad," jawab L