Home / Rumah Tangga / Pengganti Yang Lebih Baik / 5. Kecewa dan Penasaran

Share

5. Kecewa dan Penasaran

last update Last Updated: 2023-01-12 19:29:54

"kenapa wajahmu berubah begitu, Ar?" tanya Aminah.

Arya menggelengkan kepalanya dengan pelan tersenyum. Menghancurkan kembali ponselnya lalu menatap ke arah depan dengan tangan yang memegang kemudi.

"Kamu jangan bohong sama mama, Ar! Hana sering giniin kamu?" tutut Aminah pada anak-anaknya. Sedangkan Arya hanya diam dan memendamnya.

"Jangan dipendam, Ar! Kamu itu laki-laki!" bentak Aminah.

"Kamu kepala rumah tangga, Ar. Kalau istri kamu terus terusan berada di luar dan tidak punya waktu untuk kamu, kapan kalian punya momongan?"

"Ingat, Ar! Perempuan itu harusnya di rumah dan melayani suaminya. Bukannya bekerja sampai lupa waktu dan mengabaikan kewajibannya."

"Ma, sudahlah!"

Aminah heran dengan anak-anaknya. Perasaan dulu Arya selalu menerima masukan darinya. Tapi sekarang dia memilih mengalah dan terlalu patuh pada istrinya.

Arya ucapan akan ucapan Aminah kemarin padanya. Di dalam mobil yang dia kendarai, Arya menghela nafas berat. Ia memang mencintai Hana dan tidak keberatan jika istrinya itu harus bekerja. Namun, mendengar ucapan Aminah tiba-tiba saja membuat dirinya merasa apa yang dilakukan Hana tidaklah benar.

Omongan Aminah berputar di dalam benaknya. Hingga tanpa sadar ia sudah berkata kasar pada Hana. Di tambah lagi keinginan mereka untuk memiliki momongan belum mendapatkan hasil. Itu membuat Arya semakin terperangkap dalam persekutuan Aminah.

Sesampainya di tempatnya mengajar, Arya menenteng buku dan berjalan ke ruangannya. Tepat di depan pintu menuju ke ruangannya, Arya berhenti. Matanya menangkap sosok gadis dengan rambut lurus tergerai sedang berdiri dekat pintu. Gadis itu sadar dengan kehadiran Arya yang membuat keduanya saling membocorkan.

"Pak Arya," panggil Susan. Arya mendekat dan melihat raut wajah Susan yang gelisah. Tidak puas, Arya membuka pintu.

"Masuklah!" kata Arya mempersilahkan Susan masuk.

Susan menurut, berjalan pelan masuk ke dalam ruangan Arya. Begitu Susan berada di dalam, Arya menutup pintu lalu menguncinya dari dalam. Susan menoleh dan mendapati Arya yang sudah dekat dengannya.

"Ada apa menungguku?" Tanya Arya dengan memegang pundak Susan. Tidak hanya itu tangan kanannya juga menyibak rambut anak gadis itu dan menyelipkannya ke sela telinga.

Susan menatap mata Arya dalam sedikit rasa takut lalu menghela nafas. Dia merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Sebelum memberikannya pada Arya benda itu dia kepal kuat kuat.

"Susan hamil, Pak." Susan menyodorkan tes kehamilan ke hadapan Arya.

Wajah Arya yang semula menatap Susan pun ia alihkan dan menunduk. Menatap benda kecil bergaris merah dua yang diulurkan Susan. Tangannya tergerak mengambil benda itu.

“Kalau Pak Arya tidak bisa bertanggung jawab, Susan akan gugurkan sebelum kandungan Susan besar,” imbuhnya.

"Siapa saja yang tahu masalah ini?" tanyanya dengan tetap fokus melihat benda bergaris itu.

"Tidak ada, hanya kita saja," jawab Susan.

Arya menyimpan benda itu lalu mengalihkan pandangannya menatap Susan. Wajah Susan sudah terlihat berkabut juga takut. Arya menariknya lalu memeluknya dan juga menenangkannya.

"Terima kasih, Susan. Aku tidak menyangka akan mendapatkan hadiah ini darimu." Susan menangis di pelukan Arya mendengar ucapannya.

"Jangan sesekali memikirkan menggugurkannya. Aku akan bertanggung jawab dan membahagiakan kalian."

"Tapi... bagaimana dengan istri Pak Arya?" tanya Susan pelan.

Arya melepaskan pelukannya dan sedikit terdiam. Menatap wajah Susan dan melihat kekhawatiran di sana. Arya mengambil kedua tangan Susan dan membawanya ke depan dadanya.

"Aku akan bicara padanya, kamu tidak perlu khawatir, ya. Sekarang yang terpenting kamu harus menjaga kesehatan bayi kita," ucap Arya sambil mengusap usap telapak tangan Susan dengan lembut.

Susan mengangguk dan kembali menelusupkan tangannya memeluk tubuh Arya. Ada rasa bahagia yang Arya rasakan. Setelah penantian lima tahun dalam pernikahannya akhirnya dia dapat membuktikan jika dirinya bisa memiliki keturunan. Meski bukan dengan Hana tapi Arya bahagia.

Hubungan gelap yang dia jalani dengan Susan selama beberapa bulan ini membuahkan hasil. Susan yang menjadi anak didiknya dapat mewujudkan harapannya. Saat ini Arya tersenyum senang juga haru bertolak belakang dengan apa yang Hana rasakan di rumah sakit saat ini.

Hana menangis di pelukan Mawar. Menumpahkan rasa sedihnya yang teramat sangat karena mengingat perlakuan dari Arya.

"Sudahlah, Han. Kamu enggak salah kok. Pekerjaan ini kamu dapatkan dengan susah payah jangan hanya karena ucapan Arya kamu jadi berpikir untuk melepaskan impian yang sudah kamu bangun sejak lama," tutur Mawar.

"Tapi mas Arya menyalahkan aku, War. Aku tidak menyangka jika mas Arya akan berkata sekasar itu padaku," keluh Hana.

"Arya mungkin sedang kesal saja, Han. Sudah, ya. Jangan menangis lagi kalau kamu menangis terus bagaimana nasib pasienmu?" kata mawar.

Mendengar itu Hana menarik tubuhnya dari Mawar. Benar, dia adalah dokter dan tugasnya di rumah sakit ini untuk merawat pasien. Menagis seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah.

"Kamu benar, War. Aku harus mengunjungi pasienku dan memberi mereka obat," ucap Hana mengusap air matanya lalu bangkit dari duduknya. "Kalau begitu aku pergi dulu, ya War."

Ceklek

Saat Hana hendak keluar dari ruangan istirahat itu dia berpapasan dengan Aji. Hana mengalihkan pandangannya saat matanya bersitatap dengan Aji dan melewatinya. Aji sendiri masuk ke dalam ruangan itu yang di sana masih ada Mawar.

“Sepertinya ada yang tidak beres dengan Arya,” gumam Mawar. Mawar melirik Aji yang mungkin saja mendengar ucapannya.

"Lihat apa kamu?" tanya Mawar dengan sinis.

"Tidak ada," jawabnya.

"Lalu, buat apa kamu kemari? Ini bukan tempatmu!"

"Sudah tahu," balas Aji lebih dingin, "cuma mau ambil jas dokter firman."

Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Aji keluar lagi dari sana. Menyisakan Mawar yang diamati dengan geram. Sementara di luar, Aji berjalan dengan pikirannya yang beberapa saat lalu melihat wajah Hana yang sembab. Ditambah lagi dia juga dengan apa yang dikatakan Mawar.

"Lama banget sih, Ji. Kamu ngambilnya ke planet mana?"

"Berisik, nih!" Aji menyerahkan jas yang tadi dia ambil ke fajar. "Lain kali kalau bisa jangan nyuruh orang lain."

"Sensi amat. Tadi ketemu senior galak ya, di sana?"

Aji tidak menanggapi dan terus berjalan dengan fajar di dekatnya. Rasa penasaran muncul di hatinya. Aji tanpa sadar menghentikan langkahnya membuat fajar menabraknya dari belakang.

"Ngapain berhenti sih, Ji!" Fajar mengusap kepalanya yang membentur tubuh Aji.

"Kamu tahu dokter Hana?" tanya Aji yang sudah keluar dari topik.

"Dokter Hana? Tahulah. Kenapa?" timpal fajar.

"Arya itu siapanya?" tanya Aji penasaran juga takut.

"Arya? Enggak pernah dengar. Suaminya mungkin," terka fajar dengan menggedikkan bahunya.

Aji terdiam di tempatnya, sementara fajar sudah berjalan kembali. Aji tahu dia hanya penasaran tapi mendengar jawaban fajar membuat sesuatu dalam dirinya tidak terkendali. Rasanya sesak saat tahu jika dokter Hana sudah menikah.

"Ngapain bengong, Ji. Ayo! Ditunggu dokter firman kita nanti kalau telat lembek dikurangi loh."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
viviana_yukata
lelaki kebanyakan emang begitu Kak
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
bagus yah ngebentak2 Hana cuma biat alesan biar km tenang selingkuh dibelakang istri n km yah Arya lom tentu anak yg dikandung Sama Susan itu anak kandungmu dasar buaya darat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengganti Yang Lebih Baik    74. Balasan rasa sakit yang tidak seberapa

    Lagi, entah keberapa kalinya hidup Arya harus dibelenggu. Pupusnya biduk rumah tangganya dengan Hana telah menjadi satu kegagalannya. Dan sekarang masalah lain di rumah tangganya dengan Susan kembali dalam masalah.Arya tidak ingin perceraian kembali melanda rumah tangganya. Tetapi kata-kata Susan begitu keterlaluan di telinga. bagaimana bisa dirinya yang rela mengakhiri rumah tangganya sebelumnya sekarang harus menerima kenyataan sebagai alat baginya."Ayo," ajak Aminah pergi meninggalkan Susan, "biarkan wanita jalang ini di sini sendiri.""Ya, pergi sana! Aku tidak peduli!"Aminah semakin murka dan menarik tangan anaknya dengan lebih keras. Hingga Arya dengan tatapan kecewanya meninggalkan ruangan Susan. Kesadarannya sementara berada di awang-awang karena belum siap menerima kenyataan."Wanita sialan, berani sekali memperdayai putraku," gerutu Aminah sambil berjalan pergi.Arya menghentikan langkahnya yang membuat Aminah bingung dengannya. Melihat gelagat Arya, Aminah pun hendak men

  • Pengganti Yang Lebih Baik    73. Hanya alat saja

    Pertengkaran tidak terelakkan lagi. Arya bingung harus memilih siapa untuk dibelanya. Di satu sisi ia adalah seorang putra dan di sisi lain dia menjadi seorang suami."Berhenti!" bentak Arya."Kalian bisa diam tidak. Susan kamu masih dalam masa pemulihan jangan seperti ini. Dan Mama jangan seperti ini pada Susan, nanti pasti akan ada waktunya kita kembali normal lagi.""Dengan gaya hidupnya yang mewah apa yang bisa kita pertahankan, Arya?" tanya Aminah setengah menyinggung."Oh, jadi gitu?" tantang Susan, "Mama pikir aku mau menikah cuma buat hidup susah gitu?"Sebagai seorang mama mertua yang selalu memperlakukannya dengan sangat baik, harga diri Aminah sedang dipertaruhkan sekarang. Ia sadar dengan ucapan Susan yang bermaksud pada pernikahannya semata-mata karena harta.Jika Aminah memasang mode waspada, Susan justru terlihat begitu menantang. Entah apa yang diinginkannya sekarang. Mengapa dia begitu terus terang menunjukkan dirinya yang seperti itu. Bukannya itu justru akan membuat

  • Pengganti Yang Lebih Baik    72. Tidak ada salahnya membantu

    Di kantin rumah sakit, di saat jam makan siang memang selalu ramai. Tidak hanya para dokter dan staf tetapi pasien juga. Tetapi pusat perhatian kali ini adalah Hana.Dokter wanita yang tengah mengandung itu terlihat sedang asik menyantap makanannya. Tidak sendiri Hana bersama dengan dokter Mawar yang juga ikut serta. Keduanya tampak sangat asik bercerita pasal kehamilan."Han," panggil Aji yang tiba-tiba muncul entah dari mana."Heh!" bentak dokter Mawar, "kalau manggil jangan sembarangan, ya!""Ikut campur aja sih, terserahlah aku mau manggil apa," bantah Aji."Yang mesra gitu panggil istrinya. Sayang, my love, honey, sweety gitu. Ini main panggil Han Han aja," tutur dokter Mawar."Kalau itu juga tahu, dokter. Enggak usah protes melulu deh," bantah Aji lagi.Akhirnya Mawar sendiri yang menyerah. Sedangkan Aji sudah duduk lebih dulu di hadapan istrinya yang menertawakan pertengkaran suami dan sahabatnya. "Makannya belepotan banget sih." Aji mengulurkan tangannya mengusap bibir Hana d

  • Pengganti Yang Lebih Baik    71. Kenyataan Pahit

    Di rumah sakit itu siapa yang tidak mengenal Hana? Hampir semua kenal dengannya termasuk pasiennya yang selalu menjadi prioritasnya. Sebab itulah di dalam toilet sekarang ini ada yang tengah membicarakannya.Suaranya sedikit terdengar sampai Aminah yang lewat pun mendengar. Menghentikan langkahnya begitu nama Hana disebut. Memperhatikan dengan baik bagaimana seseorang membicarakan mantan menantunya itu di dalam sana."Iya, dokter Hana itu sekarang sedang hamil. Sudah dua bulan dan dia masih bekerja dengan baik.""Benar, aku jadi iri dengannya. Selain mual parfum sepertinya dokter Hana tidak terganggu dengan yang lain.""Lucu sekali kalau mengigit itu, suaminya sampai minta diganti partner karena tidak mau didekati karena bau parfum perempuan."Terdengar kekehan setelah itu. Sekaligus menjadi saat untuk Aminah pergi dari sana. Sambil berjalan menyusuri lorong, orang tua itu terus berpikir. Tentunya tentang apa yang didengarnya tadi."Bagaimana Hana bisa hamil?" tanya Aminah pada diriny

  • Pengganti Yang Lebih Baik    70. Hana Menjadi Menteri Keuangan

    Begitu notifikasi masuk ke ponsel Hana dan dia membacanya. Wanita yang baru mengandung itu sontak melebarkan kedua matanya. Melihat nominal yang dikirimkan Aji membuatnya syok."Ji, kenapa dikirim ke aku semua?" tanya Hana bingung."Kok tanyanya begitu?" Aji merengkuh tubuh istrinya dan melihat ponsel Hana yang diarahkan padanya."Ya, kamu kenapa dikirim semuanya ke aku?" ulang Hana penuh penekanan."Di sini yang jadi istri aku 'kan kamu, sayang. Kalau enggak ke kamu terus ke siapa?""Tapi, Ji ... kenapa harus semuanya? Emangnya kamu enggak pegang?" tanya Hana masih protes.Sekarang Aji yang bingung. Kenapa istrinya malah bertanya perihal nominal yang diberikan padanya. Dan masalahnya apa sampai membuatnya terus bertanya.Aji memegang kedua pundak Hana dan membuat mereka berhadapan. Dia menatap istrinya dalam dan teduh tentunya. Membuat Hana merasakan cinta yang Aji berikan seutuhnya padanya."Han, aku itu suami kamu. Jadi mulai sekarang yang akan memegang keuanganku ya kamu. Kamu eng

  • Pengganti Yang Lebih Baik    69. Perbedaan yang signifikan

    "lagi?" Arya seolah tidak percaya mendengar perkataan Aminah.Aminah sendiri sampai tidak bisa menahan keterkejutannya. Wajah Arya pun membuat Aminah seperti kebingungan."Iya, memangnya kenapa kamu sampai terkejut seperti itu?""Ma, bukannya kemarin sudah Arya berikan, ya?" tanya Arya."Yang kemarin sudah habis, Nak. Kamu tahu sendiri 'kan istrimu bahkan tidak mau makan makanan yang murah," jelas Aminah.Benar, Arya tahu satu hal itu. Dia juga tidak menyangka jika setelah menikah Susan telah banyak berubah. Gaya hidupnya yang terlihat sekarang begitu wah.Mulai dari makanan saja harus sekelas makanan di hotel. Gaya berpakaiannya juga tidak main-main, sebelum kandungannya sebesar sekarang ini dia sering menghamburkan uang untuk pergi belanja keperluan yang tidak perlu.Kalau Arya tidak melarangnya pasti Susan masih melakukannya sampai sekarang. Berhubung sekarang Arya memiliki tabungan yang sedikit menipis, ia melarang Susan untuk berfoya-foya."Kalau kamu tidak bisa mengirimkan uang,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status