BAB 26"Dokter, kau sekarang melamun." Lagi memberi pukulan, Arra sungguh gemas dengan Andrew yang sejak tadi bertingkah aneh dan menyebalkan. Entah sejak kapan, tapi sebelumnya pria ini tidak begitu. Lupakan kebodohan Andrew saat masuk kamar Arra dan melihatnya telanjang. "Oh astagaa ... Aku tidak melamun, Arra." Mengusap lengan yang tadi dipukul Arra. Sungguh! Mulai sekarang, Andrew harus mempekerjakan orang baru yang ahli mengurut badan di rumah. Bisa kaku urat dan otot-otot lengannya kalau Arra terus-terusan memukulnya seperti ini. "Kau melamun tadi," kekeh Arra. Jelas-jelas dia melihat Andrew tersenyum, meskipun samar dan singkat, tapi Arra melihatnya sekilas. "Iya, Arra sayang, aku melamun. Maaf ya." Lagi dan lagi, Andrew seolah menjadi si pembuat onar yang setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyalah permintaan maaf akibat perbuatannya. 'Sayang? Dia memanggil sayang?' Arra memerah wajahnya. Namun karena tak ingin ketahuan oleh pria itu, Arra buru-buru berbalik dan menepu
Bab 25Sigap, sang dokter tampan berusaha menangkap tubuh Arra yang hampir terjatuh. Tapi respon cepatnya justru tak memperkirakan keseimbangannya sendiri. Alhasil keduanya jatuh dengan Arra yang menimpa tubuh Dokter Andrew.“Kau tidak apa-apa?” khawatir Andrew, matanya menatap Arra yang berada tepat di atasnya. 'Astaga, pose apa ini? dan kenapa pula jantungku jadi berisik? semoga Arra tidak mendengarnya.' Bukannya menjawab, Arra justru jadi salah tingkah. Langsung dia bangkit dan membelakangi sang dokter.‘Aataga! Bodohnya ... Kenapa aku bisa menimpa dia?!’ Arra menyesali kecerobohannya sendiri.“Arra, kau tidak apa-apa kan?” Sekarang Andrew sudah berdiri tepat di belakang Arra. Dia sungguh-sungguh khawatir dengan wanita itu. Maksud hati ingin membuat Arra bahagia, malah terjadi kecelakaan seperti ini.“Perutmu sakit? Atau ada bagian lain yang sakit?” tanya Andrew lagi.Namun Arra masih malu. Kecelakaan tadi sungguh membuat dia salah tingkah, menimpa tubuh Andrew yang artinya dada
BAB 24“Lalu apakah harus menginap di rumah sakit atau?” Andrew memandang dokter spesialis kandungan yang ada di hadapannya.Tersenyum, dokter itu menggeleng. “Tidak perlu. Bawa dia ke tempat yang bisa membuatnya tenang dan nyaman.”Andrew mengangguk.“Yang paling penting, jangan sampai dia stres berlebihan,” lanjut dokter itu.Andrew jadi bingung harus membawa Arra kemana sekarang. Tempat paling aman adalah rumahnya tapi kemungkinan untuk Eiden kembali muncul sangat besar, sebab belum ada kabar pasti apakah pria arogan itu sudah meninggalkan desa werdho atau belum.Mondar mandir Andrew di kamar rawat menunggu Arra siuman, sembari otaknya memikirkan tempat yang cocok untuk wanita itu bermalam. Dan tak berapa lama, Arra membuka matanya.“Dokter Andrew ...,” ucapnya lirih.“Arra ... Akhirnya sudah sadar.” Andrew mendekat.“Aku_” Belum selesai Arra bicara, Andrew meletakkan telunjuknya di depan bibir wanita itu.“Sesuai janjiku, kau aman bersamaku. Jangan takut.”“Lalu dia?” Maksud Arrr
BAB 23 "Fuck! Kau menipuku." Eiden berteriak, sudah dari tadi dia kesal dan tak menemukan pelampiasan, sekarang dia merasa mendapatkan samsak bernyawa untuk melampiaskan emosi. Plak ... Tamparan keras Eiden berikan di pipi kiri wanita itu. Hardy yang melihat itu seketika menyemburkan es krim yang baru masuk ke mulutnya. 'Dasar lonte! Pantas saja dari tadi dia menolak untuk melepas maskernya.' Eiden tak memedulikan gigi wanita itu yang copot satu. "T-tuan ... Ampuni saya! Saya tak tahu bahwa anda adalah Tuan Eiden." Wanita itu menangis, kalau saja dia tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah pemimpin D'trask, dia tak akan berani bermain-main dengannya. 'Sungguh sial! Aku pikir dia pria miskin tampan, aku tidak mengenalinya karena memakai masker,' ratap wanita itu. Namun tangisan wanita itu sama sekali tak membuat Eiden iba, pria itu justru mengabaikannya. Memberi tamparan sampai gigi wanita itu copot satu, adalah hukuman yang setimpal. Eiden bukan laki-laki pengecut yang suka be
Bab 22 "Kau bercanda? Aku sedang mengejar Arra sekarang!" Eiden berteriak, marah. "Kalau hanya mirip, tidak usah lapor. Buang-buang waktu!" tambahnya dengan nada dingin, dia lalu mematikan telepon itu secara sepihak. Bisa gila dia kalau semua orang yang berbeda tempat melapor bahwa mereka melihat Arra. Ditambah lagi aroma di mobil membuatnya serasa ingin muntah. Eiden menutup hidung sembari tangan satunya mencari-cari masker. Hardy melirik lewat kaca spion. Bossnya sungguh sudah berubah, Hardy seperti tidak bisa mengenali. Bajunya lusuh seperti tak pernah disetrika, wajahnya kusut seperti tidak menyentuh air berhari-hari. 'Kasihan sekali Tuan Eiden, dia seperti boss muda yang stres karena kena tipu triliunan dolar.' "Kau! Lihatlah jalan di depan kosong, kenapa kau malah bergerak seperti keong?" Eiden menyadari bahwa asistennya sejak tadi memperhatikannya. "M
BAB 21"Kau yakin?" "Yakin, Tuan. Tapi ...." "Kalau begitu, kejar dia. Kenapa kau malah meneleponku?!" Suara Eiden meninggi, bahkan dia tak memberi Hardy kesempatan untuk melanjutkan ucapannya. Sungguh kesal pria itu dengan tingkah asistennya, bisa-bisanya dia melapor di saat seharusnya dia langsung ambil tindakan. "Maaf, Tuan. Tapi anda sendiri yang bilang agar saya tidak perlu membawa mobil, jadi saya sekarang tidak punya kendaraan untuk mengejar." "Shit! Bodoh! Arkh ...." Kesal, Eiden mengepalkan tangannya dan memukul udara. 'Siapa yang bodoh, Tuan? Tentu bukan saya.' ingin rasanya Hardy menjawab. "Kau tunggu aku! Jangan sampai dia hilang dari pandanganmu." Eiden menutup sambungan teleponnya. "T-tapi, Tuan ...." Hardy ingin mengatakan bahwa wanita itu naik ker
Bab 20 “Mungkin saja ‘kan? Memangnya kau tidak mau punya anak?” Andrew membuang muka, menutupi bahwa dia sedang sangat gugup sekarang. “Hahaha ....” Tertawa si penguasa arogan itu. “Menyusahkan, aku tidak mau kehidupan dan pekerjaanku terganggu karenanya,” lanjut Eiden dingin. Sedikitpun dia memang tak pernah berpikir untuk punya anak, bahkan merencanakannya saja tidak. Bukan apa-apa, mengingat status dan pekerjaannya terlalu beresiko kalau dia sampai punya anak. Para musuh pasti akan menjadikan anaknya sebagai sasaran. Namun jawaban Eiden barusan, justru menarik anggapan buruk di kepala Andrew. ‘Biadab! Pantas saja kau ingin melenyapkan Arra dan bayinya!’ geram Andrew. Pria itu mengepalkan tangannya. Sekarang dia mengerti kenapa Arra sampai pingsan karena ketakutan saat tahu Eiden datang ke rumahnya. Tak tahan lagi meladeni temannya yang teramat kejam itu, Andrew bangkit. “Aku sudah jelaskan s
BAB 19"Ck! Mau apa lagi dia?!" Mau tak mau, Andrew menghentikan mobilnya. Beruntung kaca mobilnya gelap, jadi orang luar tak bisa mengintip ke dalam siapa saja penumpangnya. Andrew lantas menurunkan separuh kaca dan melongo keluar. "Tuan Eiden, anda belum pulang rupanya. Apa ada yang bisa saya bantu?" Andrew tersenyum. 'Cih! masih saja berpura-pura.'Eiden menundukkan kepalanya agar sejajar dengan Andrew, "Aku tidak akan pulang sebelum urusanku di sini selesai." Ketus dan dingin dia bicara. "Ya, itu terserah padamu. Maaf ... Tapi saya sedang buru-buru." Andrew tak punya banyak waktu untuk meladeni Eiden. Sekarang, dia hanya ingin segera sampai ke rumah sakit agar Arra lekas ditangani."Berhenti berbicara formal denganku!" Eiden berteriak. Tangannya bahkan memukul bagian atas body mobil Eiden. Andrew terkejut, tapi pria itu sangat pintar menutupi keterkejutannya. Alih-alih takut melihat kemarahan Eiden, pria itu justru melirik ke belakang lewat kaca spion, melihat Arra sudah sada
BAB 18Setengah jam yang lalu, Eiden beserta empat anak buahnya keluar dari gerbang besar yang tak lain adalah kediaman keluarga Storm. Kendati Andrew Storm sudah tak memiliki orang tua, tapi tak ada satupun orang berani menyinggungnya. Dia memiliki pengaruh besar untuk kehidupan orang-orang di Amareka, sebab selain memiliki harta dan kekuasaan, dia memiliki bakat yang jarang dimiliki orang lain. Keahliannya dalam mengobati orang sakit bahkan yang kritis sekalipun, sudah tak perlu diragukan lagi. Itulah sebabnya hampir semua kalangan tak ada yang berani mencari masalah dengannya. Dan rupanya hal itu juga berlaku untuk Eiden, sang penguasa kota yang merupakan pimpinan D'trask. "Brengsek! Sialan! Apa dia sudah lupa, siapa yang melindunginya saat dulu masih sekolah?!" Eiden memaki Andrew. Sesungguhnya, Eiden dan Andrew adalah teman saat masih SMA. Bahkan setelah lulus pun, mereka berada dalam satu kapal, satu frekuensi bahkan satu line dalam dunia permafiaan. Keduanya adalah anggota