Share

Bab 6

Author: Amelia
Koper Mya tidak tertutup rapat. Begitu ditarik Leo dengan kasar, koper pun terhempas ke lantai, pakaian berserakan ke mana-mana.

Pergelangan tangannya juga sakit akibat genggaman Leo yang terlalu kuat. Ditambah kurang tidur semalaman dan duduk lama di saat makan malam tadi, kini pandangan Mya berkunang-kunang, kepala berdengung.

Bahkan manusia kertas pun mungkin punya emosi. Setelah terus-menerus dicurigai, disalahpahami dan bahkan dijadikan perisai, api di dada Mya akhirnya meledak.

“Leo! Ada apa denganmu!”

Leo menyipitkan mata, tangan masih mencengkeram pergelangan tangan Mya dengan erat. “Jangan pura-pura! Kamu berusaha mati-matian jelas hanya untuk mengamankan posisi sebagai Nyonya Gleinch!”

Mata Mya memerah. “Aku pura-pura apa? Bagimu, aku ini perempuan seperti apa?”

“Tiga tahun ini, aku memang tidak pernah benar-benar tahu sebenarnya orang seperti apa kamu itu. Mya, ternyata kamu selalu munafik dan pandai menyembunyikan wajah asli.”

Tubuh Mya bergetar, matanya semakin merah. “Jadi, kamu merasa kebaikanku padamu selama tiga tahun ini hanyalah bentuk kemunafikan?”

Leo sempat terdiam. Balasan "memang begitu kenyataannya" yang nyaris lolos dari bibirnya pun seketika terhenti di tenggorokan.

Namun bagi Mya, balasan Leo tidak ada artinya lagi.

“Leo, kita tidak punya apa-apa lagi untuk dibicarakan. Lepaskan aku!”

Tapi, Leo justru semakin menguatkan genggamannya.

Mya mencoba meronta. “Lepaskan! Aku tidak enak badan. Aku mau pergi ke kamar tamu untuk beristirahat.”

Kalimat itu seperti korek api yang menyulut bensin. Leo langsung mengangkatnya ke dalam pelukan tanpa memberi kesempatan meronta lagi.

Mya terkejut. Tubuhnya limbung, rasa pusing makin menjadi.

“Leo, aku benar-benar tidak enak badan.”

“Untuk apa tidur di kamar tamu? Bukankah kamu menginginkan anak? Baik! Aku kabulkan keinginanmu!”

“Aku tidak pernah bilang begitu!”

Leo sama sekali tidak percaya. “Kalau bukan kamu yang bilang, kenapa keluargaku membahasnya?”

“Leo.” Air mata jatuh dari sudut mata Mya. “Dasar kau brengsek.”

Leo tidak mencintainya, jadi sama sekali tidak menaruh perhatian pada ketidaknyamanan maupun air matanya.

Hatinya mendadak kosong. Pengorbanan selama tiga tahun bahkan tidak bisa mendapatkan sebelas rasa kasihan.

Pria ini jelas tidak pantas membuatnya berkorban sedemikian rupa.

Larut malam. Kesunyian menyelimuti vila.

Leo terbangun karena panas. Rasanya seperti ada api menyala di sampingnya, membuat tidurnya tak nyaman.

Dia membuka mata. Lampu kamar masih menyala.

Mya terbaring di sisi lain ranjang. Wajahnya merah padam tidak wajar, sementara bibirnya pucat pasi tak terlihat setetes warna.

Leo segera meraba keningnya. Panas yang menyengat membuatnya terkejut hingga tangannya spontan terangkat menjauh.

Kenapa begitu panas?!

“Mya?”

Dia mengguncang tubuh Mya dengan lembut. Mya tidak bereaksi, kelopak mata tetap terpejam rapat.

Panik yang tak dikenal mulai merayap di dada Leo. Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor asisten pribadinya.

Beberapa kali dering barulah diangkat. “Pak Leo? Ini sudah larut. Apakah ada urusan mendesak?”

“Mya demam tinggi. Aku harus bawa dia ke rumah sakit. Cepat ke sini sekarang.”

“Nyonya demam? Apa karena tidak beristirahat?”

“Apa?” Alis Leo mengernyit. “Kenapa kamu tahu dia tidak beristirahat?”

“Saat membawakan surat perjanjian cerai, saya sempat lihat sarapan yang masih utuh di meja. Wajah nyonya juga terlihat sangat lelah.”

Sarapan masih utuh? Dia tidak makan? Siang juga tidak makan?

Leo menatap wajah pucat Mya. Perasaan jengkel menghantam dadanya.

“Berapa lama kamu bisa sampai?”

“Paling cepat dua puluh menit. Coba Anda ukur suhunya dulu, Pak.”

“Cepat datang!”

Leo memutus sambungan, lalu bergegas mencari termometer. Dia membuka laci demi laci, tapi tetap tidak ketemu.

Segala urusan rumah selalu diurus Mya. Dia tidak pernah tahu barang-barang kecil seperti itu disimpan di mana.

Dia pun kembali ke sisi ranjang, lalu membungkuk di samping Mya dan mencoba untuk membangunkannya. “Mya, bangunlah sebentar. Di mana termometer disimpan? Mya?”

Kenapa hanya demam saja bisa begitu sulit dibangunkan?

Untuk pertama kalinya, Leo merasa panik.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 100

    Begitu menutup telepon dengan Mya, Selen segera menghubungi sutradara utama.“Pak Robert, Anda perlu memberi saya penjelasan yang memuaskan. Memang benar Mya belum sepopuler artis papan atas, tapi dia adalah artis baru yang segera bekerja sama dengan aktor besar William Cole dan sutradara Isdin Wong. Kami tulus bekerja sama dengan acara Anda, tapi hasilnya justru seperti ini? Cara kerja tim produksi Anda sungguh terlalu sembrono!”Kata-kata Selen membuat sang sutradara tak tahu harus menaruh muka ke mana.Dua bintang tamu cedera bersamaan dalam proses syuting. Hal ini memang tak bisa dibiarkan begitu saja.“Bu Selen, kami sedang melakukan investigasi. Syuting terpaksa berhenti di tengah jalan, kami pun mengalami kerugian besar. Harap bisa saling memahami.”“Pak Robert, kami tentunya akan bersikap profesionalitas dalam hal pekerjaan. Kalau nanti ada syuting ulang, kami siap hadir. Tapi, Mya cedera serius di tengah proses syuting. Juru kamera yang seharusnya mengikutinya malah entah ke m

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 99

    Mya berhenti melangkah.“Untuk apa kamu mengikutiku?”Lift memerlukan kartu akses. Setelah menggesek kartu akses, tombol lantai otomatis menyala. Mya jelas melihat kartu yang digunakan Leo mengarah ke lantai paling atas, sesuai dengan status Leo sebagai CEO Grup Gleinch.Hans masih berdiri di dalam lift sambil menahan tombol pintu terbuka. Wajahnya canggung, tak tahu harus bagaimana bersikap.Dia hanya bisa menahan napas, berusaha mengecilkan keberadaannya.“Tanganmu terluka. Aku akan merawatmu,” kata Leo dengan sikap wajar, pandangan tertuju pada tangan Mya.Mya balik menatap tangannya. “Tanganmu sendiri juga terluka. Bagaimana mau merawatku?”Leo memakai setelan khusus buatan desainer, tak ada yang bisa melihat sebenarnya lengannya sedang dipasang gips.Sebelumnya tangannya selalu diikat perban dan digantung di depan dada. Karena merasa tidak nyaman, dia melepas perbannya.Lukanya berada di bawah siku. Asal berhati-hati dan tidak menggunakan lengan itu, tangannya boleh tak diperban.

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 98

    “Kak Yuki, kenapa Pak Leo pergi? Dia bahkan pergi bersama Mya. Apa yang terjadi?” Baru saja selesai bicara, Fani langsung menangkap bercak darah di lantai. Seketika dia menjerit kaget. “Da… darah! Darah dari mana ini!”“Keluar! Keluar dari sini!”Kata-kata Fani semakin memicu amarah Yuki. Yuki meraih bantal di belakang dan melemparkannya ke arah Fani. Fani terkejut dan langsung lari terbirit-birit keluar kamar.…Dokter membalut luka Mya sambil menghela napas panjang. “Kenapa bisa begini? Belum lama keluar rumah sakit, kamu sudah terluka lagi? Nona, jangan menganggap enteng hanya karena tidak kena tulang. Tangan punya banyak pembuluh halus. Kalau sampai infeksi, kamu akan sengsara.”Mya mendengarkan dengan tenang, tidak menyahut.Leo yang berdiri di samping merasa sangat bersalah. Dia mendengarkan setiap instruksi dokter dengan saksama.Setelah selesai diperban, Mya langsung meninggalkan rumah sakit. Leo dan Hans mengikutinya di belakang.Angin malam yang menusuk tulang berhembus kenca

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 97

    Perih menusuk menjalar dari telapak tangan Mya. Dia menggigit bibir, berusaha keras menahan diri agar tidak berteriak kesakitan.“Nyonya, tangan Anda!” Hans yang jeli segera melihat perban di tangan Mya kembali merembes darah.Baru saat itu Leo menyadari luka di tangan Mya.“Kenapa dengan tanganmu?”Mya tak ingin Leo mengira dirinya sedang berpura-pura lemah. Oleh karena itu, dia terus menyembunyikan lukanya di balik lengan baju. Saat terjatuh tadi, naluri tubuh membuatnya menumpu dengan telapak tangan. Akhirnya, soal lukanya terkuak juga.Leo buru-buru melangkah maju, berniat memeriksa luka di tangannya sekaligus membantunya bangkit.Dia tak bermaksud mendorong Mya sampai terjatuh. Tindakan Mya yang tiba-tiba menampar Yuki membuatnya refleks menjauhkan Mya.Kini, penyesalan sudah menyesakkan dadanya.Sebelum dia sempat mengucapkan permintaan maaf, suara dingin Mya sudah memotong lebih dulu.“Jangan sentuh aku!” Mya menatapnya dengan mata yang merah, lalu melontarkan sekata demi sekata

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 96

    “Kenapa? Tidak mau? Kamu tetap mau aku minta maaf padanya, membiarkan harga diriku diinjak-injak olehnya?” Mya sangat kecewa, mata memerah. “Leo, bagaimanapun juga aku sudah menemanimu tidur selama tiga tahun. Masa mudaku selama tiga tahun ini sama sekali tidak ada nilainya bagimu?”Leo terdiam, pikirannya kacau. Dia hanya meminta Mya untuk minta maaf. Lagipula, Mya sudah menampar Yuki dan mencederainya. Bukankah memang seharusnya minta maaf?Kenapa malah tiba-tiba ungkit harga diri dan masa muda?“Mya, aku sudah bicara dengan Yuki. Asal kamu minta maaf, dia tidak akan menuntutmu.”Tuntut?Konyol sekali!Memangnya Yuki berani menuntut dirinya?Yuki bisa bersikap arogan hanya karena tahu ada Leo yang membelanya.Mya menatap Yuki tanpa ekspresi. “Kalau Nona Yuki ingin menuntutku secara pidana, silakan saja. Grup Gleinch punya tim pengacara yang selalu siap sedia. Kalau kamu bisa membuatku benar-benar masuk penjara, aku akui dirimu hebat.”Yuki menampilkan wajah polos, menoleh pada Leo da

  • Pengejaran Cinta Usai Diceraikan   Bab 95

    Fani berjaga di depan pintu kamar rawat. Begitu melihat Mya datang, dia segera menghadang.“Untuk apa kamu datang ke sini!” Wajahnya penuh kewaspadaan, tatapannya tajam pada Mya.Mya tersenyum tipis. “Atas perintah Pak Leo, aku datang untuk meminta maaf pada Nona Yuki.”Mendengar itu, Fani langsung merasa puas. “Akhirnya tahu takut juga, ya? Berani-beraninya kamu menyinggung Kak Yuki. Kamu nggak mau berkarir di dunia hiburan lagi?”Mya sama sekali tidak tersulut emosi. Justru Hans yang hampir tak bisa menahan diri untuk membalas, tapi Mya mencegahnya dengan sebuah tatapan.Fani tahu Hans adalah asisten pribadi Leo, jadi dia buru-buru menampilkan senyum manis yang dikiranya enak dilihat.Hans mendengus dingin. “Awas!”Fani tak habis pikir. Dia mengira Hans terbiasa berinteraksi dengan kalangan elit, jadi meremehkan dirinya yang hanya seorang asisten biasa.Oleh karena itu, dia tidak berani banyak bicara dan hanya menyingkir.Hans mendorong pintu, lalu memberi isyarat hormat pada Mya unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status