Share

Bab 12

Sofia tidak perlu melakukan apa-apa karena semuanya dibereskan oleh Evano. Cuti tinggal 2 hari lagi, Sofia juga merasa sangat senggang. Jadi dia menghubungi agen properti dan berencana untuk menyewa sebuah apartemen di dekat Hotel Royal.

Hotel Royal terletak di salah satu daerah yang paling kaya di Kota Haita. Hotel Royal dikelilingi perumahan mewah seharga miliaran. Kalaupun ada rumah kosong, perumahan itu tidak disewakan kepada sembarang orang.

Sofia tidak memiliki pilihan lain, rencananya dia akan mencari tempat tinggal yang bisa ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan transportasi umum. Kalau terlalu jauh, Sofia agak mengkhawatirkan jam-jam sibuk, seperti jam pergi dan pulang kantor.

Agen properti membawa Sofia untuk mengunjungi beberapa apartemen, tetapi tidak ada satu pun yang cocok di hati. Kalau bukan karena lingkungannya ribut, apartemennya terlalu tua dan tidak mempunyai lift.

Intinya tidak ada yang Sofia suka ....

Sofia kembali ke hotel dengan kondisi kelelahan. Sesaat baru berbaring, tiba-tiba ponsel Sofia berdering.

Sofia mengeluarkan ponselnya, lalu menatap nama Yaga Hutomo yang tertera di layar. Yaga Hutomo adalah adiknya Glen.

Tanpa menyapa, Yaga langsung berkata, "Minggu depan aku dan Ella mau pulang ke Kota Haita. Pesankan tiket pesawat dan hotel untuk kami."

Yaga berkuliah di salah satu universitas yang berada di Kota Yalan, sedangkan Ella adalah pacar yang telah dikencani selama 2 tahun terakhir.

Sebenarnya Sofia dan Yaga tidak akrab. Semenjak Sofia dan Glen menikah, Sofia dan Yaga hanya pernah mengobrol beberapa kali. Apalagi Ella, Sofia lebih tidak akrab. Sofia hanya beberapa kali pernah mendengar Keluarga Hutomo yang membahas Ella. Katanya Ella adalah putri tunggal dari salah satu pebisnis di Kota Yalan.

Oleh sebab itu, Sofia agak tercengang mendengar permintaan Yaga yang lebih terdengar seperti "perintah". Untuk masalah ini, rasanya Yaga tidak perlu mencari Sofia.

"Suruh kakakmu saja," jawab Sofia.

Tampaknya Keluarga Hutomo belum memberi tahu Yaga mengenai perceraian Sofia dan Glen. Untuk menghindari masalah, Sofia pun tidak mau membahas perceraiannya.

Sofia ingin segera mengakhiri panggilan ini, tapi siapa sangka, Yaga malah marah-marah.

"Kak Glen sibuk banget, nggak ada waktu buat mengurus hal begini." Nada bicara Yaga terdengar sangat kasar. "Sebagai Kakak Ipar, apa salahnya sih bantu sebentar? Lagian kamu bekerja di Hotel Royal, 'kan? Tinggal kasih tahu ke resepsionis saja apa susahnya?"

Setiap kumpul keluarga, Yaga sibuk memainkan game yang ada di ponselnya, dia tidak terlalu banyak bicara. Selama ini Sofia mengira kalau Yaga memiliki kepribadian yang tertutup dan pendiam, tapi ternyata sama anehnya dengan Bapak dan Ibu Hutomo.

Sofia terkejut, tetapi tidak heran. Orang tua dan anak memang sama saja.

"Aku cuma bisa bantu memesan hotel. Tiket pesawat kamu pesan sendiri, atau cari kakakmu," jawab Sofia.

Kalau Yaga ingin menginap di Hotel Royal, Sofia juga tidak mungkin menolaknya demi ego pribadi.

"Sudah, nggak usah berlagak baik. Kalau nggak mau bantu, ya sudah! Aku nggak perlu bantuanmu, aku bisa sendiri," teriak Yaga, lalu menutup panggilannya.

Sofia mengerutkan bibir sambil menyimpan ponselnya. Dia kira semua sudah berakhir, nyatanya tidak seindah yang dipikirkan. Keesokan hari, Yaga kembali meneleponnya saat Sofia sedang mencari tempat tinggal.

"Aku pesan tiket sendiri, kamu pesankan hotel. Aku mau kamar yang mewah, check-in hari jumat, untuk 2 malam. Nanti aku kirimkan nomor kartu identitasku, nomor ponsel pakai nomor ini," kata Yaga.

Agen properti sedang menunggu, Sofia tidak punya banyak waktu untuk bertengkar dengan Yaga. Akhirnya Sofia pun mengiakan permintaan Yaga.

Dua menit kemudian Yaga mengirimkan sebuah pesan yang berisi nomor identitasnya. Dia bahkan sama sekali tidak mengucapkan terima kasih.

Pada sore, Sofia kembali ke hotel dengan tangan kosong. Ketika melewati resepsionis, Sofia sekalian memanggil Mita untuk mereservasi kamar Yaga.

"Aku mau memesan kamar yang mewah, check-in hari jumat untuk 2 malam."

"Untuk teman, ya?" tanya Mita.

"Hmm." Sofia memberikan data diri Yaga kepada Mita.

Mita mengoperasikan komputernya sambil bertanya, "Mau dikasih diskon, tidak?"

"Tidak," jawab Sofia. Enak saja, sudah dibantu reservasi, masih mau minta diskon? Jangan mimpi!

"Bu Sofia?" Terdengar suara Evano yang memanggilnya.

Ketika menoleh ke belakang, Sofia melihat Evano dan Liam yang berjalan sambil menyeret koper masing-masing.

"Pak Evano, Pak Liam." Sofia menyapa mereka berdua, lalu bertanya, "Mau check-out, ya?"

"Iya." Evano mengangguk sambil menunjuk ke arah resepsionis. "Kamu sudah selesai?"

Sofia langsung memberikan jalan, lalu bergegas memerintahkan Mita, "Sudah, sudah. Mita, tolong layani Pak Evano dan Pak Liam."

"Oh, baik." Mita mengambil kartu yang diberikan oleh Evano dan bergegas mengurus prosedur pengembalian kamar.

Ada sesuatu yang mengganjal di hati Sofia. Setelah berpikir sejenak, dia pun bertanya kepada Evano, "Kalian mau meninggalkan Kota Haita? Urusanku ...."

"Oh, tidak, kami tidak meninggalkan Kota Haita." Evano menjawab sambil tersenyum, "Sebaliknya, kami memutuskan untuk tinggal di sini."

"Hmm?" Sofia tampak kebingungan.

"Sebenarnya kedatangan kami kali ini untuk mengurus pendirian Grup Charula yang mau membuka cabang di Kota Haita. Setelah mengurus semua, kami mau langsung pulang ke Kota Yalan, tapi ternyata prosedurnya jauh lebih rumit daripada yang kami bayangkan. Prosedurnya tidak mungkin selesai dalam beberapa hari, mungkin perlu beberapa tahun," Evano menjelaskan.

"Grup Charula?" Sofia terkejut. "Grup Charula yang ...."

Yang hanya memerlukan 10 tahun untuk merajai bisnis IT dan memiliki presdir yang misterius itu?

"Benar. Grup Charula yang itu." Evano mengangguk.

"Tapi ... apa hubungannya Grup Charula dengan kalian?" Sofia memandang mereka dengan kebingungan.

Liam adalah tamu penting yang misterius, sedangkan Evano adalah pengacara yang banyak menangani kasus perceraian. Apa hubungan mereka dengan Grup Charula?

Tiba-tiba Evano menegakkan tubuh, lalu melonggarkan dasinya dan berdeham. "Aku perkenalkan ...."

Evano menunjuk ke arah Liam dan berkata dengan serius, "Beliau adalah pendiri sekaligus merupakan Presiden Direktur Grup Charula, sedangkan aku adalah rekan kerjanya sekaligus pemegang saham terbesar kedua di dalam perusahaan."

Sofia membelalak, dia tidak harus merespons apa ....

Melihat Sofia yang mematung di tempat, Evano langsung mengubah topik pembicaraan. "Oh iya, 2 hari ini kamu ke mana? Aku dengar kamu sering pergi pagi dan pulang malam."

Sofia terbangun dari lamunannya. Bagaimanapun Evano telah banyak membantu, Sofia tidak menganggapnya sebagai orang luar dan tak ada yang perlu dirahasiakan.

"Aku pergi mencari tempat tinggal. Aku tidak bisa pulang ke rumahku. Tinggal di hotel memang enak, tapi kamarnya agak kecil dan tidak leluasa," Sofia menceritakan keresahannya.

"Kamu mau beli rumah?" tanya Evano.

Sofia tersenyum kecut. "Uang dari mana? Aku berencana sewa apartemen. Setelah masalah perceraian beres dan kalau uangnya cukup, aku baru cicil rumah lagi."

Sebagai salah satu kota termaju di negara ini, harga properti di Kota Haita melonjak selama 10 tahun terakhir. Bahkan rumah di pinggiran kota saja mencapai harga miliaran.

Dengan tabungan yang dimiliki Sofia saat ini, jangankan membeli seisi rumah, untuk membeli toiletnya saja tidak cukup.

"Terus kamu sudah menemukan rumah yang cocok?" tanya Evano.

"Belum." Sofia menggelengkan kepala. "Aku sudah melihat 10 apartemen, tapi tidak ada satu pun yang cocok."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status