Share

Bab 14. Kami Memang Miskin

Malam yang dingin terasa menembus kulit dari dalam. Hujan turun dengan deras, hingga membuatku harus banyak menampung gebang air dengan menggunakan baskom. Atap rumah semuanya pada bocor.

Ember dan baskom plastik pun berjajar dengan rapi. Di atas lantai semen yang sudah mulai retak sana-sini aku memperhatikan. Kupeluk erat lutut yang mulai kedinginan karena tertetes air hujan. Sementara tubuhku mulai terlihat menggigil juga karena menahan dingin. Akibat guyuran air dari atap yang bocor.

“Rafa, kamu gapapa, Nak! Mendekatlah sama Ayah biar baju kamu tidak basah,” ucapku.

Rafa segera bangun dari tidurnya. Kemudian, mendekat ke arah pojokan tempat tidur. Seraya langsung berlari ke dalam pelukkan.

Kami tidur tanpa ranjang, hanya beralaskan tilam busa yang sudah tipis. Tilam pemberian tetangga semasa ibu masih hidup.

“Ayah, dingin,” keluh Rafa.

Dia meringkuk menahan rasa dingin yang kian menusuk ke tulang.

“Pakai ini, Nak!” kuberikan baju hangat yang dipakai agar dia bisa merasa nyaman.

“Ay
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status