Share

Penguasa Dibalik Bayangan
Penguasa Dibalik Bayangan
Author: FIDÉLITÉ

Ch 1. Kehilangan

Author: FIDÉLITÉ
last update Huling Na-update: 2022-10-05 19:01:52

---DISCLAIMER---

Semua Tokoh, Lokasi, dan Kejadian yang ada di dalam cerita ini hanyalah fiksi dan tidak berhubungan sama sekali dengan dunia nyata.

Have Fun :)

BAB 1

“Ayah, Ayah!”

Di tengah jalan raya, di samping mobil yang sudah hancur remuk, seorang laki-laki berteriak sambil menekan luka pada bagian perut seorang laki-laki paruh baya di depannya dengan kedua tangannya.

Pria tua yang terbaring di jalanan itu meringis kesakitan. Dengan tangan bersimbah darah, dia memegang tangan laki-laki tersebut dan mulai berbicara dengan suara yang serak.

“Cukup Di!. Simpan tenagamu, tidak ada gunanya!”

“Maafkan Ardi, Yah. Seharusnya Ardi mendengarkan kata-kata Ayah sejak awal!”

Ardi yang merasa tidak rela harus kehilangan Ayahnya seperti ini, hanya bisa meminta maaf terus menerus. Air matanya mengucur deras. Yang bisa dilakukannya hanyalah menekan perut ayahnya yang terluka parah sekuat tenaga.

“Ingat Di!. Jangan pernah menaruh kepercayaanmu kepada orang lain sepenuhnya,” Angin malam yang dingin tampak membuat pria tua itu mengigil dan tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Tidak berselang lama, sebuah mobil SUV hitam datang. Beberapa pria bersetelan hitam turun dari mobil tersebut dan berlari menghampiri Ardi dan ayahnya.

“Tuan,” ujar salah satu pria tersebut yang langsung berlutut di samping Ardi. Orang itu tampak kebingungan harus melakukan apa.

“Hold this!”

Ardi memerintahkan pria yang berlutut tersebut untuk menggantikannya menahan luka Sang Ayah sekuat mungkin. “Ambulans akan segera datang, jaga Ayah terus dan laporkan keadaannya, apapun yang terjadi!”

Dia lalu bangkit berdiri, “Tenang saja Dad. Aku tidak akan melepaskan orang yang sudah merencanakan ini semua,” ucapnya sebelum berjalan pergi dari tempat dia berdiri sekarang ini.

Dia juga sempat menyeka air matanya sebelum masuk ke dalam mobilnya. Dia juga sempat melirik ke belakang, sebelum menutup pintu dan pergi meninggalkan Ayahnya bersama para bodyguardnya.

Tanpa berpikir panjang, karena emosi yang menguasai dirinya. Dia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil berusaha menelepon seseorang. Dalam pikirannya sekarang hanyalah satu, menghabisi orang yang sudah menyebabkan Ayahnya kecelakaan. Dan dia sudah tahu siapa orang tersebut.

“Di mana kalian?!” karena emosi, nada suaranya terdengar seperti sedang membentak lawan bicaranya.

“...”

Setelah mendapatkan sebuah alamat, dia langsung menutup telepon; menginjak gas sedalam mungkin dan bermanuver dengan cukup berbahaya di tengah jalanan yang agak ramai.

Setibanya di basemen apartemen yang dia tuju, kedua orang teman Ardi, Jeremy dan Devan sudah menunggunya di depan pintu masuk menuju area lift.

Keluar dari dalam mobil. Dia berjalan ke bagian belakang mobilnya untuk mengambil tongkat golf yang selalu ada dalam bagasi mobilnya.

Pikirannya sekarang sudah tidak karuan. Dia sudah tidak peduli lagi jika hari ini akan masuk kantor polisi atau ada media akan meliput dirinya, dan memasang wajahnya di halaman paling depan esoknya.

“Orang itu tidak lari kemana-mana kan?” Dia bertanya kepada Devan dan juga Jeremy.

Sebab semenjak sehari yang lalu, dia menugaskan keduanya untuk mengawasi Mr. Salim; orang yang sudah dia curigai mempunyai rencana busuk terhadap keluarganya dan juga perusahaan ayahnya.

“Tidak sih, tapi lu yakin mau melakukan ini? Ini ilegal loh.” Jeremy sempat memperingatkannya, namun dia tersenyum sinis.

Sedari awal dia memang sudah merencanakan semuanya dengan sempurna, termasuk memasang bypass di server bagian keamanan apartemen tempat dia berada sekarang.

Sehingga kapan pun dia harus keluar masuk tanpa ketahuan, dia bisa melakukannya tanpa terlalu banyak berpikir. Hanya dengan menekan satu tombol kecil, maka CCTV yang ada akan menampilkan playback kejadian sejam yang lalu.

Ding Dong....

Ardi menekan tombol bel unit 3006. Dia mengulangnya hingga beberapa kali karena begitu emosi. Dirinya sudah tidak sabar menghajar orang yang sudah mengkhianati dan mencelakai ayahnya.

Begitu pintu baru terbuka sedikit saja, dia memanfaatkan celah itu dengan menendang pintu tersebut hingga membuat hidung Mr. Salim mengeluarkan darah layaknya orang mimisan.

“Wowowo, tahan sebentar.” Devan berdiri di antara Ardi dan Mr. Salim. “Lu ngak bilang kalau kita akan menyiksa dia,”

“Si brengsek ini sudah mencelakai ayah gue, dan lu masih berharap gue kasih dia keringanan? Minggir!” Ardi mendorong Devan ke arah samping.

Tanpa memedulikan apa yang akan terjadi atau jebakan yang mungkin di siapkan oleh Mr. Salim. Dia meraih kerah baju Mr. Salim, memaksanya berdiri, lalu menyikut lehernya sambil mendorongnya hingga membanting orang ini ke tembok di belakangnya.

Tatapannya begitu beringas. Sambil mencekik, dia membayangkan menghajar Mr. Salim dalam kepalanya saat ini.

“Pl ... Please,” Mr. Salim yang tampak sudah mulai kehabisan nafas. Memohon sambil menepuk-nepuk lengan Ardi.

Walau sebenarnya ingin sekali membunuh Mr. Salim, Ardi tetap berusaha mengendalikan dirinya. Dia melepas tangannya dari leher Mr. Salim, membuat orang ini terjatuh berlutut di depannya.

“Sungguh menakjubkan,” kata Ardi. “Sekarang kau bisa minta tolong ya di momen seperti ini? Kemana orang yang berani mengancam akan membunuhku 2 hari yang lalu?” Ardi tertawa sinis sambil berjalan menuju sofa terdekat yang ada di ruang tengah.

“I— Itu semua cuma perintah. K— Kau tahu sendiri kan bagaimana para tetua sangat menginginkan perusahaan ayahmu.” Mr. Salim tampak ketakutan. Dia bahkan sampai berbicara dengan gelagapan.

Maklum saja. Sebab sangat jarang Ardi menunjukkan sisi monsternya seperti sekarang ini di depan orang lain.

“Ah, begitu? Rupanya kalian tidak ada takut-takutnya setelah di ancam dengan baik-baik waktu itu?” Ardi menghela nafas sambil mengelus keningnya dengan tangan kirinya. “Begini saja, bagaimana kalau kau kasih saya nama bosmu,”

Mimik wajah Mr. Salim yang awalnya terlihat takut tiba-tiba berubah menjadi lebih santai. Bahkan sampai berani tersenyum sinis, seolah sedang meremehkan Ardi.

“Nama?” Mr. Salim sempat meludah ke lantai. “Tidak akan pernah! Lebih baik mati di tangan mereka dari pada harus berkhianat!”

“Begitu? Baiklah.” Ardi mengeluarkan handphone-nya dan berlagak seperti akan menelepon seseorang. “Mari kita lihat apa yang terjadi ke keluarga yang sangat kau cintai itu. Darah di balas dengan darah, sudah tidak asing lagi kan dengan ungkapan itu?” Dia melanjutkan sambil tersenyum jahat kepada Mr. Salim.

“WAIT!” Mr. Salim berseru dengan nyaring. “O— Oke, tapi tolong lepaskan keluargaku dari ini semua.”

“Well. Tergantung dari seberapa berharganya informasi yang kau berikan.” Ardi mengangkat kedua bahunya.

Mengancam menggunakan keluarga—walau dia tidak benar-benar berniat menggunakan cara itu—tidak disangkanya akan betul-betul berhasil. Padahal, tadi itu merupakan tindakan putus asanya karena tidak mendapatkan informasi apapun.

“Hanya ini yang saya tahu,” ucap Mr. Salim. Dia memberikan secarik kertas bertuliskan sebuah nama dan nomor telepon asing kepada Ardi; karena awalan depannya bukan +62.

“Kalau ini bohong, awas saja. Kau akan menyesal karena berani macam-macam dengan orang yang salah,” ancam Ardi kembali. Dia sudah tidak memedulikan lagi kalau Mr. Salim lebih tua darinya. Baginya, orang itu tidak lebih dari seonggok sampah.

Setelah mendapatkan informasi tersebut. Dia berjalan pergi, keluar dari unit apartemen yang dihuni Mr. Salim. Akan tetapi, saat sedang menunggu lift, teleponnya bergetar. Melihat yang meneleponnya adalah pengawal yang dia suruh untuk menemani Ayahnya tadi, dia langsung menjawab panggilan tersebut.

“Bagaimana den ...”

“...”

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 101. Licik, Tapi Bijak (Pt. V)

    Setelah mendengar perkataan salah satu staf agensinya tadi, Cynthia langsung berlari menuju tempat parkir; yang mana sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“MINGGIR!!” Cynthia berteriak, menghardik semua orang di situ untuk membukakan jalan baginya. Air matanya langsung mengucur keluar dari matanya saat melihat kondisi Kamila yang kepalanya bersimbah darah.Ardi yang baru saja sampai, memegang kedua lengan Cynthia yang saat ini seperti sedang linglung dan mulai hilang keseimbangan. “Bagaimana keadaannya pak?” sambil menjaga Cynthia agar tidak jatuh, dia bertanya kepada petugas medis yang tampak sedang memberikan pertolongan pertama.“Beliau baik-baik saja. Untung saja kami sampai cukup cepat. Walau pendarahannya cukup banyak, nyawanya masih bisa tertolong,” jelas petugas medis tersebut.Ardi dan Cynthia terus berdiri di situ sampai Kamila di naikkan ke atas ambulans. Awalnya Cynthia ingin ikut naik ke dalam ambulans. Akan tetapi, Ardi mencegatnya—karena khawatir dengan kondisi Cyn

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 100. Licik, Tapi Bijak... (Pt. IV)

    “Bagaimana?” Joe yang dari tadi diam semenjak Ardi keluar dari ruangan Niel, langsung bertanya begitu mereka kembali masuk ke dalam mobil.“Entahlah, orang itu hanya terdiam meski gua mengajukan sesuatu yang cukup sulit di tolak perusahaan seperti mereka,” jawab Ardi.Dia sendiri juga bingung dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Niel tadi. Walau untuk sesaat dia bisa melihat keraguan dari mata orang itu, namun ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya.“Tapi kenapa lu ngak langsung menghancurkan Kurniawan dan mereka saja sekalian? Kan lebih mudah, dan pastinya akan lebih efektif dari pada melalui jalan negosiasi seperti ini?” Joe kembali bertanya.“Untuk sementara ini, ada baiknya kalau kita mengurangi hal-hal yang bersinggungan dengan The Collector’s... Setidaknya sampai semuanya jelas tentang siapa yang kita hadapi, dan seberapa besar pengaruhnya di dalam negeri ini.Dan kali ini, kita harus bermain bijak dan bertahan dari pada terus bersifat agresif... Lagipula, kita punya apa yang

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 99. Licik, Tapi Bijak... (Pt. III)

    ARK IVCH 99Merasa kalau Joe cukup bisa di percaya untuk masalah seperti ini—karena pekerjaan Joe yang selalu berurusan dengan hidup dan mati—dia mengajak Joe ke ruangannya dan menceritakan semua mimpi buruk yang menghantuinya semenjak kematian ibunya.“Lu sudah ke psikiater yang kartu namanya gua kasih waktu itu?” Joe bertanya.“Nope. Sudah banyak psikiater yang gua hadapi. Tapi semuanya percuma saja,” jawab Ardi.“Lu coba saja dulu ke tempat yang gua kasih. Terlebih lagi dia memang kerap berurusan dengan kasus kaya lu, apalagi kliennya kebanyakan adalah orang-orang kaya gue,” jelas Joe.“Akan gua pertimbangkan... Lu ada urusan apa ke sini?” Ardi bertanya.Sebab kedatangan Joe ke kantornya mungkin bisa dihitung dengan jari semenjak orang ini kembali ke Indonesia. Kalau bukan berurusan dengan keamanan atau Ayu, penyelidikan The Collector’s lah yang menjadi penyebabnya.“Ah...” ucap Joe. Dia lalu mengeluarkan benda hitam kecil yang tampaknya sebuah flashdisk dari dalam saku jas yang d

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 98. Licik, Tapi Bijak... (Pt. II)

    ARK IVLicik... Tapi BijakPart II“Sudah dari awal kan gua bilang, jangan terlalu bombastis dalam mempromosikan proyek ini. Apalagi soal teknologi yang belum betul-betul bisa digunakan dalam waktu dekat…”Begitu Ayu mulai mengomel. Ardi menghela nafas panjang. Dia pergi ke kursi di belakang meja kerjanya dan duduk di sana sembari mendengarkan omelan yang terlontar dari mulut kawan sekaligus asistennya tersebut.“Wah, lu lama-lama persis seperti dosen kita yang super duper cerewet waktu itu deh,” ucap Ardi setelah Ayu berhenti berbicara; dan tampak lebih santai.“Ngak usah mengalihkan perhatian. Bagaimana cara lu untuk memperbaiki keadaan sekarang?”“Santai sedikit lah,” ujar Ardi dibarengi dengan senyuman tipis. “Jadwalkan rapat dengan bagian Marketing, Humas, dan Keuangan… Ah, jangan lupa hubungi bank yang kita jajaki kerja sama untuk menstabilkan harga saham kita. Sebagai langkah darurat, beli sebanyak mungkin saham yang ada di pasaran saat ini,”“Goreng saham? Itu plan darurat lu?

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 97. Licik, Tapi Bijak... (Pt. I)

    ARK IVLicik, Tapi Bijak...PART I Begitu kembali ke Indonesia, Ardi langsung di hadapkan kembali dengan pekerjaan yang menumpuk. “Lain kali, kalau lu liburan sama besti gua, lu harus ajak-ajak gua lah,” ujar Ayu sembari menaruh beberapa map di atas meja kerja Ardi dengan cukup keras; cukup untuk membuat Ardi yang sedang memejamkan mata untuk beristirahat sejenak terkejut.“Maklumlah, namanya gua siap-siap untuk menikah. Dan kebetulan, di sana ada designer yang cukup bagus dan terkenal. Dan kalau lu ikut, betis gua bisa meledak karena nungguin kalian berlama-lama,” ucap Ardi. Kenangan buruk di mana dia sampai harus duduk hingga bosan karena menunggu duo tukang belanja—Cynthia dan Ayu—di spanyol masih tidak bisa lepas dari benaknya hingga sekarang. Walau begitu, di satu sisi dia cukup lega karena Ayu tampaknya tidak tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di Singapura. Dia sebenarnya cukup was-was kalau Joe akan menceritakan semuanya kepada Ayu. Apalagi di tengah-tengah hubungan kedua

  • Penguasa Dibalik Bayangan   Ch 96. Forgiveness (End)

    ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSFINAL“Kau tidak akan pernah bisa menangkap bayangan, hanya bisa di lenyapkan,” Ardi mengutip perkataan Xin Luan di pesta tadi yang cukup menganggunya sedari tadi. “Dan bagaiaman cara untuk membuat bayangan itu menghilang?”“Dengan mematikan cahayanya,” jawab Alona tanpa berpikir terlalu lama. “Tapi kenapa? Kenapa dia meninggalkan petunjuk seperti itu?” Alona bertanya.Ardi masih tetap bungkam meski semua orang sedang menatapnya saat itu. Belajar dari kesalahan yang sudah-sudah, dia tidak ingin jika nantinya apa yang dia ucapkan ternyata adalah sebuah kekeliruan.“Wait,” Joe memecah keheningan. “Itu tidak seperti apa yang gua pikirkan?” Dia melempar tatapan penuh curiga ke arah Ardi.“Apa?” Alona bertanya.Ardi tampak menghela nafas. Dia sebenarnya sedikit kesal dengan Joe yang terlalu peka dan to the point dalam saat seperti ini.“Ada kemungkinan kalau Xin Luan adalah…”Sebelum dia selesai mengatakan kesimpulan awal yang ada di dalam kepalany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status