Saat Hafsa pulang dia mendengar suara keributan ayah, ibu dan adik tirinya di balik pintu dia tidak jadi masuk hanya berdiri diluar mendengarkan keributan mereka. Semua barang hancur berserakan karena dibanting dan dilempar oleh Anton.
Hafsa tidak berani masuk dia hanya mendengarkan diluar keributan yang terjadi antara mereka."Kau, memang istri yang tidak berguna bisanya hanya menghabiskan uangku saja sekarang aku menyesal telah menikahimu, begitu juga dengan anakmu yang sama-sama menyusahkan." Bentak Anton pada istri dan anak tirinya."Aku juga sama sangat menyesal telah menikah denganmu dan kau laki-laki yang tidak berguna yang bisanya hanya mabuk dan main judi." Bentak Rahma pula tak mau kalah. Sedangkan Sesil ketakutan dipojok tempat duduk.PLAKKKAnton menampar pipi Rahma dengan kencang sampai Rahma tersungkur ke lantai. Hafsa tak tahan dia langsung menerobos masuk untuk menghentikan ayahnya."Ayah hentikan, sudah cukup!" Hafsa merentangkan tangannya agar ayahnya berhenti."Ini lagi, anak tidak berguna percuma aku menyekolahkanmu lebih baik kau pergi dari sini!" Anton dengan teganya berteriak kepada anak kandungnya sendiri."Awas minggir, semua orang yang ada dirumah ini tidak ada yang berguna." Anton mendorong Hafsa kemudian melangkahkan kaki keluar rumah.Hafsa sangat sedih melihat ayahnya yang berubah drastis seperti itu. bahkan seperti tidak mengenal putrinya itu."Kau, untuk apa pulang. Apa kau sudah mendapat pekerjaan?" tanya Rahma masih memegangi pipinya yang memerah."Aku, alhamdulilah sudah mendapat pekerjaan bu," jawab Hafsa tersenyum."Apa pekerjaanmu?" tanyanya lagi dengan dingin."Pekerjaanku sebagai pengasuh Bu." jawab Hafsa senang."Apa...? pengasuh. Yang benar saja apa tidak ada pekerjaan lain memalukan sekali." Rahma dan Sesil kini tersenyum sinis mengejek Hafsa yang hanya mendapat pekerjaan sebagai pengasuh."Tidak apa-apa yang penting halal dan dapat gaji." kata Hafsa tidak menceritakan detail."Ya sudah, tapi ingat gajimu berikan padaku 70 persen nya." ucap Rahma sadis membuat Hafsa menghela nafas."Iya...!" Hafsa hanya mengiyakan saja."Sekarang bereskan ini semua, aku dan Sesil akan pergi." perintahnya dengan kejam, rumah yang berantakan ia limpahkan pada Hafsa."Baik.!" jawabnya singkat karena memang sudah terbiasa begini, dirinya yang selalu kena. Padahal dia lapar sekali sekarang tapi ya sudahlah terima dengan ikhlas.Kemudian tak lama mereka pergi. Dan Hafsa membereskan semuanya sendiri peluh keringat membanjiri tubuhnya dan perut yang melilit akibat dia menahan rasa laparnya.Setelah semuanya selesai barulah ia kedapur mencari makanan tapi tak ada apapun. Nasi yang dia masak tadi pagi sudah habis beserta lauknya lalu dia menemukan satu mie instan yang terdapat didalam lemari lalu dia segera memasaknya."Alhamdulilah akhirnya aku bisa makan!" gumam Hafsa mensyukuri makanan yang ada.*****"Nyonya kami sudah melaksanakan perintah nyonya besok para pelamar akan datang kesini." Rey sang asisten tuan muda Elang melapor pada nyonya Sinta yang sedang meminum teh."Terimakasih Rey, lanjutkan dan usahakan cari yang benar-benar ingin bekerja." jawab sang nyonya tersenyum ramah pada Rey."Besok aku juga akan melihat mereka!" sambungnya lagi."Baik nyonya, kalau begitu saya permisi." pamit Rey menundukkan kepala hormat.Nyonya Sinta hanya mengangguk dan tersenyum kemudian melanjutkan meminum tehnya.*****Keesokan harinya Hafsa sudah bersiap untuk menuju ketempat pekerjaan barunya, dibrosur tidak diberi tahu mengasuh siapa hanya diberi tahu bekerja untuk mengasuh orang yang sedang sakit jadi Hafsa berfikir dia akan mengasuh lansia atau anak kecil."Mau kemana kau?" tanya Anton dalam keadaan berantakan karena baru bangun tidur, saat Hafsa ingin pergi."Aku ingin melamar pekerjaan ayah, doakan aku diterima ya yah!" jawab Hafsa tersenyum."ya ya cepat kau pergi dan jangan lupa bawa uang yang banyak.!" ucap Anton mengusir dengan mengibaskan tangannya."Baik yah, assalamualaikum." salam Hafsa tapi ayahnya hanya menjawab hmm saja.*****Hafsa sudah sampai dikediaman rumah besar yang sangat mewah dan megah seperti rumah sultan sampai dia ternganga melihatnya."Wah benarkah alamatnya disini? aku tidak salah kan." Hafsa melihat ke brosur lagi untuk memastikan."Benar kok tidak salah! aku coba tanya dulu deh!" Hafsa mendekati gerbang ya2ng menjulang tinggi dan terdapat lubang kecildipinggirnya. ini llllk"Permisi pak,!" Hafsa berteriak diluar gerbang supaya ada orang yang membukakan.Tak lama seorang penjaga membukakan pintu yang kecil dan Hafsa menghampiri."Iya ada apa?" tanya penjaga itu sopan."Pak, apa bener alamat ini yang tertera di brosur ini?. " Hafsa menyodorkan brosurnya pada penjaga dan diambil serta diteliti."Iya benar, apa nona pelamar disini?"."Iya pak saya yang mau melamar!"."Kalau begitu silahkan masuk! sudah ditunggu oleh nyonya dan sudah ada yang datang juga." penjaga itu membukakan pintu lebar-lebar agar Hafsa bisa masuk dengan tersenyum sopan Hafsa masuk."Terima kasih pak!""Sama-sama. lurus saja ya Nona nanti ada pengawal yang akan menunjukkan dimana tempatnya." kata penjaga itu lagi."Iya pak!"Lalu Hafsa berjalan pelan sambil memandangi area sekitarnya, sungguh rumah yang seperti istana benar-benar besar dan indah dari luar saja sudah begini pasti dalamnya juga lebih wahh.. sampai dia bertemu dengan pengawal berdiri didepan pintu."Maaf nona, siapa anda?" kata pengawal menghentikan langkah Hafsa."Aku yang mau melamar pekerjaan ini!" Hafsa menyodorkan brosurnya pada pengawal dan pengawal menganggukan kepala lalu menyuruh Hafsa untuk masuk."Silahkan masuk anda sudah ditunggu!" kata pengawal yang lain mempersilahkan Hafsa masuk."Terimakasih."Saat masuk kedalam rumah seperti istana itu mata Hafsa tak berhenti mengedip dia sangat kagum dan terpesona dengan barang-barang mewah dan berkelas.Hafsa juga ingin menyentuh tapi tidak berani bagaimana nanti kalau rusak atau pecah bisa berabe urusannya, karena sudah pasti barang-barang orang kaya tidaklah murah."Kau, masuklah kedalam " suara lembut datang dari arah depannya.Hafsa terdiam mendengar suara dari dalam dan dia kaget saat mendapati sudah banyak orang yang sama dengannya sedang melamar juga."Maaf kan saya nyonya saya terlambat.""Tidak apa-apa silahkan masuk kebarisan." nyonya mempersilahkan Hafsa masuk ke barisan pelamar."Terimakasih nyonya.""Apa semua sudah datang Rey." tanya nyonya Sinta."Sudah nyonya.!""Baik, mulai saja Rey!" perintah nyonya Sinta.Rey mengangguk."Terima kasih, selamat datang dikediaman Rahardian Pratama. Perkenalkan saya Rey asisten tuan muda berkumpulnya kalian disini saya akan memberi tahukan beberapa tes yang harus kalian kerjakan untuk lulus dan menjadi pengasuh tuan muda." ucap Rey tegas dengan datar."Apa tuan muda? tuan mudanya sudah besar apa masih kecil." gumam Hafsa pelan."Baiklah kita mulai saja dari sini." titah Rey pada pelamar bagian depan dan dia pun menganggukan kepala dengan penuh percaya diri.Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya