Deven mengambil cangkir teh itu, lalu menyesapnya dan tersenyum tipis. "Aku datang karena ada proyek sekaligus melihatmu masih hidup atau nggak. Jangan kira aku punya maksud lain."Kesedihan mendalam seketika menyelimuti hati Kyra, membuatnya kesulitan bernapas. Jantungnya seolah-olah disayat pisau, terasa sakit hingga sekujur tubuhnya gemetaran.Ternyata, Deven meninggalkan Irish demi proyek dan keuntungan perusahaan, bukan karena peduli pada dirinya. Kyra menunduk dengan kecewa, bahkan sudah lupa untuk meneteskan air mata.Apa gunanya mengungkapkan semua keluhan yang terpendam di hati? Apa gunanya menyerahkan segenap hatinya untuk Deven? Pada akhirnya, pria ini hanya menginjaknya hingga hancur berkeping-keping."Bagaimanapun, kamu istri sahku. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memakamkanmu," ujar Deven.Deven bertanggung jawab untuk memakamkannya, tetapi tidak bertanggung jawab untuk melindunginya? Kyra mengambil teko, menuangkan teh untuk diri sendiri. Tangannya menggenggam erat
Deven menatap wanita di bawahnya. Wajah Kyra tersipu, bibirnya ranum. Kulit Kyra yang halus membuat Deven tidak bisa menahan diri lagi. Saat ini, cinta dan benci seketika terlupakan. Deven hanya ingin bersetubuh dengan Kyra.Tangan besar Deven menopang belakang kepala Kyra, mereka memulai ciuman panas. Asal tahu saja, Deven sudah tidak pernah berhubungan intim sejak setahun lalu. Perasaan familier ini membuatnya kehilangan akal sehatnya.Ciuman menjadi makin kasar, seolah-olah Deven ingin menghancurkan Kyra dengan ciumannya. Sementara itu, Kyra tidak tahan lagi dengan sentuhan Deven.Sebelum Nelson mengalami musibah, kesenangan Kyra dengan Deven adalah berhubungan intim di ranjang. Kini, Kyra tidak menginginkan apa pun lagi. Dia hanya ingin larut dalam hasrat bersama pria ini dan memiliki satu sama lain untuk waktu singkat.Setahun ini, Kyra benar-benar lelah. Kegetiran dan keluhan dalam hati seketika sirna. Dia sungguh mencintai Deven. Asalkan pria ini bersedia mengalah sedikit, Kyra
Kyra merasa keheranan. Dia menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Deven, tetapi malah disebut rendahan? Air mata berlinang saat bertanya, "Jadi, kamu menciumku barusan hanya untuk mempermalukanku?"Deven termangu melihat Kyra menangis. Tentu saja tidak, dia benar-benar menginginkan Kyra tadi. Namun, respons Kyra seketika membuatnya mengurungkan niat.Deven teringat pada ibunya yang tergeletak tidak berdaya di lantai dengan dada bercucuran darah. Saat itu, ibunya menggeleng kepada dirinya yang bersembunyi di bawah ranjang untuk menyuruhnya tidak bersuara.Sepatu kulit hitam itu menendang ibunya dengan kuat, sampai-sampai ibunya memuntahkan darah. Kebencian dan akal sehat melahap perasaan iba yang tersisa dalam hati Deven. Dia pun mengejek, "Jadi, kamu berharap karena cinta?"Menurut Deven, Kyra terlalu licik sehingga sulit untuk membedakan kebenaran dan kebohongan. Dia juga tidak boleh luluh terhadap putri dari musuhnya.Deven terus memperingatkan diri untuk tidak menyentuh Kyra. D
Setelah keluar dari hotel, Kyra pergi ke apotek untuk mencari obat. Jalanan kosong melompong karena sudah jam 3 dini hari.Angin dingin yang menusuk berembus kuat, membuat Kyra kesulitan untuk bernapas. Setelah tiba di apotek yang terlihat agak tua, Kyra berkata, "Halo, aku mau beli obat."Ketika Kyra menjelaskan obat yang dibutuhkannya, bos wanita itu sontak menatapnya dengan heran. Dia melambaikan tangan sembari membalas, "Obat macam apa itu? Aku nggak jual, kamu pergi ke apotek lain saja."Kyra menemukan apotek lain dengan bantuan navigasi, tetapi jaraknya sangat jauh dari sini. Dia pun berencana naik taksi, tetapi mana mungkin ada taksi di jam segini.Pada akhirnya, Kyra memilih untuk berjalan kaki. Dia telah mendatangi 3 apotek, tetapi tidak ada yang menjual obat penawar seperti itu.Di apotek keempat, Kyra akhirnya menemukan obat penawar yang sesuai. Kemudian, dia kembali ke hotel dengan berjalan kaki.Begitu pintu kamar suite dibuka, Kyra mendengar suara pengering rambut. Suhu k
Jelas-jelas Kyra tidak melakukan apa-apa, tetapi dia malah dituduh oleh Deven. Kyra mengambil gelas di meja, lalu berteriak, "Iya, memang aku yang memberimu obat! Aku melakukan semuanya karena cemburu dengan Irish. Deven, apa kamu puas dengan jawaban ini?"Kyra merasa dirinya gila karena mengkhawatirkan Deven malam-malam begini. Kyra bahkan pergi membeli obat dan memanaskan air untuk Deven. Kyra merasa seperti wanita rendahan, dia memang salah.Kyra membanting gelas hingga pecahan gelas berserakan di lantai. Air hangat memercik ke jubah mandi Deven. Kyra kembali ke kamarnya, lalu menelungkup di tempat tidur sambil menangis. Kenapa semua yang dilakukannya salah? Deven tidak pernah mengindahkan kebaikan dan perhatian Kyra. Setelah membeli tiket pulang untuk besok, Kyra pun tertidur.Kyra bermimpi dia bermain ayunan di kediaman Keluarga Scott. Dia berteriak saat ayunannya tiba-tiba didorong dengan kuat. Kyra berbalik dan melihat Deven yang sedang mendorongnya. Kemudian, Deven memeluk ping
Tubuh Deven menegang. Kemudian, dia berusaha menenangkan dirinya. Deven berbalik dan melihat Kyra yang memejamkan mata sembari mengernyit. Kyra juga terus mengigau. Sebelum Nelson mengidap Alzheimer, Kyra meminta Deven untuk tidak meninggalkannya. Pada saat itu, Deven masih bisa membohongi dirinya sendiri.Namun, sekarang Grup Scott sudah jatuh ke tangan Deven dan ayah Kyra adalah pembunuh kedua orang tua Deven. Seharusnya, Deven dan Kyra tidak boleh bersama karena masalah di antara mereka tidak bisa diselesaikan.Deven yang merasa kalut melepaskan jari-jari tangan Kyra yang menggenggam tangannya. Dia pergi tanpa ragu sedikit pun. Pintu kamar ditutup.Kyra menggeleng, lalu berkata seraya menangis, "Hidupku nggak lama lagi ... aku mengidap kanker hati stadium akhir ... Deven ...."Kyra membuka matanya. Kamar tidur sangat gelap. Kyra menyalakan lampu. Bantalnya sudah dibasahi air mata. Tadi, Kyra bermimpi dirinya bermain ayunan di taman kediaman Keluarga Scott. Namun, tali ayunan tiba-ti
Seharusnya, Deven tidak mencurigai wanita sebaik Irish. Deven menghapus pesan yang sudah diketiknya, lalu mematikan ponselnya. Dia tampak lelah. Deven menghabiskan anggur di dalam gelasnya sambil mengingatkan diri sendiri, 'Deven, kamu hanya terbiasa mengasihani Kyra. Setelah kamu terbiasa menyiksa Kyra, semuanya pasti akan menjadi lebih mudah.'Begitu turun dari pesawat, Alex sudah menunggu Deven. Dia menghampiri Deven, lalu melapor, "Pak Deven, penyelidikanku sudah membuahkan hasil.""Siapa pelakunya?" tanya Deven sambil berjalan.Alex menjawab, "Bu Irish memberi kabar kepada awak media yang mengerumuni Bu Kyra malam itu."....Kyra sama sekali tidak bisa tidur malam itu. Kualitas tidurnya makin buruk. Kyra memandangi salju yang turun dan gunung yang berada di kejauhan. Dia juga melihat bangunan yang tinggi dan langit yang perlahan menjadi terang. Pada pagi hari, akhirnya badai salju pun mereda.Kyra menunggu sampai pukul 9 pagi. Dia baru menelepon Alex, lalu Alex memberi tahu Kyra l
Pria itu berambut cepak dan berpakaian kasual. Dia memegang pena dan buku. Pria ini adalah polisi yang membubarkan sekelompok reporter di depan gedung Grup Scott waktu itu. Dia juga pernah memberi salep kepada Kyra.Polisi itu tersenyum. Dia tampak elegan saat berbicara, "Kasus Alba belum selesai. Aku baru pulang setelah menyelesaikannya.""Apa Alba pernah menjadi suster di Rumah Sakit Umum Kota Arendalle?" tanya Kyra.Polisi itu mengangguk, lalu menjawab, "Di data Alba memang tertulis seperti itu. Tapi, dia sudah mengundurkan diri 3 hari yang lalu."Kyra merasa aneh. Dia menanggapi seraya mengernyit, "Fasilitas di tempat kerjanya begitu bagus. Banyak orang yang ingin bekerja di rumah sakit itu, tapi nggak berhasil. Kenapa dia malah mengundurkan diri?"Polisi menjelaskan, "Dari hasil penyelidikan kami, Alba menderita depresi semasa hidupnya. Kali ini, seharusnya dia datang ke Desa Triron untuk bunuh diri setelah meninggalkan pekerjaannya."Kyra menggeleng dan menimpali, "Aku pernah ber