Share

5| Lubang Hitam di Matanya

Ketika Eryk melangkah ke salah satu atap bangunan berikutnya, dia tidak terlalu memperhatikan karena gelap. Seseorang tiba-tiba memukulnya dengan sebuah tongkat bisbol hingga Eryk tersungkur.

White terbang berputar di atasnya tanpa suara. Dia hanya bisa melihat Eryk yang berguling-guling di atap bangunan. Terdengar langkah-langkah kaki bergegas menaiki tangga darurat tak jauh dari tempat Eryk terjatuh.

Suara langkah kaki itu membuat Eryk seketika waspada. Ketika dia mencoba untuk bangkit sekelompok pria berpakaian serba hitam datang untuknya.

Eryk berjuang mengayunkan kaki untuk berdiri dan lari. Akan tetapi, jemari kakinya terasa terbenam di dalam sepatunya yang berlubang. Ada sesuatu yang menghambat gerak Eryk. Dia menjadi kaku dan tak seluwes biasanya.

Tempatnya berdiri terlindung bayangan. Tapi, dia bisa melihat dari berkas-berkas cahaya dari gedung-gedung di sekitarnya. Sejumlah pria berjajar di dekat dinding dan mengepungnya. Mereka semua berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng hitam.

Eryk tak bisa mengenali mereka—laki-laki atau perempuan, Eryk tak tahu. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Suasana begitu hening. Langkah kaki kembali terdengar menaiki satu persatu anak tangga.

“Ada lagi yang datang dan kali ini langkahnya lebih menggetarkan.”

Satu sosok pria berambut panjang dengan topi hitam dan jubah hitam berjalan menyibak kerumunan yang mengepung Eryk. Wajah pria itu tertutup oleh ujung topi. Rambut panjangnya tersapu oleh angin.

“Tangkap dia!” Perintah pria itu.

Eryk mundur ketakutan. Akan tetapi, sekelompok orang berpakaian serba hitam itu mengepungnya dari segala arah. Eryk tak punya jalan untuk meloloskan diri.

“Siapa kalian?” teriak Eryk. “Aku tidak ada urusan dengan kalian.”

Salah satu sosok berpakaian hitam menggenggam tangan Eryk. Tangan orang itu terbungkus oleh sarung tangan hitam yang terasa lembap. Dia menarik Eryk ke arah rekannya.

Eryk memberontak tapi seorang lagi memegangi tangannya. Kedua tangan Eryk ditarik ke belakang punggung.

“Lepaskan aku brengsek. Apa mau kalian?”

Eryk terus memberontak sampai makanan yang dia simpan di kantung mantel berjatuhan. Sesaat para pria itu terhenti dan tercengang menatap sisa-sisa ayam goreng yang disimpan Eryk di dalam bajunya.

Pria berambut panjang dengan jubah hitam tertawa lalu memerintahkan anak buahnya untuk memegangi kaki Eryk.

Eryk berusaha menarik diri tapi mereka mencengkeramnya terlalu kuat.

“Jangan melawan!” ujar pria berambut panjang. “Ini yang terbaik untukmu. Aku bersumpah,” ujarnya dengan lantang.

Eryk tak pernah percaya dengan ucapan siapa pun, apalagi orang asing yang baru kali ini dia temui. “Kenapa nasibku sial sekali? Setelah bertemu dengan Alyssa kini aku dikepung pria-pria aneh ini.” Eryk menendang tulang kering pria yang berusaha menariknya dan mencakar.

Akan tetapi, dua orang yang membelenggu tangan Eryk memiliki tenaga yang sangat kuat melebihi kekuatan manusia normal mana pun. Mereka membekap Eryk bahkan hampir mematahkan lehernya.

Dua pria lagi bergabung untuk menarik kedua kaki Eryk. Eryk benar-benar melayang saat ini. Tubuhnya yang tidak terlalu berisi diangkat dengan mudah oleh keempat pria berbadan kekar itu. Mereka membawanya ke bordes dan siap menjatuhkan Eryk dari ketinggian.

“Lepaskan aku!” teriak Eryk dengan sangat lantang.

Udara malam yang dingin menerpa tubuhnya. Dia benar-benar melayang di pinggiran bordes dengan dipegangi oleh empat pria. Jika mereka melepas pegangannya, maka Eryk akan terjun bebas ke tanah dan mungkin dia akan mati dengan kepala pecah membentur aspal.

Eryk mencari-cari White. Tapi tak melihat burung hantu itu di mana pun. Tak ada yang bisa menolongnya kali ini. Eryk harus berjuang dengan dirinya sendiri. Dia melawan, menggeliat, dan menjerit-jerit seperti anak kecil yang ketakutan.

Mereka menarik dan mendorong Eryk melewati langkan. Kali ini kaki Eryk menggantung di udara. Dia tidak melihat tanah di bawahnya karena gedung itu terlalu tinggi. Dua pria masih memegangi lengannya di atas dan menahan tubuh Eryk menggantung.

“Apa yang kalian tunggu?” ujar si pria berambut panjang di belakang Eryk. “Lakukanlah! Ayo, lemparkan dia!” Perintah pria itu.

“Kenapa?” teriak Eryk dengan sangat keras. “Kenapa kalian ingin membunuhku? Bukankah kau juga yang membunuh para summoner di sini? Aku bukan summoner!”

Untuk sepersekian detik berikutnya, perut Eryk terasa dipilin. Tangan-tangan yang mencengkeram tubuhnya terlepas dan dia melayang dengan bebas di antara udara dingin yang mengempas. Eryk jadi membayangkan dia akan mati beberapa detik lagi.

Kemudian sesuatu serasa menopang beban beban tubuhnya. Dia merasakan kepakan sayap dan bulu-bulu halus di sekitar tubuhnya. Burung hantu dan para kawanannya menangkap Eryk.

Para burung hantu itu menutupi lengan dan tungkai Eryk. Cakar-cakar mereka mencengkeram kulit dan pakaian Eryk. Mereka seperti awan gelap yang muncul entah dari mana  dan membopongnya naik.

Wajah Eryk dipenuhi dengan bulu-bulu dan bau tanah burung hantu. Tubuhnya melayang naik dan naik dibawa oleh burung hantu dengan sayap lebar yang terus mengepak.

“White, kaukah itu?” gumam Eryk lemah.

Dia hampir tak bisa membedakan mana halusinasi dan kenyataan. Eryk menyerahkan tubuhnya pada burung-burung ini dan irama terbang mereka.

Kawanan burung hantu itu mulai bergerak turun dan mendaratkan tubuh Eryk perlahan di trotoar. Lalu mereka semua terbang kembali ke arah bangunan di sekitarnya dan menyelinap di antara pohon-pohon tinggi yang masih tersisa.

Eryk membuka mata. Dia melihat ke atap bangunan tempat dia dijatuhkan. Eryk tak melihat apa pun selain kegelapan. Ketika sadar, dia sudah berada di trotoar. Eryk langsung berguling dan berusaha bangkit. Pemuda itu begitu menggigil dan ketakutan.

Kemudian, dia melihat sesosok figur, sesuatu, mewujud dari kegelapan di sebuah gang di depannya.

Sosok itu mendekat ke arahnya. Dia adalah pria berambut panjang yang sebelumnya memerintahkan anak buahnya untuk menjatuhkan Eryk dari atap gedung. Semakin dekat, pria itu terlihat tak memiliki ekspresi sama sekali di wajahnya.

Eryk ingin berpaling, tapi matanya terus tertarik ke sosok pucat berambut panjang itu. Bahkan kini wajah pria itu semakin pucat lagi karena hitamnya rambut lelaki itu yang begitu panjang sampai ke panggul.

Eryk menatap pada kedua mata pria itu yang benar-benar hitam semuanya mulai dari pupil hingga retina, tak ada bagian yang putih, semuanya menghitam seperti lubang. Eryk tak tahu siapa lelaki itu, tapi dia yakin lelaki itu berbahaya karena baru saja mencoba untuk membunuhnya.

“Siapa kau sebenarnya? Apa maumu?”

Laki-laki itu berdiri di ujung gang. Dia menatap Eryk yang masih berbaring di tanah dengan bertopangkan kedua tangan di belakang. Bibir lelaki itu melengkung membentuk senyuman selagi mengangkat tangan. Jemarinya seperti kaki-kaki laba-laba yang terkulai, kurus, dan panjang.

Eryk bisa melihat pria itu mengenakan cincin emas besar dengan sebuah simbol. Ketika jemarinya terangkat, dia tak mengenakan sarung tangan seperti anak buahnya yang lain yang telah menjatuhkan Eryk dari atap.

Orang asing itu menjentikkan jari, kemudian muncul selubung asap hitam di sekitarnya. Asap hitam itu semakin pekat dan memunculkan sebuah gambaran sosok monster yang sangat besar di atas kepalanya. Eryk melihat itu seperti kabut berwujud raksasa.

Eryk nyaris terkencing di celana. Dia benar-benar tak mengerti dengan situasi yang dia hadapi. Untuk sesaat, burung-burung hantu itu kembali pergi dan di dunia ini tak ada siapa-siapa lagi selain Eryk dan si orang asing. Suara lelaki itu berupa bisikan pelan bibirnya, nyaris tak bergerak tapi Eryk bisa mendengar bisikannya.

“Aku datang untukmu, Eryk Waylan!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status