Share

Bab 2

Author: Starry
Marcus menghela napas, entah karena menyesal atau lega.

"Nggak apa-apa. Kamu cuma perlu ingat, meskipun seumur hidup kamu nggak bisa melihat, aku akan tetap mencintaimu selamanya. Besok aku akan investasikan dua triliun lagi ke departemen mata rumah sakit supaya mereka mempercepat proses penelitian."

"Tapi, sekarang sudah waktunya makan. Ayo."

Sambil berkata demikian, Marcus membungkuk dan menggendong Ravina. Dulu, sikap manis seperti itu terasa hangat, tapi kini hanya membuat Ravina muak. Seluruh tubuhnya terasa kaku.

Mereka pun tiba di ruang makan.

"Aku mau duduk sama Mama," ujar Lowie dengan ceria.

Namun nyatanya, dia masih berdiri di atas bangku kecil dan sedang membantu wanita itu menyeka mulutnya. Di meja makan itu, Lowie dan wanita itu duduk di sisi berlawanan. Jadi, tidak mungkin mereka akan membiarkan Ravina duduk di sisi yang sama dengan wanita itu.

Semuanya sudah diputuskan sejak awal, tapi mereka masih saja berpura-pura di depan Ravina. Wanita itu mengenakan jubah mandi dan duduk santai di sebelah Marcus. Dia bahkan tampak lebih seperti nyonya daripada Ravina sendiri.

Marcus memotongkan steik untuknya dan mengupas udang, sedangkan Lowie menuangkan air untuknya ....

Semuanya masih sama seperti dulu. Bedanya, sekarang Ravina bisa melihat jelas sorot iri yang tak tersembunyi di mata wanita itu. Makanan itu terasa hambar bagi Ravina.

Dia menatap tangan Marcus yang sedang mengupas udang untuknya. Padahal pagi ini, tangan itu masih sibuk menyentuh wanita lain. Seketika, perasaan jijik menyergap dirinya.

Baru saja hendak bangkit dari kursi, Ravina melihat wanita itu menarik tangan Marcus ke bawah jubah mandinya tanpa malu-malu. Marcus sempat ingin menarik diri, tapi wanita itu menahan erat tangannya dan memaksanya ikut bergerak.

Pada akhirnya, bahkan saat tangan wanita itu sudah melepas genggamannya, Marcus pun tidak menarik kembali tangannya.

Perasaan mual yang lebih kuat menyapu seluruh tubuh Ravina. Dia tidak sanggup menahannya lagi, hingga akhirnya bersandar pada tepi meja dan muntah hebat.

Lowie panik dan buru-buru mengambil tisu untuknya. Marcus mengulurkan tangan, ingin menepuk punggung Ravina agar membantunya merasa lebih baik.

Namun, saat Ravina teringat apa yang baru saja dilakukan tangan itu beberapa detik sebelumnya, dia menepis tangan Marcus dengan keras dan berkata dingin, "Kotor."

Marcus jelas tidak memahami makna tersirat dari perkataannya, malah tampak sangat tertekan. "Tanganku tadi kupakai untuk mengupas udang, aku cuma mau lihat keadaanmu! Biar aku antar kamu ke rumah sakit!"

Ravina berusaha mendorongnya pergi. "Aku nggak apa-apa."

Dia kembali ke kamar tidur untuk mandi. Uap panas memenuhi ruangan dan wajahnya tampak samar di cermin yang berkabut. Dia kembali teringat pada percakapan yang didengarnya di luar kantor Marcus hari ini.

"Pak Marcus, apa karena setiap kali melihat mata istrimu kamu jadi nggak bernafsu, makanya kamu melampiaskan semuanya ke aku?"

"Diam! Kamu itu cuma alat, sadari posisi kamu."

Kalimat yang tak dibantah oleh Marcus itu kini terus terngiang-ngiang.

Ravina menyeka cermin dengan sapuan tangannya. Wajahnya pun terlihat dengan jelas. Ketika dia buta, apakah wajahnya sebegitu mengerikannya?

Sampai-sampai Marcus bisa melupakan hubungan masa kecil mereka, melupakan jasanya yang pernah menyelamatkan nyawa Marcus, bahkan melupakan bertahun-tahun kehidupan mereka sebagai suami istri yang penuh kasih, hanya untuk mengejar wanita lain?

Padahal pada malam pertama mereka, Marcus berkali-kali mencium matanya. Ravina bisa merasakan air mata Marcus jatuh di wajahnya.

"Ravina, akhirnya kamu jadi milikku. Aku mencintaimu. Terima kasih karena kamu juga bersedia mencintaiku. Aku akan menjagamu seumur hidup. Kalau aku mengingkari janji ini, aku akan disambar petir!"

Memang, Marcus benar-benar menjaganya dengan sangat baik. Di rumah, ada 30 orang asisten rumah tangga yang dipekerjakan, masing-masing dilengkapi dengan sensor. Jika Ravina membutuhkan sesuatu, dia hanya perlu menekan tombol remote dan seseorang akan segera datang membantunya.

Bahkan hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan Ravina karena dia tidak bisa melihat, mulai dari produk perawatan kulit hingga perhiasan mahal ... asalkan istri orang lain punya dan menyukainya, Marcus pasti akan membelikannya yang lebih bagus dan lebih mahal untuk Ravina.

Marcus juga takut dia bosan di rumah, sampai-sampai membentuk sebuah tim khusus untuk menyusun majalah dan buku dalam huruf Braille agar Ravina bisa membaca.

Apakah Marcus benar-benar tidak mencintainya lagi?

Ravina rasa jawabannya adalah tidak. Marcus hanya telah belajar membagi hatinya menjadi dua dan memberikannya kepada dua orang yang berbeda.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 24

    Oscar mengangkat tangan untuk merapikan kerutan di antara alis Ravina dengan lembut. "Kalau begitu, gimana kalau kita tunda dulu pernikahannya? Aku bisa temani kamu pulang ke negara asal untuk lihat kondisi Marcus."Ravina menggeleng pelan. "Nggak perlu. Biarkan aku tetap jadi satu-satunya harapannya. Selama dia masih menaruh harapan padaku, mungkin dia masih bisa bertahan. Tapi kalau aku datang, dia nggak punya penyesalan lagi. Bisa jadi malah saat itulah dia benar-benar melepaskan segalanya."....Setengah bulan kemudian, Ravina dan Oscar mengadakan pernikahan mereka di sebuah kapel tepi laut.Begitu alunan lembut piano menggema, Ravina pun mewujudkan mimpinya. Dia mengenakan gaun pengantin hasil desainnya sendiri dan berjalan perlahan di atas karpet merah menuju pria yang paling dicintainya.Saat Oscar menyematkan cincin di jari manisnya, air matanya tidak bisa lagi ditahan. Setelah bertahun-tahun diam-diam mencintainya, kini semua akhirnya menjadi kenyataan."Ravina, terima kasih s

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 23

    Marcus dan Lowie akhirnya kembali ke negara asal. Namun baru saja keluar dari pesawat, mereka langsung dikepung oleh rombongan media."Pak Marcus, bagaimana tanggapan Anda atas tuduhan dari Nona Willianti bahwa Anda memaksanya melakukan hubungan intim?""Apakah Keluarga Harafi akan menggunakan uang untuk menyelesaikan kasus ini secara damai?""Sebelumnya, Nona Willianti selalu mengaku sebagai tunangan Anda. Apakah alasan belum diadakannya pernikahan adalah karena kembalinya istri sah Anda, Ravina, yang dinyatakan telah meninggal?"Marcus benar-benar kebingungan oleh rentetan pertanyaan yang datang bertubi-tubi. Dia baru pergi ke luar negeri beberapa hari, apa lagi yang dilakukan Willianti sekarang?Marcus segera memerintahkan pengawalnya untuk membuka jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung menghubungi pengacaranya. "Apa yang sebenarnya terjadi selama aku pergi?""Sejak kematian anak itu, kondisi mental Willianti tidak stabil ... kadang sadar, kadang tidak. Kedua orang tuanya datang da

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 22

    Marcus dan Lowie menatap pemandangan di depan mata mereka dengan hati yang tercabik.Mereka telah bersusah payah mencari tahu keberadaan Ravina, bahkan membeli bunga dan datang terburu-buru. Namun, yang mereka lihat adalah pemandangan seperti ini.Marcus langsung berlari menaiki panggung. Dia menatap Ravina dengan tatapan penuh harap."Jangan ... jangan terima lamarannya, ya? Aku tahu aku salah, aku benar-benar salah. Aku sudah benar-benar memutuskan semua dengan Willianti, anak haram itu juga sudah mati.""Sekarang nggak ada lagi yang bisa menghalangi kita. Kita pernah saling mencintai bertahun-tahun, kita punya anak ... tolong ... beri aku satu kesempatan lagi, ya?"Oscar segera berdiri di depan Ravina untuk melindunginya. Dia melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Marcus hingga pria itu terjatuh ke tanah. Oscar kemudian berjongkok dan mencengkeram kerah Marcus dengan penuh amarah."Masih kurang puas sama pukulan yang kemarin, ya? Sekarang Ravina adalah tunanganku. Kalau kamu teru

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 21

    Setelah menunggu selama satu minggu, seluruh hasil penilaian akhirnya diumumkan. Panitia secara resmi mengundang semua peserta untuk menghadiri malam penganugerahan penghargaan.Saat ini, Ravina sedang berdiri di depan cermin sambil merapikan gaun malam yang dia kenakan. Oscar muncul dari belakang dan memakaikan kalung mutiara di lehernya dengan lembut."Indah sekali. Kamu suka?" Oscar mengecup pipinya dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang.Ravina mengangkat tangan, menyentuh butiran mutiara yang memantulkan cahaya alami. Dia lalu berbalik dalam pelukan Oscar, hingga mereka saling berhadapan. "Kamu temani aku malam ini, ya? Siapa tahu aku menang. Aku ingin kamu ada di sisiku."Oscar menghela napas pelan dan memeluknya erat. "Maaf .... Aku juga ingin mendampingimu, tapi hari ini aku ada urusan penting yang nggak bisa ditinggal."Ravina menunduk pelan. "Baiklah, kamu pergi saja."Setelah mobil Ravina menjauh, Oscar dan Mona berdiri di depan rumah. Mona berkata dengan yakin, "Ka

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 20

    Willianti menatap kosong ke arah bayi yang ada dalam pelukannya. Dia bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali anak itu menangis, bahkan lupa kapan terakhir kali memberinya makan.Sepertinya ... dia telah membunuh anak itu dengan tangannya sendiri!Willianti memeluk erat tubuh si kecil yang sudah tak bernyawa. Saat menengadah menatap Marcus dan Lowie, dia malah melihat seberkas rasa puas di wajah mereka.Marcus berdiri sambil menatapnya dari atas, lalu berkata dengan santai, "Mari kita akhiri semuanya. Selain 10 miliar yang sudah kujanjikan sebelumnya, aku akan tambahkan satu unit vila. Tapi mulai sekarang, kamu nggak boleh pernah muncul di hadapanku lagi."Willianti memandangi kedua orang itu dengan kebencian yang mendalam. Dia jatuh serendah ini karena mereka! Yang tersisa dalam hatinya hanyalah dendam.Sepuluh miliar?Bagi orang biasa, 10 miliar memang cukup untuk hidup nyaman seumur hidup. Akan tetapi, gaya hidupnya telah menjadi semakin konsumtif karena dimanjakan Marcus. Mu

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 19

    Willianti diam-diam mengeluarkan banyak uang untuk melakukan tes DNA antara anaknya dan Marcus. Setelah itu, dia meminta seorang teman membawakannya perlengkapan siaran langsung.Saat itu, Willianti sedang dalam masa nifas. Wajahnya pucat dan tubuhnya tampak sangat kelelahan, tetapi dia tetap berusaha menampilkan citra diri yang lemah dan menyedihkan.Begitu semua sudah siap, dia mengarahkan kamera ke wajahnya yang membengkak dan pucat. Dengan tangan bergetar, dia mengangkat hasil tes DNA ke depan kamera, lalu mulai berbicara dengan air mata yang terus mengalir."Teman-teman, saya adalah Willianti, tunangan dari Marcus, CEO Perusahaan Hope. Siaran langsung hari ini saya lakukan demi mencari keadilan untuk anak kami."Dia mengangkat bayi yang masih terbungkus selimut ke depan kamera dan berkata dengan suara tercekat, "Anak ini bahkan belum berusia satu minggu, tapi ayahnya sudah menolak mengakuinya. Ini adalah hasil tes DNA antara Marcus dan anak ini, tingkat kecocokan 99,99%.""Dulu, d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status