Share

Bab 3

Saat Hafsa pulang dia mendengar suara keributan ayah, ibu dan adik tirinya di balik pintu dia tidak jadi masuk hanya berdiri diluar mendengarkan keributan mereka. Semua barang hancur berserakan karena dibanting dan dilempar oleh Anton.

Hafsa tidak berani masuk dia hanya mendengarkan diluar keributan yang terjadi antara mereka.

"Kau, memang istri yang tidak berguna bisanya hanya menghabiskan uangku saja sekarang aku menyesal telah menikahimu, begitu juga dengan anakmu yang sama-sama menyusahkan." Bentak Anton pada istri dan anak tirinya.

"Aku juga sama sangat menyesal telah menikah denganmu dan kau laki-laki yang tidak berguna yang bisanya hanya mabuk dan main judi." Bentak Rahma pula tak mau kalah. Sedangkan Sesil ketakutan dipojok tempat duduk.

PLAKKK

Anton menampar pipi Rahma dengan kencang sampai Rahma tersungkur ke lantai. Hafsa tak tahan dia langsung menerobos masuk untuk menghentikan ayahnya.

"Ayah hentikan, sudah cukup!" Hafsa merentangkan tangannya agar ayahnya berhenti.

"Ini lagi, anak tidak berguna percuma aku menyekolahkanmu lebih baik kau pergi dari sini!" Anton dengan teganya berteriak kepada anak kandungnya sendiri.

"Awas minggir, semua orang yang ada dirumah ini tidak ada yang berguna." Anton mendorong Hafsa kemudian melangkahkan kaki keluar rumah.

Hafsa sangat sedih melihat ayahnya yang berubah drastis seperti itu. bahkan seperti tidak mengenal putrinya itu.

"Kau, untuk apa pulang. Apa kau sudah mendapat pekerjaan?" tanya Rahma masih memegangi pipinya yang memerah.

"Aku, alhamdulilah sudah mendapat pekerjaan bu," jawab Hafsa tersenyum.

"Apa pekerjaanmu?" tanyanya lagi dengan dingin.

"Pekerjaanku sebagai pengasuh Bu." jawab Hafsa senang.

"Apa...? pengasuh. Yang benar saja apa tidak ada pekerjaan lain memalukan sekali." Rahma dan Sesil kini tersenyum sinis mengejek Hafsa yang hanya mendapat pekerjaan sebagai pengasuh.

"Tidak apa-apa yang penting halal dan dapat gaji." kata Hafsa tidak menceritakan detail.

"Ya sudah, tapi ingat gajimu berikan padaku 70 persen nya." ucap Rahma sadis membuat Hafsa menghela nafas.

"Iya...!" Hafsa hanya mengiyakan saja.

"Sekarang bereskan ini semua, aku dan Sesil akan pergi." perintahnya dengan kejam, rumah yang berantakan ia limpahkan pada Hafsa.

"Baik.!" jawabnya singkat karena memang sudah terbiasa begini, dirinya yang selalu kena. Padahal dia lapar sekali sekarang tapi ya sudahlah terima dengan ikhlas.

Kemudian tak lama mereka pergi. Dan Hafsa membereskan semuanya sendiri peluh keringat membanjiri tubuhnya dan perut yang melilit akibat dia menahan rasa laparnya.

Setelah semuanya selesai barulah ia kedapur mencari makanan tapi tak ada apapun. Nasi yang dia masak tadi pagi sudah habis beserta lauknya lalu dia menemukan satu mie instan yang terdapat didalam lemari lalu dia segera memasaknya.

"Alhamdulilah akhirnya aku bisa makan!" gumam Hafsa mensyukuri makanan yang ada.

*****

"Nyonya kami sudah melaksanakan perintah nyonya besok para pelamar akan datang kesini." Rey sang asisten tuan muda Elang melapor pada nyonya Sinta yang sedang meminum teh.

"Terimakasih Rey, lanjutkan dan usahakan cari yang benar-benar ingin bekerja." jawab sang nyonya tersenyum ramah pada Rey.

"Besok aku juga akan melihat mereka!" sambungnya lagi.

"Baik nyonya, kalau begitu saya permisi." pamit Rey menundukkan kepala hormat.

Nyonya Sinta hanya mengangguk dan tersenyum kemudian melanjutkan meminum tehnya.

*****

Keesokan harinya Hafsa sudah bersiap untuk menuju ketempat pekerjaan barunya, dibrosur tidak diberi tahu mengasuh siapa hanya diberi tahu bekerja untuk mengasuh orang yang sedang sakit jadi Hafsa berfikir dia akan mengasuh lansia atau anak kecil.

"Mau kemana kau?" tanya Anton dalam keadaan berantakan karena baru bangun tidur, saat Hafsa ingin pergi.

"Aku ingin melamar pekerjaan ayah, doakan aku diterima ya yah!" jawab Hafsa tersenyum.

"ya ya cepat kau pergi dan jangan lupa bawa uang yang banyak.!" ucap Anton mengusir dengan mengibaskan tangannya.

"Baik yah, assalamualaikum." salam Hafsa tapi ayahnya hanya menjawab hmm saja.

*****

Hafsa sudah sampai dikediaman rumah besar yang sangat mewah dan megah seperti rumah sultan sampai dia ternganga melihatnya.

"Wah benarkah alamatnya disini? aku tidak salah kan." Hafsa melihat ke brosur lagi untuk memastikan.

"Benar kok tidak salah! aku coba tanya dulu deh!" Hafsa mendekati gerbang ya2ng menjulang tinggi dan terdapat lubang kecil

dipinggirnya. ini llllk

"Permisi pak,!" Hafsa berteriak diluar gerbang supaya ada orang yang membukakan.

Tak lama seorang penjaga membukakan pintu yang kecil dan Hafsa menghampiri.

"Iya ada apa?" tanya penjaga itu sopan.

"Pak, apa bener alamat ini yang tertera di brosur ini?. " Hafsa menyodorkan brosurnya pada penjaga dan diambil serta diteliti.

"Iya benar, apa nona pelamar disini?".

"Iya pak saya yang mau melamar!".

"Kalau begitu silahkan masuk! sudah ditunggu oleh nyonya dan sudah ada yang datang juga." penjaga itu membukakan pintu lebar-lebar agar Hafsa bisa masuk dengan tersenyum sopan Hafsa masuk.

"Terima kasih pak!"

"Sama-sama. lurus saja ya Nona nanti ada pengawal yang akan menunjukkan dimana tempatnya." kata penjaga itu lagi.

"Iya pak!"

Lalu Hafsa berjalan pelan sambil memandangi area sekitarnya, sungguh rumah yang seperti istana benar-benar besar dan indah dari luar saja sudah begini pasti dalamnya juga lebih wahh.. sampai dia bertemu dengan pengawal berdiri didepan pintu.

"Maaf nona, siapa anda?" kata pengawal menghentikan langkah Hafsa.

"Aku yang mau melamar pekerjaan ini!" Hafsa menyodorkan brosurnya pada pengawal dan pengawal menganggukan kepala lalu menyuruh Hafsa untuk masuk.

"Silahkan masuk anda sudah ditunggu!" kata pengawal yang lain mempersilahkan Hafsa masuk.

"Terimakasih."

Saat masuk kedalam rumah seperti istana itu mata Hafsa tak berhenti mengedip dia sangat kagum dan terpesona dengan barang-barang mewah dan berkelas.

Hafsa juga ingin menyentuh tapi tidak berani bagaimana nanti kalau rusak atau pecah bisa berabe urusannya, karena sudah pasti barang-barang orang kaya tidaklah murah.

"Kau, masuklah kedalam " suara lembut datang dari arah depannya.

Hafsa terdiam mendengar suara dari dalam dan dia kaget saat mendapati sudah banyak orang yang sama dengannya sedang melamar juga.

"Maaf kan saya nyonya saya terlambat."

"Tidak apa-apa silahkan masuk kebarisan." nyonya mempersilahkan Hafsa masuk ke barisan pelamar.

"Terimakasih nyonya."

"Apa semua sudah datang Rey." tanya nyonya Sinta.

"Sudah nyonya.!"

"Baik, mulai saja Rey!" perintah nyonya Sinta.

Rey mengangguk.

"Terima kasih, selamat datang dikediaman Rahardian Pratama. Perkenalkan saya Rey asisten tuan muda berkumpulnya kalian disini saya akan memberi tahukan beberapa tes yang harus kalian kerjakan untuk lulus dan menjadi pengasuh tuan muda." ucap Rey tegas dengan datar.

"Apa tuan muda? tuan mudanya sudah besar apa masih kecil." gumam Hafsa pelan.

"Baiklah kita mulai saja dari sini." titah Rey pada pelamar bagian depan dan dia pun menganggukan kepala dengan penuh percaya diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status