Ketika Eryk melangkah ke salah satu atap bangunan berikutnya, dia tidak terlalu memperhatikan karena gelap. Seseorang tiba-tiba memukulnya dengan sebuah tongkat bisbol hingga Eryk tersungkur.
White terbang berputar di atasnya tanpa suara. Dia hanya bisa melihat Eryk yang berguling-guling di atap bangunan. Terdengar langkah-langkah kaki bergegas menaiki tangga darurat tak jauh dari tempat Eryk terjatuh.
Suara langkah kaki itu membuat Eryk seketika waspada. Ketika dia mencoba untuk bangkit sekelompok pria berpakaian serba hitam datang untuknya.
Eryk berjuang mengayunkan kaki untuk berdiri dan lari. Akan tetapi, jemari kakinya terasa terbenam di dalam sepatunya yang berlubang. Ada sesuatu yang menghambat gerak Eryk. Dia menjadi kaku dan tak seluwes biasanya.
Tempatnya berdiri terlindung bayangan. Tapi, dia bisa melihat dari berkas-berkas cahaya dari gedung-gedung di sekitarnya. Sejumlah pria berjajar di dekat dinding dan mengepungnya. Mereka semua berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng hitam.
Eryk tak bisa mengenali mereka—laki-laki atau perempuan, Eryk tak tahu. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Suasana begitu hening. Langkah kaki kembali terdengar menaiki satu persatu anak tangga.
“Ada lagi yang datang dan kali ini langkahnya lebih menggetarkan.”
Satu sosok pria berambut panjang dengan topi hitam dan jubah hitam berjalan menyibak kerumunan yang mengepung Eryk. Wajah pria itu tertutup oleh ujung topi. Rambut panjangnya tersapu oleh angin.
“Tangkap dia!” Perintah pria itu.
Eryk mundur ketakutan. Akan tetapi, sekelompok orang berpakaian serba hitam itu mengepungnya dari segala arah. Eryk tak punya jalan untuk meloloskan diri.
“Siapa kalian?” teriak Eryk. “Aku tidak ada urusan dengan kalian.”
Salah satu sosok berpakaian hitam menggenggam tangan Eryk. Tangan orang itu terbungkus oleh sarung tangan hitam yang terasa lembap. Dia menarik Eryk ke arah rekannya.
Eryk memberontak tapi seorang lagi memegangi tangannya. Kedua tangan Eryk ditarik ke belakang punggung.
“Lepaskan aku brengsek. Apa mau kalian?”
Eryk terus memberontak sampai makanan yang dia simpan di kantung mantel berjatuhan. Sesaat para pria itu terhenti dan tercengang menatap sisa-sisa ayam goreng yang disimpan Eryk di dalam bajunya.
Pria berambut panjang dengan jubah hitam tertawa lalu memerintahkan anak buahnya untuk memegangi kaki Eryk.
Eryk berusaha menarik diri tapi mereka mencengkeramnya terlalu kuat.
“Jangan melawan!” ujar pria berambut panjang. “Ini yang terbaik untukmu. Aku bersumpah,” ujarnya dengan lantang.
Eryk tak pernah percaya dengan ucapan siapa pun, apalagi orang asing yang baru kali ini dia temui. “Kenapa nasibku sial sekali? Setelah bertemu dengan Alyssa kini aku dikepung pria-pria aneh ini.” Eryk menendang tulang kering pria yang berusaha menariknya dan mencakar.
Akan tetapi, dua orang yang membelenggu tangan Eryk memiliki tenaga yang sangat kuat melebihi kekuatan manusia normal mana pun. Mereka membekap Eryk bahkan hampir mematahkan lehernya.
Dua pria lagi bergabung untuk menarik kedua kaki Eryk. Eryk benar-benar melayang saat ini. Tubuhnya yang tidak terlalu berisi diangkat dengan mudah oleh keempat pria berbadan kekar itu. Mereka membawanya ke bordes dan siap menjatuhkan Eryk dari ketinggian.
“Lepaskan aku!” teriak Eryk dengan sangat lantang.
Udara malam yang dingin menerpa tubuhnya. Dia benar-benar melayang di pinggiran bordes dengan dipegangi oleh empat pria. Jika mereka melepas pegangannya, maka Eryk akan terjun bebas ke tanah dan mungkin dia akan mati dengan kepala pecah membentur aspal.
Eryk mencari-cari White. Tapi tak melihat burung hantu itu di mana pun. Tak ada yang bisa menolongnya kali ini. Eryk harus berjuang dengan dirinya sendiri. Dia melawan, menggeliat, dan menjerit-jerit seperti anak kecil yang ketakutan.
Mereka menarik dan mendorong Eryk melewati langkan. Kali ini kaki Eryk menggantung di udara. Dia tidak melihat tanah di bawahnya karena gedung itu terlalu tinggi. Dua pria masih memegangi lengannya di atas dan menahan tubuh Eryk menggantung.
“Apa yang kalian tunggu?” ujar si pria berambut panjang di belakang Eryk. “Lakukanlah! Ayo, lemparkan dia!” Perintah pria itu.
“Kenapa?” teriak Eryk dengan sangat keras. “Kenapa kalian ingin membunuhku? Bukankah kau juga yang membunuh para summoner di sini? Aku bukan summoner!”
Untuk sepersekian detik berikutnya, perut Eryk terasa dipilin. Tangan-tangan yang mencengkeram tubuhnya terlepas dan dia melayang dengan bebas di antara udara dingin yang mengempas. Eryk jadi membayangkan dia akan mati beberapa detik lagi.
Kemudian sesuatu serasa menopang beban beban tubuhnya. Dia merasakan kepakan sayap dan bulu-bulu halus di sekitar tubuhnya. Burung hantu dan para kawanannya menangkap Eryk.
Para burung hantu itu menutupi lengan dan tungkai Eryk. Cakar-cakar mereka mencengkeram kulit dan pakaian Eryk. Mereka seperti awan gelap yang muncul entah dari mana dan membopongnya naik.
Wajah Eryk dipenuhi dengan bulu-bulu dan bau tanah burung hantu. Tubuhnya melayang naik dan naik dibawa oleh burung hantu dengan sayap lebar yang terus mengepak.
“White, kaukah itu?” gumam Eryk lemah.
Dia hampir tak bisa membedakan mana halusinasi dan kenyataan. Eryk menyerahkan tubuhnya pada burung-burung ini dan irama terbang mereka.
Kawanan burung hantu itu mulai bergerak turun dan mendaratkan tubuh Eryk perlahan di trotoar. Lalu mereka semua terbang kembali ke arah bangunan di sekitarnya dan menyelinap di antara pohon-pohon tinggi yang masih tersisa.
Eryk membuka mata. Dia melihat ke atap bangunan tempat dia dijatuhkan. Eryk tak melihat apa pun selain kegelapan. Ketika sadar, dia sudah berada di trotoar. Eryk langsung berguling dan berusaha bangkit. Pemuda itu begitu menggigil dan ketakutan.
Kemudian, dia melihat sesosok figur, sesuatu, mewujud dari kegelapan di sebuah gang di depannya.
Sosok itu mendekat ke arahnya. Dia adalah pria berambut panjang yang sebelumnya memerintahkan anak buahnya untuk menjatuhkan Eryk dari atap gedung. Semakin dekat, pria itu terlihat tak memiliki ekspresi sama sekali di wajahnya.
Eryk ingin berpaling, tapi matanya terus tertarik ke sosok pucat berambut panjang itu. Bahkan kini wajah pria itu semakin pucat lagi karena hitamnya rambut lelaki itu yang begitu panjang sampai ke panggul.
Eryk menatap pada kedua mata pria itu yang benar-benar hitam semuanya mulai dari pupil hingga retina, tak ada bagian yang putih, semuanya menghitam seperti lubang. Eryk tak tahu siapa lelaki itu, tapi dia yakin lelaki itu berbahaya karena baru saja mencoba untuk membunuhnya.
“Siapa kau sebenarnya? Apa maumu?”
Laki-laki itu berdiri di ujung gang. Dia menatap Eryk yang masih berbaring di tanah dengan bertopangkan kedua tangan di belakang. Bibir lelaki itu melengkung membentuk senyuman selagi mengangkat tangan. Jemarinya seperti kaki-kaki laba-laba yang terkulai, kurus, dan panjang.
Eryk bisa melihat pria itu mengenakan cincin emas besar dengan sebuah simbol. Ketika jemarinya terangkat, dia tak mengenakan sarung tangan seperti anak buahnya yang lain yang telah menjatuhkan Eryk dari atap.
Orang asing itu menjentikkan jari, kemudian muncul selubung asap hitam di sekitarnya. Asap hitam itu semakin pekat dan memunculkan sebuah gambaran sosok monster yang sangat besar di atas kepalanya. Eryk melihat itu seperti kabut berwujud raksasa.
Eryk nyaris terkencing di celana. Dia benar-benar tak mengerti dengan situasi yang dia hadapi. Untuk sesaat, burung-burung hantu itu kembali pergi dan di dunia ini tak ada siapa-siapa lagi selain Eryk dan si orang asing. Suara lelaki itu berupa bisikan pelan bibirnya, nyaris tak bergerak tapi Eryk bisa mendengar bisikannya.
“Aku datang untukmu, Eryk Waylan!”
Eryk terbangun sambil menjerit. Keringat mulai mengering di dahinya dan lengannya merinding. Dia bisa melihat napasnya di bawah lapisan kain tenda yang membentang di antara dahan-dahan di atasnya. Selagi duduk, pohon itu berderit dan sarang tempatnya berbaring goyang sedikit. Burung hantu putih bergegas menjauh dari tangan Eryk.“Kebetulan,” gumam Eryk. “Ini pasti hanya kebetulan.”“Ada apa?” tanya White. Dia mendarat dari dahan di atas kepala Eryk dan menghampirinya di samping pemuda itu.Eryk memejamkan mata dan membayangkan cincin emas dengan simbol yang sangat khas pada jari pria pucat yang menyerangnya.“Katakan padaku, White. Bagaimana aku bisa kembali ke sini? Bukankah terakhir aku diserang di trotoar di tengah Kota Rockwool?”“Yeah, kau pingsan setelah segerombolan pria melemparkanmu dari ketinggian. Aku dan kawan-kawan berusaha menangkapmu dan mendaratkanmu di trotoar. Tapi setelah itu, kau menjerit-jerit ketakutan seperti orang gila dan setelah itu lagi kau kembali pingsan t
Suara alarm darurat dan sirine mobil polisi meraung-raung secara bersamaan hingga membuat kepala Eryk rasanya ingin meledak. Tiba-tiba dia lupa bagaimana cara keluar dari sana karena saking panik dan bingungnya.Tangan dan pakaian Eryk dipenuhi darah sang paman. Dia berlari menuju pintu, tapi sejumlah orang dengan langkah kaki berderap datang mendekat. Eryk mundur ketakutan. Dia mencari jalan lain dan melihat korden putih yang berayun-ayun seperti hantu yang pucat. Eryk menyibak korden dan mendapati pintu menuju ke balkon sedikit terbuka.Eryk membuka lebih lebar pintu kaca geser itu. Angin segera menerpa tubuhnya. Dia mendengar suara berisik dari balkon. Saat melangkah keluar, Eryk memergoki seseorang baru saja melompat dari sana.“Siapa itu?” pikir Eryk.Saat dia bersiap melompat dari lantai dua dan memburu orang yang baru saja kabur, dia mendengar pintu ruang kerja pamannya terbuka dengan keras. Sejumlah pengawal pribadi berdiri di sana dengan senjata api dan radio di tangan mereka
Peluru itu melesat ke arah kepala Eryk. Dia melihatnya dengan sangat jelas. Tapi, ada sesuatu yang aneh. Ketika peluru itu menuju ke arahnya, tiba-tiba suasana menjadi melambat hingga akhirnya waktu seolah-olah berhenti sama sekali.Kedua petugas polisi di depan Eryk seperti gambaran dalam film-film aksi di mana mereka melakukan slow motion. Kedua petugas kepolisian itu dikerubungi oleh burung-burung merpati putih, cokelat, dan hitam dalam jumlah besar.Eryk bahkan bisa melihat burung-burung itu juga berhenti dalam posisi melayang. Mereka tak bergerak sama sekali seperti patung. Salah satu cakar burung-burung itu bahkan terlihat menembus kulit sang petugas kepolisian. Darah yang menetes dari luka cakaran itu juga membeku dan berhenti mengalir.Semuanya seperti ilusi. Sedangkan udara di sekitar Eryk terasa hampa. Tidak ada suara, tidak ada angin, semuanya hampa.Peluru itu terhenti sekitar satu inchi di depan kening Eryk. Saat Eryk menggerakkan tangan cepat untuk melindungi kepala dari
Eryk berguling ke samping untuk menghindari serangan badai angin yang ditembakkan oleh pria berjaket merah. Badai angin itu menghantam salah satu dinding bangunan hingga membuatnya retak.Jantung Eryk berdegup kencang. Jika dia terlambat menghindar, mungkin nyawanya tak akan tertolong untuk kedua kalinya.“Kau tak bisa kabur dariku. Serahkan roh summon milikmu!”“Aku bukan summoner!” teriak Eryk. “Aku tak memiliki roh summon apa pun dalam diriku.”Pada serangan kedua, Eryk bisa menghindar lebih cepat lagi. Sudut matanya menangkap sesuatu yang tidak asing pada pria berjaket merah itu. Saat lengan bajunya tersibak, Eryk melihat ada tato di sana. Gambar tato itu sama persis dengan ukiran pada cincin pria berpakaian hitam dalam mimpinya.Naga tanpa ekor!Pria berjaket merah tak suka kegagalan. Dia menjadi marah dan mulai mengerahkan kekuatannya yang lebih besar. Di kedua tangannya mulai tercipta pusaran angin yang lebih kuat dan disusul mewujud awan hitam di atas kepalanya. Rasanya badai
Alyssa Harris berjalan di sebuah lorong dengan sepatu boot selutut yang solnya menggema lirih. Rok pendeknya berayun saat berjalan. Rambut gadis itu tergerai sempurna sampai ke pinggang. Dia berjalan dengan kepala tegak selayaknya seorang modal profesional. Di dadanya terdapat sebuah bros bunga mawar hitam yang cukup mencolok.Alyssa berhenti di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tertutup dengan ukiran bunga mawar besar di bagian tengahnya. Pada bagian atas pintu terdapat papan nama yang bertuliskan kepala sekolah.Setelah mengetuk pintu tiga kali, Alyssa mulai memutar knob dan membukanya. Dia melangkah ke ruangan sejuk beraroma mawar dengan berhati-hati agar ketenangannya terkendali.Saat Alyssa berbalik setelah menutup pintu, dia disambut dengan serangan jarum terbang yang melesat ke arahnya. Alyssa dengan sigap mengelak dan menghindari jarum-jarum tersebut. Roh summon Alyssa yang tersimpan dalam bentuk bros mawar hitam di dada segera melompat dan berubah wu
Eryk terseret masuk ke dalam sebuah lubang bercahaya yang menyerupai portal waktu. Eryk tidak tahu harus menyebut lubang cahaya itu dengan nama atau istilah apa. Eryk jatuh berdebum dengan sangat menyakitkan. Dia tidak siap dengan perubahan situasi dan tempat yang tiba-tiba. Saat sadar, dia sudah berpindah tempat dan kini berada di tengah-tengah lautan limbah elektronik dan mobil bekas.Eryk tidak tahu jika tempat pembuangan akhir Rockwool juga ada area khusus untuk penampungan limbah elektronik dan mobil-mobil bekas. Baru kali ini Eryk tahu tempat itu. Dia melihat gunungan sampah rumah tangga ada di sisi terjauh dari tempatnya berada. Sehingga Eryk yakin jika dia sudah kembali ke Rockwool.“Aw!” Lengannya tergores saat jatuh di atas tumpukan besi-besi tua dan berkarat.Gagak yang sama juga masih mengikuti Eryk. Dia bertengger pada tumpukan limbah mesin cuci beragam ukuran dan jenis.Eryk kesal melihat gagak itu. Dia segera melompat untuk menangkapnya saat sang gagak lengah. Tapi, bur
Saat terlempar, White berubah kembali ke dalam wujud seekor burung hantu putih. Tubuhnya berguling-guling di permukaan tanah yang keras. Eryk juga terlempar cukup jauh. Punggungnya bahkan sempat membentur beberapa rongsokan elektronik.Sang monster yang terbuat dari ban-ban bekas dan monster yang terbuat dari elektronik bekas datang dengan cepat dari dua arah yang berbeda. Mereka sama-sama menargetkan White dan juga Eryk.Di puncak gunungan bangkai mobil bekas, Alyssa berdiri dengan senyum menyebalkan. DURI duduk di bahu Alyssa dengan wajah tegang. Kedua tangan Alyssa bergerak cepat. Bersama-sama dengan Duri, dia menggerakkan kedua monster buatannya hanya dengan menggunakan gerakan tangan.Sang monster berlari dengan cepat mendekat ke arah Eryk. Kakinya yang terbuat dari kumpulan beberapa ban truk bekas yang sangat besar dan berat terangkat dan siap menginjak tubuh Eryk.Di sisi lain, monster yang terbuat dari elektronik bekas mengayunkan tinju untuk menghantam White yang terkapar. Sa
Eryk tersadar dari lamunannya. Dia sudah bergerak dan berpindah tempat dengan cepat untuk mengadang White yang akan menyerang Alyssa menggunakan sepasang cakarnya yang mencuat tajam.White bersuara keras dan menatap Eryk dengan sepasang mata dinginnya.“Apa yang kau lakukan, Eryk? Kenapa kau menghalangiku dari membunuh gadis ular ini? Dia sudah mencelakai dan membahayakan kita.”Eryk menyilangkan kedua cakarnya di depan dada untuk menghalau serangan White pada Alyssa. Otot-ototnya menegang menahan serangan dari sang roh summon burung hantu putih.“Aku mengikat perjanjian denganmu bukan untuk menjadi pembunuh. Alyssa mungkin memang menyerang dan mencelakai kita, tapi kita berhasil membuktikan bahwa kita bisa bertahan. Itu sudah cukup.”White melepaskan serangannya dan kembali ke wujudnya sebagai seekor burung hantu putih. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas kulkas bekas yang penyok.“Sepertinya aku telah salah memilihmu sebagai summoner.” White menggerutu kesal. “Kau terlalu b