Share

Bab 5

"Sofia adalah menantuku. Dia dan anakku sudah menikah 1 tahun, tapi nggak hamil-hamil juga. Anakku berbaik hati mau membawanya berobat, tapi dia malah menolak. Dia bahkan mempermalukanku di depan keluarga dan kerabatku. Walaupun dia kurang ajar, anakku masih melindunginya, anakku tidak menceraikannya."

"Karena dia tidak bisa hamil, anakku mencari wanita lain agar bisa memiliki anak. Sofia sendiri sudah menyetujuinya, tapi begitu wanita itu hamil, Sofia malah ingkar janji. Kemarin, Sofia mendorong wanita itu di restoran hotpot. Wanita itu sampai ketumpahan kuah panas dan hampir keguguran. Sekarang dia masih dirawat di rumah sakit."

"Kalian nilai saja sendiri, bagaimana bisa ada wanita sejahat ini?"

Bu Hutomo berteriak di tengah lobi hotel, dia sama sekali tidak memedulikan berapa banyak pasang mata yang memperhatikannya.

Sofia tahu bahwa Bu Hutomo suka memutar balikkan fakta, tetapi sesaat mendengar fitnah yang dilayangkan, hati Sofia terasa semakin sesak.

"Baiklah, karena Anda menantangku, aku juga tidak akan sungkan-sungkan lagi." Sofia menegakkan tubuhnya dan menatap Bu Hutomo dengan tegas.

"Pertama, aku tidak sakit. Aku memang tidak mau punya anak. Jauh sebelum menikah, aku sudah memberi tahu putramu mengenai masalah ini. Tapi putramu takut kalau Anda tidak akan merestui kami, makanya dia menyembunyikannya selama ini."

"Kedua, anakmu menghamili wanita lain tanpa persetujuanku. Wanita itu adalah selingkuhannya, oh tidak .... Sebentar lagi mereka akan menikah, kok. Aku sudah mengajukan perceraian."

"Ketiga, wanita itu yang menabrak pelayan di restoran, aku tidak mendorongnya. Insiden itu tidak ada hubungannya dengan aku."

Sofia menjelaskan dengan lugas dan tegas.

"Bohong, kamu bohong! Penipu, nggak tahu malu!" Bu Hutomo kembali mengangkat tangannya dan hendak menampar Sofia.

Pada tamparan pertama, Sofia terlalu lengah sehingga Bu Hutomo berhasil menamparnya. Namun kali ini, Sofia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dia berhasil menahan pukulan Bu Hutomo.

"Terserah percaya atau tidak, intinya aku tidak merasa bersalah. Aku juga tidak memedulikan pandanganmu. Kalau tidak ada urusan lain, aku harus kembali bekerja." Sofia mengempaskan tangan Bu Hutomo, lalu berbalik dan pergi.

Hanya saja, begitu Sofia membalikkan badan, Bu Hutomo malah menarik rambut Sofia. Rasa sakit di kulit kepala langsung membuat Sofia tersentak.

"Pembohong! Wanita jalang!" Bu Hutomo membentak Sofia, "Ikut aku ke rumah sakit! Minta maaf sama wanita itu! Kamu hampir membunuh cucuku, kurang ajar!"

Sofia refleks menarik tangan Bu Hutomo dan berusaha melepaskan cengkeramannya, tapi Bu Hutomo malah menarik rambut Sofia dengan semakin erat.

Bu Hutomo menjambak rambut Sofia sambil menyeretnya ke luar dari hotel. Tidak ada seorang pun yang berani ikut campur, yang lain hanya menyaksikan sambil berusaha membujuk Bu Hutomo.

"Bu, jangan menjambaknya seperti itu!"

"Kalau Anda main tangan, kami akan lapor polisi!"

Ancaman semacam ini tidak akan membuat Bu Hutomo takut. Bu Hutomo malah berbalik menantang, "Sana, lapor! Biar polisi yang menilai wanita ini harus dikurung berapa lama."

"Ada apa ini? Ribut sekali?" Tiba-tiba terdengar suara yang dingin dan kesal.

Natania adalah orang pertama yang merespons. "Pak Liam!"

Begitu mendengar jawaban Natania, yang lain pun ikut menoleh dan menyapa, "Pak Liam!"

Namun Liam sama sekali tidak memedulikan mereka. Dengan perlahan-lahan, Liam berjalan sambil mengerutkan alisnya.

"Satpam di hotel ini tidak ada kerjaan? Kalian diam saja melihat orang gila menindas manajer kalian?" tanya Liam.

Para satpam yang bertugas juga sudah mendapatkan instruksi dari atasan mereka. Mereka agak takut setiap berhadapan dengan Liam.

Begitu mendengar sindiran Liam, para satpam yang awalnya ragu pun langsung maju dan menahan Bu Hutomo. Tidak peduli apakah Bu Hutomo berteriak, memberontak, ataupun menendang, tak ada seorang satpam pun yang melepaskannya.

Akhirnya Sofia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Bu Hutomo.

Sofia terlihat menyedihkan. Rambutnya acak-acakan, wajahnya memerah akibat tamparan, dan bajunya juga berantakan.

Melihat satpam yang berusaha mengusir mereka, Bu Hutomo dan suaminya langsung berbaring di lantai sambil berteriak, "Aku mau dipukul, aku mau dibunuh! Tolong, tolong ...."

Mereka berdua meraung sambil berguling-guling.

Beberapa satpam saling bertatapan, mereka sedang menunggu perintah Liam.

Selama ini kedua mertuanya memang sering mempermalukan Sofia, tetapi tidak pernah sampai separah ini. Sekarang, rasanya Sofia mau menghilang dari dunia ini, dia benar-benar malu!

Sofia menarik napas panjang dan memutuskan untuk membujuk mereka secara baik-baik, tetapi Liam justru mencegatnya.

Liam memiliki postur yang tinggi. Setiap menatap Liam, Sofia harus mengangkat kepala.

Liam menundukkan kepala, dia menatap Sofia dengan tatapan masam. Sepertinya suasana hati Liam sangat buruk.

"Naik!" Liam memerintahkan.

Sejujurnya Sofia juga ingin mengabaikan semua yang terjadi di depan matanya, tetapi dia tidak bisa diam saja.

"Semua masalah ini bermula dari aku. Jadi biarkan aku yang membereskannya," jawab Sofia.

"Kamu membereskannya?" Liam tersenyum sinis. "Caranya? Kamu mau ditampar atau dijambak lagi?"

Sindiran Liam sontak membuat wajah Sofia memerah.

"Naiklah, aku sudah menelepon polisi. Kamu tidak perlu ikut campur." Suara Liam terdengar tegas.

"Ba-baiklah ...." Sofia pun mengalah, lalu pamit dan berjalan ke arah lift.

Setelah memastikan Sofia masuk ke dalam lift, Liam memerintahkan tim keamanan hotel, "Lempar mereka keluar!"

Tim keamanan hotel langsung bertindak sesuai perintah Liam.

"Berani menyentuhku? Aku akan menghancurkan kalian!" Bu Hutomo memberontak. "Aku akan menyiarkannya di televisi, aku akan menuntut hotel ini!"

"Sebentar," kata Liam.

Bu Hutomo kira dia berhasil menggertak Liam. Dengan angkuh, Bu Hutomo bangkit berdiri dan tersenyum puas. "Takut, ya? Kalau takut, cepat suruh wanita jalang itu keluar dan ikut aku ke rumah sakit. Oh iya, kalian juga harus membayar biaya pengobatan kami."

Liam berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Sorotan matanya tajam, tetapi santai.

Liam tersenyum, lalu bertanya dengan tenang, "Biaya pengobatan? Berapa?"

"Empat ratus juga!" Bu Hutomo meletakkan kedua tangannya ke pinggang.

"Empat ratus juga?" Liam mengerutkan alis. "Tidak masalah."

Bu Hutomo tercengang melihat sikap Liam yang acuh tak acuh. Bu Hutomo berpikir ulang, lalu melambaikan tangan dan berkata, "Salah, salah, bukan 400 juta, tapi 1,1 miliar."

"Baik, tidak masalah," Liam menjawab dengan lugas.

Melihat sikap Liam, Pak Hutomo mendekati istrinya dan berbisik, "Kayaknya terlalu sedikit, kita minta 2 miliar saja sekalian."

"Begini saja ...." Liam tersenyum manis. "Aku akan memberikan 4 miliar ...."

Wajah Pak Hutomo dan Bu Hutomo langsung berseri-seri mendengarnya, tetapi mimpi tak seindah kenyataan. Sewaktu mendengar kalimat selanjutnya, senyuman di wajah mereka pun membeku.

"Untuk membeli nyawa kalian," lanjut Liam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status