Setelah keluar dari hotel, Kyra pergi ke apotek untuk mencari obat. Jalanan kosong melompong karena sudah jam 3 dini hari.Angin dingin yang menusuk berembus kuat, membuat Kyra kesulitan untuk bernapas. Setelah tiba di apotek yang terlihat agak tua, Kyra berkata, "Halo, aku mau beli obat."Ketika Kyra menjelaskan obat yang dibutuhkannya, bos wanita itu sontak menatapnya dengan heran. Dia melambaikan tangan sembari membalas, "Obat macam apa itu? Aku nggak jual, kamu pergi ke apotek lain saja."Kyra menemukan apotek lain dengan bantuan navigasi, tetapi jaraknya sangat jauh dari sini. Dia pun berencana naik taksi, tetapi mana mungkin ada taksi di jam segini.Pada akhirnya, Kyra memilih untuk berjalan kaki. Dia telah mendatangi 3 apotek, tetapi tidak ada yang menjual obat penawar seperti itu.Di apotek keempat, Kyra akhirnya menemukan obat penawar yang sesuai. Kemudian, dia kembali ke hotel dengan berjalan kaki.Begitu pintu kamar suite dibuka, Kyra mendengar suara pengering rambut. Suhu k
Jelas-jelas Kyra tidak melakukan apa-apa, tetapi dia malah dituduh oleh Deven. Kyra mengambil gelas di meja, lalu berteriak, "Iya, memang aku yang memberimu obat! Aku melakukan semuanya karena cemburu dengan Irish. Deven, apa kamu puas dengan jawaban ini?"Kyra merasa dirinya gila karena mengkhawatirkan Deven malam-malam begini. Kyra bahkan pergi membeli obat dan memanaskan air untuk Deven. Kyra merasa seperti wanita rendahan, dia memang salah.Kyra membanting gelas hingga pecahan gelas berserakan di lantai. Air hangat memercik ke jubah mandi Deven. Kyra kembali ke kamarnya, lalu menelungkup di tempat tidur sambil menangis. Kenapa semua yang dilakukannya salah? Deven tidak pernah mengindahkan kebaikan dan perhatian Kyra. Setelah membeli tiket pulang untuk besok, Kyra pun tertidur.Kyra bermimpi dia bermain ayunan di kediaman Keluarga Scott. Dia berteriak saat ayunannya tiba-tiba didorong dengan kuat. Kyra berbalik dan melihat Deven yang sedang mendorongnya. Kemudian, Deven memeluk ping
Tubuh Deven menegang. Kemudian, dia berusaha menenangkan dirinya. Deven berbalik dan melihat Kyra yang memejamkan mata sembari mengernyit. Kyra juga terus mengigau. Sebelum Nelson mengidap Alzheimer, Kyra meminta Deven untuk tidak meninggalkannya. Pada saat itu, Deven masih bisa membohongi dirinya sendiri.Namun, sekarang Grup Scott sudah jatuh ke tangan Deven dan ayah Kyra adalah pembunuh kedua orang tua Deven. Seharusnya, Deven dan Kyra tidak boleh bersama karena masalah di antara mereka tidak bisa diselesaikan.Deven yang merasa kalut melepaskan jari-jari tangan Kyra yang menggenggam tangannya. Dia pergi tanpa ragu sedikit pun. Pintu kamar ditutup.Kyra menggeleng, lalu berkata seraya menangis, "Hidupku nggak lama lagi ... aku mengidap kanker hati stadium akhir ... Deven ...."Kyra membuka matanya. Kamar tidur sangat gelap. Kyra menyalakan lampu. Bantalnya sudah dibasahi air mata. Tadi, Kyra bermimpi dirinya bermain ayunan di taman kediaman Keluarga Scott. Namun, tali ayunan tiba-ti
Seharusnya, Deven tidak mencurigai wanita sebaik Irish. Deven menghapus pesan yang sudah diketiknya, lalu mematikan ponselnya. Dia tampak lelah. Deven menghabiskan anggur di dalam gelasnya sambil mengingatkan diri sendiri, 'Deven, kamu hanya terbiasa mengasihani Kyra. Setelah kamu terbiasa menyiksa Kyra, semuanya pasti akan menjadi lebih mudah.'Begitu turun dari pesawat, Alex sudah menunggu Deven. Dia menghampiri Deven, lalu melapor, "Pak Deven, penyelidikanku sudah membuahkan hasil.""Siapa pelakunya?" tanya Deven sambil berjalan.Alex menjawab, "Bu Irish memberi kabar kepada awak media yang mengerumuni Bu Kyra malam itu."....Kyra sama sekali tidak bisa tidur malam itu. Kualitas tidurnya makin buruk. Kyra memandangi salju yang turun dan gunung yang berada di kejauhan. Dia juga melihat bangunan yang tinggi dan langit yang perlahan menjadi terang. Pada pagi hari, akhirnya badai salju pun mereda.Kyra menunggu sampai pukul 9 pagi. Dia baru menelepon Alex, lalu Alex memberi tahu Kyra l
Pria itu berambut cepak dan berpakaian kasual. Dia memegang pena dan buku. Pria ini adalah polisi yang membubarkan sekelompok reporter di depan gedung Grup Scott waktu itu. Dia juga pernah memberi salep kepada Kyra.Polisi itu tersenyum. Dia tampak elegan saat berbicara, "Kasus Alba belum selesai. Aku baru pulang setelah menyelesaikannya.""Apa Alba pernah menjadi suster di Rumah Sakit Umum Kota Arendalle?" tanya Kyra.Polisi itu mengangguk, lalu menjawab, "Di data Alba memang tertulis seperti itu. Tapi, dia sudah mengundurkan diri 3 hari yang lalu."Kyra merasa aneh. Dia menanggapi seraya mengernyit, "Fasilitas di tempat kerjanya begitu bagus. Banyak orang yang ingin bekerja di rumah sakit itu, tapi nggak berhasil. Kenapa dia malah mengundurkan diri?"Polisi menjelaskan, "Dari hasil penyelidikan kami, Alba menderita depresi semasa hidupnya. Kali ini, seharusnya dia datang ke Desa Triron untuk bunuh diri setelah meninggalkan pekerjaannya."Kyra menggeleng dan menimpali, "Aku pernah ber
Irish memandang Mia dan berkata sembari berlinang air mata, "Bibi Mia, bukannya dulu kamu pernah bilang kamu itu ibu angkatku dan Paman Nelson itu ayah angkatku? Sekarang, Ayah Angkat baru dioperasi. Sebagai anak angkat, apa salahnya kalau aku membeli buah dan bunga untuk menjenguk Ayah Angkat?"Sebenarnya, Mia bukan orang yang temperamental. Namun, Irish sudah menggoda Deven dan merusak pernikahan Kyra. Melihat wajah Irish yang menjijikkan, Mia langsung menampar Irish dan menegur, "Menantuku nggak ada di sini! Untuk apa kamu berpura-pura? Kamu itu wanita yang licik, nggak usah berlagak di depanku! Bawa barangmu dan pergi dari sini!"Irish menimpali, "Ibu Angkat, dulu kamu nggak begini. Apa salahku? Kalau aku berbuat salah, kamu harus memberitahuku. Aku dan Deven nggak punya hubungan apa-apa. Dia hanya kakak iparku. Aku juga membujuk Deven untuk menjaga pernikahannya dengan Kyra. Tolong beri aku waktu lagi untuk membujuk Deven. Boleh, nggak?"Irish menutup wajahnya seraya menangis ters
Kyra histeris. Dia menarik pakaian Irish dan menyeretnya ke samping kolam air mancur di rumah sakit. Kulit lembut Irish sontak bergesekan dengan lantai hingga terkelupas."Kyra, kamu gila ya? Lepaskan aku, cepat lepaskan aku!" seru Irish. Dia terus berusaha memberi perlawanan. Ini adalah kali pertama dia menyadari betapa kuatnya Kyra. Dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.Sebelum Irish bisa bereaksi, Kyra telah meraih rambut keritingnya dan mendorongnya ke dalam kolam air mancur. Air keruh di sana terus masuk ke dalam mulut dan hidung Irish.Wanita itu melawan sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Ketika Irish hampir sesak, Kyra baru menariknya dan berucap sambil tersenyum sinis, "Menyenangkan, 'kan? Asyik nggak? Kalau nggak tunjukkan kehebatanku, kamu kira aku gampang ditindas, 'kan?"Irish membalas, "Kyra, aku bakal kasih tahu Deven. Aku ...."Kata-kata ini membuat Kyra murka. Begitu mendengar nama Deven, dia teringat bagaimana pria itu menolak minum obat yang dibelinya dan bahkan ber
"Cepat minta maaf!" pinta Deven dengan nada dingin.Kyra langsung tersenyum pahit. Deven ternyata begitu pilih kasih? Segera setelah itu, Kyra bertanya, "Kamu bahkan nggak tanya apa yang terjadi dulu?""Salah, ya salah. Kenapa kamu masih membela diri? Kyra, cepat minta maaf. Aku nggak mau ulangi lagi!" tegas Deven.Pria itu melepas jasnya dan meletakkannya di bahu Irish. Wanita itu menyelinap ke dalam pelukan Deven seraya berucap, "Terima kasih, Deven."Kyra lagi-lagi tersenyum pahit. Suaminya pernah berjanji bahwa pakaiannya tidak akan pernah dikenakan oleh wanita lain selain Kyra. Sebab, Kyra tidak suka mencium aroma wanita lain pada pakaian pria itu. Deven jelas sudah menyetujuinya. Namun ternyata, janji pria hanyalah kebohongan belaka. Kyra sendiri yang terlalu naif. Dia telah memercayai kebohongan itu."Maunya disuruh ibumu? Oke, aku bakal turuti keinginanmu." Usai berkata demikian, Deven mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Mia.Ketika hendak menelepon, Kyra menatapnya seraya