Share

Bab 11

Aвтор: Yellow
Sofia terbangun dalam keadaan linglung. Meskipun setengah sadar, dia tahu bahwa ini adalah kamar 8888, tempat di mana dia mendapatkan kenikmatan satu malam.

Kantuknya pun hilang dan berganti menjadi rasa kaget dan ketakutan. Sesaat mengangkat selimutnya, Sofia memang tidak telanjang, tetapi pakaian yang dikenakannya sekarang berbeda dengan yang dikenakannya semalam.

Sofia bangun dengan mengenakan piyama sutera yang dirancang secara khusus untuk tamu kelas atas. Memar di wajahnya terpampang jelas karena alas bedak di wajahnya telah dibersihkan.

Apa yang terjadi semalam? Sofia tidak ingat dan tidak berani mengingat-ingatnya.

Di tempat tidur seluas 2 meter ini, Sofia hanya tidur sendirian. Tidak ada seorang pun di samping Sofia, bantal dan selimut juga terlipat rapi.

Sofia tidak tahu apakah Liam sudah pergi atau dia memang tidak tidur di sini? Semoga saja Liam memang tidak tidur di sini.

Ketika kamar mandi dibuka, tidak ada seseorang pun di dalamnya. Sofia hanya melihat pakaiannya dan pakaian Liam yang bertumpuk menjadi satu.

Sofia segera menepis semua pikiran-pikirannya yang tidak-tidak, lalu memungut pakaiannya. Setelah membersihkan diri, sama seperti sebelumnya, Sofia membuka lemari dan berencana untuk meminjam kemeja Liam.

Begitu Sofia membuka lemari, seseorang membuka pintu kamar dan beranjak masuk. Sofia pun terkejut dan membanting pintu lemari secara spontan.

"Bang!" Terdengar suara bantingan yang keras.

Ternyata yang masuk adalah Liam. Kali ini Liam mengenakan pakaian yang lebih kasual.

Awalnya Liam agak kaget melihat Sofia yang bersembunyi di samping tempat tidur, tetapi dia tidak memedulikannya dan berkata, "Ganti bajumu."

Liam melemparkan pakaian yang dibawanya. "Evano mau mengajakmu bicara."

Setelah menyampaikan pesan Evano, Liam langsung membalikkan badan dan keluar dari kamar.

Ketika melirik Liam, Sofia melihat wajah Liam yang tersipu malu. Sesaat Liam pergi, Sofia mengambil beberapa helai pakaian yang diberikan Liam. Sofia melihat busana beserta 3 set pakaian dalam wanita.

Seketika, wajah Sofia pun memerah saat mengingat Liam yang datang membawakannya pakaian ini.

Sofia yakin, pasti bukan Liam yang membeli pakaian-pakaian ini. Pertama, Liam pasti tahu malu. Yang kedua, orang yang membeli pakaian ini pasti memiliki kepribadian yang kaku.

Selain beberapa helai pakaian dalam, semua busana yang dibelikan untuk Sofia berwarna merah muda. Pakaian-pakaian ini seperti busana yang Sofia kenakan sewaktu dia masih duduk di sekolah dasar.

Sofia enggan mengenakannya, dia merasa terlalu tua untuk mengenakan pakaian selucu ini. Namun dia tidak memiliki pilihan lain, hanya ada pakaian ini yang bisa dikenakannya.

Sofia memilih pakaian yang paling sederhana, lalu memakai bedak tabur untuk menutupi bekas memar dan ciuman di lehernya.

Liam dan Evano sudah menunggu di ruang tamu. Mereka berdua duduk di sofa yang sama, tetapi Liam duduk di ujung kiri, sedangkan Evano duduk di ujung kanan.

"Pak Evano, Pak Liam," sapa Sofia.

Ketika mengangkat kepala, Evano hampir tertawa terbahak-bahak.

"Cih ...." Evano bergegas menutup mulutnya.

Sofia menunduk untuk menutupi wajahnya yang malu.

"Gaun itu ...." Suara Evano terdengar gemetaran. Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Bagus!"

"Tidak suka?" tanya Liam.

Sesaat menyadari tatapan Liam, Sofia langsung mengangkat kepalanya. Ketika melihat wajah Liam yang tampak cemberut, Sofia pun mengangguk. "Bagus, bagus."

Setelah mendengar jawaban Sofia, ketegangan di wajah Liam baru melunak.

"Duduk sini!" Evano menepuk tempat yang ada di sampingnya.

Masalahnya, tempat itu berada di antara Evano dan Liam. Sofia agak ragu-ragu, masa dia harus duduk di sana?

"Sini," kata Liam.

Setelah Liam berbicara, Sofia baru beranjak duduk di tengah mereka.

"Eh, aku merasa agak sempit. Bu Sofia, boleh geser sedikit?" Evano meminta dengan ramah.

"Oh, oke." Sofia bergeser.

Sofa ini memang memuat 3 orang. Awalnya Sofia duduk dengan patuh, dia tidak berani menyentuh siapa pun. Namun begitu bergerak, dia tidak sengaja menyenggol Liam.

Seketika Sofia pun teringat dengan ucapan Evano. Berdasarkan cerita Evano, Liam tidak suka bersentuhan dengan siapa pun. Begitu menyadari kesalahannya, Sofia bergegas meminta maaf.

"Pak Liam, maaf. Aku duduk di sana saja," kata Sofia sambil menunduk sofa kecil yang ada di samping.

Ketika Sofia beranjak dari sofa, Liam malah menarik tangannya dan berkata dengan datar, "Duduk."

Walaupun Liam tidak terlihat marah, Sofia tetap merasa gugup. Sofia terpaksa meringkuk agar tidak menyenggol siapa pun.

Liam agak kesal melihat sikap Sofia yang begitu waspada.

"Pak Evano, ada apa mencariku?" Sofia bertanya kepada Evano.

"Aku sudah menghubungi suamimu. Aku berhasil mendapatkan draft surat cerai dan kontrak peralihan kepemilikan rumah yang kamu tanda tangani. Kontraknya sudah dikirim ke lembaga khusus untuk diidentifikasi tanda tangannya," jawab Evano.

Sofia terkejut mendengar pergerakan Evano yang begitu cepat. Ketika Sofia hendak menjawab, Evano kembali berbicara, "Tapi bukan itu intinya."

"Hah?" Sofia tertegun. "Lalu ... apa intinya?"

"Aku memeriksa semua aset atas nama suamimu. Sekarang dia hanya memiliki tabungan kurang dari 20 juta. Semua sahamnya juga sudah dijual bulan lalu." Raut wajah Evano terlihat sangat serius.

"Mustahil!" Sofia membantah secara spontan.

Sofia tahu, Glen memang tidak mempunyai banyak uang tunai, tetapi itu karena semua uangnya dialihkan untuk membeli saham. Beberapa waktu lalu saham memang sempat turun dan Glen mengalami kerugian besar, tetapi mana mungkin nilai tabungannya kurang dari 20 juta?

Berdasarkan pengakuan Glen, semua total sahamnya bernilai 2 miliar.

"Aku menggunakan namamu untuk mengajukan permohonan pembekuan aset kepada pengadilan, tapi sepertinya sudah terlambat." Evano menjelaskan apa adanya.

Bahkan kata murka pun tak cukup untuk mewakili perasaan Sofia saat ini. Seandainya Glen berada di hadapannya, Sofia tidak akan sungkan-sungkan menghajarnya sampai babak belur.

"Aku harus menelan kerugian ini." Suara Sofia terdengar serak.

Glen sudah tidak memiliki uang. Selain tidak mendapatkan uang, Sofia malah harus membagi sebagian hartanya kepada Glen.

Glen sudah memperhitungkan semuanya dengan matang. Dasar licik!

"Tidak separah itu." Evano tersenyum dan berusaha menghibur Sofia. "Suamimu pasti memindahkan semua aset-asetnya, kita bisa melayangkan tuntutan, kemungkinan menangnya sangat besar. Aku sudah mengutus orang untuk mengumpulkan bukti."

"Setelah semua bukti terkumpul, dia harus mengeluarkan semua aset yang disembunyikannya. Tak hanya itu, aku juga akan membuatnya merasakan dinginnya dinding penjara. Dia harus diberi pelajaran." Evano tersenyum licik.

"Terus apa yang harus aku lakukan?" tanya Sofia.

"Tidak melakukan apa-apa. Kita bergerak secara diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kalau dia curiga, takutnya dia akan menghilangkan semua bukti," jawab Evano.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Nataĺia Naikofi
Ko si Sofia trllu goblok
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 643

    Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 642

    Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 641

    Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 640

    "Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 639

    Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 638

    "Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status