Share

Bab 3

Author: Starry
Begitu keluar dari kamar mandi, Ravina melihat Marcus sedang duduk di sofa menunggunya. Marcus langsung menggendongnya dan memasukkannya ke dalam selimut, lalu memeluknya erat-erat.

"Sayang, kamu kenapa hari ini? Di rumah sakit tadi terjadi sesuatu ya? Kalau ada apa-apa, bilang saja ke aku. Suamimu ini akan selalu jadi sandaranmu."

Ravina khawatir Marcus akan menelepon Dokter Djamin, jadi dia buru-buru menenangkan, "Nggak apa-apa, mungkin aku cuma kurang istirahat."

Tepat saat itu, ponsel Marcus berdering. Marcus tidak menyembunyikannya dari Ravina, melainkan langsung membuka pesan itu. Tertulis nama kontaknya adalah "Willianti Sayang" dan yang dikirim adalah sebuah foto.

Wanita itu mengenakan lingerie model anak kucing. Dia berlutut di atas ranjang sambil menatap kamera dengan pandangan menggoda.

[ Aku tunggu Tuan di kamar ya .... ]

Marcus menahan napas, ujung bibirnya tanpa sadar terangkat. Dia membalas.

[ Aku tungguin Ravina tidur dulu, habis itu aku ke sana. ]

Wanita itu membalas dengan cepat.

[ Sekarang saja, dong .... Dia 'kan buta, nggak ada yang tuntun juga nggak bisa turun. Aku kangen kamu. ]

Marcus langsung mematikan ponsel dan mencium kening Ravina. "Sayang, ada urusan mendadak dari kantor. Aku ke ruang kerja dulu, kamu tidur duluan saja, nggak usah tungguin."

Usai bicara, dia pun buru-buru pergi.

Ravina berbaring memandang langit-langit putih di atasnya. Mungkin jauh di dalam hati Marcus, dia memang sudah yakin bahwa mata Ravina tidak akan pernah bisa sembuh. Itu sebabnya dia begitu semena-mena dan tidak lagi berusaha menyembunyikan apa pun.

Ravina bangkit dan turun ke lantai satu. Ruangan itu sunyi dan kosong, hanya dari kamar sebelah kanan terdengar suara tawa dan bisikan seorang pria dan wanita.

"Willianti, dari mana nyalimu sebesar itu? Ravina belum tidur, kamu sudah berani goda aku!"

"Tapi kamu juga tetap turun, 'kan?"

Pintu kamar tidak tertutup rapat. Melalui celahnya, Ravina bisa melihat dua tubuh yang sedang saling membelit di atas ranjang. Ruangan itu didekorasi modern dan feminin, jelas sudah ditinggali lebih dari setahun.

Artinya, rumah tangga yang dikiranya terdiri dari tiga orang yang bahagia, nyatanya sudah lama dimasuki oleh orang keempat.

Marcus menempatkan istri dan selingkuhannya dalam satu vila yang sama. Setengah malam pertama dia habiskan bersama Ravina dan setengah malam berikutnya dia turun ke "rumah kecil"-nya untuk tidur dengan Willianti. Benar-benar memuakkan.

Ravina menutup mulutnya dengan rapat, menahan jeritan yang mengguncang hatinya agar tidak terdengar. Saat berbalik, dia malah berpapasan dengan pembantu yang sedang terbangun untuk berjaga. "Nyonya? Kenapa Anda ada di sini?"

Pintu kamar pun terbuka. Marcus keluar dalam keadaan pakaian kusut dan wajah panik. Willianti mengikuti dari belakang sambil merangkul pinggangnya dan kedua tangannya masih menyusuri tubuh Marcus.

Marcus mendorong Willianti kembali ke kamar, lalu berjalan mendekati Ravina dan bertanya, "Sayang, kamu dengar sesuatu barusan?"

Ravina mengepalkan tangan, rasa sakit karena kuku yang menusuk telapak menjadi satu-satunya alasan dia bisa menahan diri untuk tidak menampar wajah pria itu. "Nggak kok, aku cuma haus. Mau turun ambil air minum."

Marcus diam-diam menghela napas lega. "Dasar kamu ini, aku sudah taruh segelas air di nakas tempat tidurmu. Kenapa kamu malah turun sendiri? Bahaya tahu!"

Marcus pun menuntunnya kembali ke kamar tidur.

Beberapa saat berlalu, Marcus memanggilnya pelan. "Ravina?"

Ravina tidak menjawab, tapi Marcus malah mengira dia sudah tertidur.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Terdengar suara Marcus yang sengaja diturunkan volumenya. "Siapa suruh kamu naik? Turun sekarang!"

Lalu, terdengar suara manja dari Willianti. "Tadi sempat terganggu ... sekarang si kucing kecil harus cari Tuan sendiri ...."

Terdengar suara gesekan kain dan suara Marcus yang menahan diri, "Turun."

"Nggak mau ... di sini saja. Dia 'kan buta, nggak akan lihat apa-apa. Justru tambah seru, 'kan?"

Yang menjawabnya adalah suara napas Marcus yang makin memburu.

Di ruangan yang gelap itu, dua bayangan tubuh yang saling melilit, jatuh ke sofa di sisi tempat Ravina berbaring. Air mata Ravina mengalir tanpa suara dari sudut matanya. Dia menggigit bibirnya dalam-dalam, menahan isak yang nyaris meledak dari dadanya.

Di tengah malam yang tidak diketahui seorang pun, Ravina melihat semuanya. Sebelum dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya, hal terakhir yang dilihatnya adalah gelas air di nakas tempat tidur yang kini sudah dingin.

Airnya dingin ... hatinya juga dingin.

'Marcus, aku akan pastikan kamu menghabiskan sisa hidupmu dalam penderitaan.'

Itulah janji yang Ravina ucapkan dalam hati.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 24

    Oscar mengangkat tangan untuk merapikan kerutan di antara alis Ravina dengan lembut. "Kalau begitu, gimana kalau kita tunda dulu pernikahannya? Aku bisa temani kamu pulang ke negara asal untuk lihat kondisi Marcus."Ravina menggeleng pelan. "Nggak perlu. Biarkan aku tetap jadi satu-satunya harapannya. Selama dia masih menaruh harapan padaku, mungkin dia masih bisa bertahan. Tapi kalau aku datang, dia nggak punya penyesalan lagi. Bisa jadi malah saat itulah dia benar-benar melepaskan segalanya."....Setengah bulan kemudian, Ravina dan Oscar mengadakan pernikahan mereka di sebuah kapel tepi laut.Begitu alunan lembut piano menggema, Ravina pun mewujudkan mimpinya. Dia mengenakan gaun pengantin hasil desainnya sendiri dan berjalan perlahan di atas karpet merah menuju pria yang paling dicintainya.Saat Oscar menyematkan cincin di jari manisnya, air matanya tidak bisa lagi ditahan. Setelah bertahun-tahun diam-diam mencintainya, kini semua akhirnya menjadi kenyataan."Ravina, terima kasih s

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 23

    Marcus dan Lowie akhirnya kembali ke negara asal. Namun baru saja keluar dari pesawat, mereka langsung dikepung oleh rombongan media."Pak Marcus, bagaimana tanggapan Anda atas tuduhan dari Nona Willianti bahwa Anda memaksanya melakukan hubungan intim?""Apakah Keluarga Harafi akan menggunakan uang untuk menyelesaikan kasus ini secara damai?""Sebelumnya, Nona Willianti selalu mengaku sebagai tunangan Anda. Apakah alasan belum diadakannya pernikahan adalah karena kembalinya istri sah Anda, Ravina, yang dinyatakan telah meninggal?"Marcus benar-benar kebingungan oleh rentetan pertanyaan yang datang bertubi-tubi. Dia baru pergi ke luar negeri beberapa hari, apa lagi yang dilakukan Willianti sekarang?Marcus segera memerintahkan pengawalnya untuk membuka jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung menghubungi pengacaranya. "Apa yang sebenarnya terjadi selama aku pergi?""Sejak kematian anak itu, kondisi mental Willianti tidak stabil ... kadang sadar, kadang tidak. Kedua orang tuanya datang da

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 22

    Marcus dan Lowie menatap pemandangan di depan mata mereka dengan hati yang tercabik.Mereka telah bersusah payah mencari tahu keberadaan Ravina, bahkan membeli bunga dan datang terburu-buru. Namun, yang mereka lihat adalah pemandangan seperti ini.Marcus langsung berlari menaiki panggung. Dia menatap Ravina dengan tatapan penuh harap."Jangan ... jangan terima lamarannya, ya? Aku tahu aku salah, aku benar-benar salah. Aku sudah benar-benar memutuskan semua dengan Willianti, anak haram itu juga sudah mati.""Sekarang nggak ada lagi yang bisa menghalangi kita. Kita pernah saling mencintai bertahun-tahun, kita punya anak ... tolong ... beri aku satu kesempatan lagi, ya?"Oscar segera berdiri di depan Ravina untuk melindunginya. Dia melayangkan sebuah pukulan keras ke wajah Marcus hingga pria itu terjatuh ke tanah. Oscar kemudian berjongkok dan mencengkeram kerah Marcus dengan penuh amarah."Masih kurang puas sama pukulan yang kemarin, ya? Sekarang Ravina adalah tunanganku. Kalau kamu teru

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 21

    Setelah menunggu selama satu minggu, seluruh hasil penilaian akhirnya diumumkan. Panitia secara resmi mengundang semua peserta untuk menghadiri malam penganugerahan penghargaan.Saat ini, Ravina sedang berdiri di depan cermin sambil merapikan gaun malam yang dia kenakan. Oscar muncul dari belakang dan memakaikan kalung mutiara di lehernya dengan lembut."Indah sekali. Kamu suka?" Oscar mengecup pipinya dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang.Ravina mengangkat tangan, menyentuh butiran mutiara yang memantulkan cahaya alami. Dia lalu berbalik dalam pelukan Oscar, hingga mereka saling berhadapan. "Kamu temani aku malam ini, ya? Siapa tahu aku menang. Aku ingin kamu ada di sisiku."Oscar menghela napas pelan dan memeluknya erat. "Maaf .... Aku juga ingin mendampingimu, tapi hari ini aku ada urusan penting yang nggak bisa ditinggal."Ravina menunduk pelan. "Baiklah, kamu pergi saja."Setelah mobil Ravina menjauh, Oscar dan Mona berdiri di depan rumah. Mona berkata dengan yakin, "Ka

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 20

    Willianti menatap kosong ke arah bayi yang ada dalam pelukannya. Dia bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali anak itu menangis, bahkan lupa kapan terakhir kali memberinya makan.Sepertinya ... dia telah membunuh anak itu dengan tangannya sendiri!Willianti memeluk erat tubuh si kecil yang sudah tak bernyawa. Saat menengadah menatap Marcus dan Lowie, dia malah melihat seberkas rasa puas di wajah mereka.Marcus berdiri sambil menatapnya dari atas, lalu berkata dengan santai, "Mari kita akhiri semuanya. Selain 10 miliar yang sudah kujanjikan sebelumnya, aku akan tambahkan satu unit vila. Tapi mulai sekarang, kamu nggak boleh pernah muncul di hadapanku lagi."Willianti memandangi kedua orang itu dengan kebencian yang mendalam. Dia jatuh serendah ini karena mereka! Yang tersisa dalam hatinya hanyalah dendam.Sepuluh miliar?Bagi orang biasa, 10 miliar memang cukup untuk hidup nyaman seumur hidup. Akan tetapi, gaya hidupnya telah menjadi semakin konsumtif karena dimanjakan Marcus. Mu

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhianatan   Bab 19

    Willianti diam-diam mengeluarkan banyak uang untuk melakukan tes DNA antara anaknya dan Marcus. Setelah itu, dia meminta seorang teman membawakannya perlengkapan siaran langsung.Saat itu, Willianti sedang dalam masa nifas. Wajahnya pucat dan tubuhnya tampak sangat kelelahan, tetapi dia tetap berusaha menampilkan citra diri yang lemah dan menyedihkan.Begitu semua sudah siap, dia mengarahkan kamera ke wajahnya yang membengkak dan pucat. Dengan tangan bergetar, dia mengangkat hasil tes DNA ke depan kamera, lalu mulai berbicara dengan air mata yang terus mengalir."Teman-teman, saya adalah Willianti, tunangan dari Marcus, CEO Perusahaan Hope. Siaran langsung hari ini saya lakukan demi mencari keadilan untuk anak kami."Dia mengangkat bayi yang masih terbungkus selimut ke depan kamera dan berkata dengan suara tercekat, "Anak ini bahkan belum berusia satu minggu, tapi ayahnya sudah menolak mengakuinya. Ini adalah hasil tes DNA antara Marcus dan anak ini, tingkat kecocokan 99,99%.""Dulu, d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status