“Tetap tenang saja, semuanya akan baik-baik saja selama lu ngak bersikap mencurigakan,” Ayu berbisik di belakang Cynthia yang baru saja melayani perbincangan dengan salah satu calon investor yang berminat di project COF.“Ternyata melelahkan juga pekerjaannya bos lu ya,” keluh Cynthia, sekaligus menyindir dirinya sendiri yang begitu cepat mengeluh.“Akhirnya lu sadar kan bagaimana melelahkannya menjadi seorang CEO?” Ayu balik mengejek Cynthia.Cynthia tidak bisa melawan fakta yang di katakan oleh Ayu, dia hanya bisa terdiam dan terus memasang senyum sambil berjalan berkeliling menyapa semua tamu undangan satu persatu. Sementara Ayu yang ada di belakangnya, sesekali menatap ke tablet yang dia pegang untuk melihat siapa yang harus mereka temui berikutnya.Tablet itu juga akan menampilkan jika kamera pemindai—yang terhubung dengan database di fasilitas Project X—menangkap seseorang yang mencurigakan.&ld
“Sayang.” Ardi mencoba mengajak Cynthia berbicara.Setelah dokter dan perawat tadi pergi, atmosfer di antara mereka berdua menjadi begitu sunyi. Sudah 30 menit Cynthia hanya menatap buku yang ada di tangannya dan mengacuhkan Ardi.“Baik. Aku minta maaf karena tidak menceritakan apa-apa ke kamu,” Ardi akhirnya menyerah dengan keadaan.Setelah Ardi meminta maaf, Cynthia menutup buku yang ada di tangannya. Dia berdiri dari sofa yang didudukinya dan berjalan menuju ke arah Ardi.“Jadi ... kapan kamu akan berencana menceritakannya andai kamu tidak kecelakaan seperti sekarang ini?” Cynthia menarik kursi yang ada di sudut ruangan; meletakkannya di samping kasur Ardi dan duduk di situ.“Setelah aku yakin bisa mengatasi semuanya,” ucap Ardi.Cynthia mendengus mendengar perkataan Ardi. “Dan tepatnya kapan itu? Setelah kamu tidak sadarkan diri lagi?”“Aku—““Apa kamu tahu bagaimana perasaanku saat pertama kali mengetahui semua rahasia itu? Apa kamu ngak pernah memikirkan aku sama sekali?”“Terus
“Nope, rencana lu bisa dibilang gagal total.” Ayu tersenyum sinis ke arah Ardi yang untuk pertama kalinya rencananya gagal total.“Dasar para psikopat itu. Lama juga mereka bersabar.” Ardi memukul sofa yang di duduknya. Dia tidak mengira kalau para anggota The Collector’s itu bisa bersabar selama ini. Padahal ini sudah mau 3 bulan semenjak Proyek City of Future diumumkan.Logikanya, jika orang-ornag itu hidup di luar negeri pun. Seharusnya dengan waktu selama ini, kabar soal City Of Future sudah mulai bersebar. Apalagi dengan tindakannya yang sengaja mengumumkannya ke seluruh dunia dengan mengundang beberapa investor ternama luar negeri dan juga mempromosikannya di luar negeri secara masif.“Mungkin mereka sudah tidak tertarik lagi dengan Project X barangkali?” ujar Ayu.“Are you crazy? Lu sudah liat sendiri kan bagaimana gilanya teknologi yang ada di Project X? Mana mungkin para keparat itu … yang sampai rela membunuh demi semua itu tidak tertarik sama sekali.” Ardi mendengus.“Lalu,
“Sejujurnya. Ini terlalu berbahaya, Di! Sekarang semua orang sedang mencari siapa penyebar rahasia itu. Ba—Bagaimana kalau mereka menemukan kalau yang mengupload semua itu adalah gue?” Ayu agak gemetaran ketika mengatakannya. Raut wajahnya terlihat agak pucat.“Tenang saja. Mereka tidak akan bisa menemukan siapa yang mengupload itu semua,” ucap Ardi dengan penuh percaya diri. Dia terus melanjutkan membaca isi map yang ada di depannya dan menandatanganinya jika merasa tidak ada kesalahan.“Tapi bagaimana lu bisa seyakin itu?” Ayu kembali bertanya sambil mengerutkan keningnya.“Karena gua sudah minta tolong ke Pak Dwi agar menyembunyikan semuanya dengan rapi. Teknologi Cyber yang dimiliki Project X sudah dua langkah lebih maju dari kemampuan keamanan jaringan di negara ini. Jadi—lu ngak usah khawatir sama sekali.”Ardi menandatangani dokumen terakhir yang harus dia periksa dan menyerahkannya ke Ayu
“Wah, kesamber setan apa lu tiba-tiba nelpon gue?” Mendengar kalimat yang dia dengarkan sekarang ini. Ardi langsung merasa kesal namun juga lega di saat yang sama.“Gua butuh bantuan. Lu sekarang ada di mana?”“Madrid, Spain. Ada apa? Dari suara lu, sepertinya ada masalah yang sangat penting ya?”“Kapan lu bisa ke London. Gua butuh jasa perusahaan lu,”“Sekarang juga bisa. Kirimkan saja alamat penginapan lu. Kita ketemu di sana. Dan titip salam calon ipar gua yang cantik ya.”Ardi sempat tersenyum sebentar saat mendengar perkataan Joe, sebelum mereka mengakhiri panggilan tersebut. Temannya yang satu ini masih saja tidak berubah sama sekali. Sama seperti dirinya, yang suka ceplas-ceplos saat berbicara; dan yang terpenting, tidak punya filter sama sekali ketika sudah berbicara.“Wah, gila juga ini wartawan. Baru sejam yang lalu kit di potret, mereka sudah merilis berita saja.” Cynthia menggelengkan kepalanya saat melihat fotonya dan Ardi di pintu keberangkatan sejam yang lalu sudah di
“So ... Bagaimana dengan kondisi Ayu? Dia masih marah sama gue ya?”Dalam perjalanan ke hotel. Joe tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang sedikit tidak diduga oleh Ardi dan Cynthia.“Kalau lu serindu itu sama dia. Kenapa lu ngak balik ke Indonesia terus baikan sama dia.” Ardi memberi nasihat kepada kawannya satu ini. Dia sangat menyayangkan hubungan Joe dan Ayu yang waktu itu hampir saja menikah berakhir dengan perpisahan.“Tau lu. Keburu di ambil orang entar loh. Ayu kan cantik, yang naksir pasti banyak.” Cynthia ikut berbicara membela sahabat baiknya tersebut. Dia masih tidak bisa melupakan bagaimana Ayu sampai menangis hebat dan murung untuk waktu yang lama pasca putus dari Joe.“Bagaimana ya? Gua kaya ngak punya keberanian sama sekali untuk bertemu dengan dia. Gua agak takut—”“Takut di tolak kan?” Cynthia menyela. “Kalau lu ngak mencoba, Bagaimana lu bisa tau kan? ... Dan sebenarnya gua sudah sering mau bilang kaya gini. Lu itu badan doang kekar, tapi giliran urusan yang berhubunga
Esok siangnya, Ardi, Cynthia, Joe dan seorang pengawal berangkat menuju The Bishop Avenue, salah satu lokasi yang menjadi tempat tinggal orang-orang kaya di London. Ardi sengaja hanya mengajak Joe dan satu pengawal lagi untuk masuk dengannya dan juga Cynthia. Dia tidak ingin membuat Mr. Albert curiga.Dan untuk membuatnya terlihat lebih meyakinkan, dia bahkan sengaja meminta Mr. Albert mengirimkan kaca mata pintar yang bisa membantu Joe dengan penyamarannya sebagai sekretaris Presdir ENS Group. Sedangkan pengawal lainnya sudah standby tidak jauh dari rumah Mr. Albert, sebagai antisipasi jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi.“Mr. Ardi ... welcome. Finally we can meet. Oh. And congratulations to both of you. I have already heard the news.” Begitu dia turun dari mobil, Mr. Albert sudah menyambutnya secara langsung.“Thanks. It's an honor to meet you in person. I'm sorry for not being able to welcome you at the party.” Ardi memaksa diri
Di hotel, dalam kamarnya. setelah mendengarkan semua cerita lengkap dari Ayu. Ardi tidak terkejut sama sekali. Sebab skenario seperti ini sudah terpikirkan di kepalanya. Hanya saja, dia sebenarnya berharap hal itu tidak pernah terjadi.“Ya sudah. Biarkan saja dulu media memanas. Pantau terus harga saham setiap perusahaan kita. Utamakan untuk menenangkan para investor CoF. Bilang ke mereka kalau kita akan memberikan pernyataan resmi setelah gua pulang dari New York.” Dia menjawab dengan tenang.Setelah menutup teleponnya. Dia memilih untuk rebahan di atas kasur yang empuk.“Kenapa kita ngak kembali ke Jakarta saja sekarang?” Cynthia bertanya.“Dan mengakui kalau semua itu benar? Malah kalau kita tampak pulang dengan tergesa-gesa, orang-orang akan berpikir kalau rumor itu memang benar. Setidaknya, sampai saat ini belum ada bukti yang menyangkut ENS kecuali omongannya si Mrs. Jennie itu.”“Jadi, kita tetap ke New York besok?”“Jelas dong.” Dia terdiam sejenak menatap Cynthia. “Sebenarnya