"Serius." Evano tersenyum licik dan mengalihkan tatapannya kepada Liam. "Contohnya .... Kamu bisa menjalin hubungan yang baik dengan Pak Liam dan memintanya untuk memberikan suamimu pelajaran."Sofia merasa seperti habis diajak bermain roller-coaster. Setelah diberikan harapan yang tinggi, dia malah dijatuhkan begitu saja."Hah?" Sofia melirik Liam yang duduk dengan acuh di sampingnya. "Oh, aku tidak mau merepotkan Pak Liam."Akhirnya Liam angkat bicara, "Kenapa? Merendahkan aku?""Bukan begitu maksudku." Sofia menggelengkan kepalanya dan bergegas menjelaskan, "Pak Liam pasti sangat sibuk, aku tidak mungkin merepotkan Pak Liam. Apalagi, kita baru kenal ....""Benar." Liam menyela ucapan Sofia.Sofia tercengang melihat senyuman sinis Liam. Sofia tidak tahu kalimat mana yang menyinggung perasaan Liam."Untuk apa aku mengurus masalah sesepele itu? Tapi ...." Liam menatap Sofia dengan tajam. "Kemarin Bu Sofia juga membantuku, aku harus melakukan sesuatu untuk membalas kebaikanmu. Katakan s
Sofia terbangun dalam keadaan linglung. Meskipun setengah sadar, dia tahu bahwa ini adalah kamar 8888, tempat di mana dia mendapatkan kenikmatan satu malam.Kantuknya pun hilang dan berganti menjadi rasa kaget dan ketakutan. Sesaat mengangkat selimutnya, Sofia memang tidak telanjang, tetapi pakaian yang dikenakannya sekarang berbeda dengan yang dikenakannya semalam.Sofia bangun dengan mengenakan piyama sutera yang dirancang secara khusus untuk tamu kelas atas. Memar di wajahnya terpampang jelas karena alas bedak di wajahnya telah dibersihkan.Apa yang terjadi semalam? Sofia tidak ingat dan tidak berani mengingat-ingatnya.Di tempat tidur seluas 2 meter ini, Sofia hanya tidur sendirian. Tidak ada seorang pun di samping Sofia, bantal dan selimut juga terlipat rapi.Sofia tidak tahu apakah Liam sudah pergi atau dia memang tidak tidur di sini? Semoga saja Liam memang tidak tidur di sini.Ketika kamar mandi dibuka, tidak ada seseorang pun di dalamnya. Sofia hanya melihat pakaiannya dan pak
Sofia tidak perlu melakukan apa-apa karena semuanya dibereskan oleh Evano. Cuti tinggal 2 hari lagi, Sofia juga merasa sangat senggang. Jadi dia menghubungi agen properti dan berencana untuk menyewa sebuah apartemen di dekat Hotel Royal.Hotel Royal terletak di salah satu daerah yang paling kaya di Kota Haita. Hotel Royal dikelilingi perumahan mewah seharga miliaran. Kalaupun ada rumah kosong, perumahan itu tidak disewakan kepada sembarang orang.Sofia tidak memiliki pilihan lain, rencananya dia akan mencari tempat tinggal yang bisa ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan transportasi umum. Kalau terlalu jauh, Sofia agak mengkhawatirkan jam-jam sibuk, seperti jam pergi dan pulang kantor.Agen properti membawa Sofia untuk mengunjungi beberapa apartemen, tetapi tidak ada satu pun yang cocok di hati. Kalau bukan karena lingkungannya ribut, apartemennya terlalu tua dan tidak mempunyai lift.Intinya tidak ada yang Sofia suka ....Sofia kembali ke hotel dengan kondisi kelelahan. Sesaat b
Evano merupakan salah satu tokoh terpandang di negara ini. Beberapa tahun terakhir, Evano banyak mengurus kasus perceraian orang-orang kaya. Setiap kasus, dia dibayar dengan nilai yang fantastis.Ditambah dengan statusnya sebagai salah satu pemegang saham Grup Charula, membeli rumah di Kota Haita semudah membalikkan telapak tangan."Kebetulan aku ada rumah kosong di Apartemen Pasadena," kata Evano.Apartemen Pasadena adalah hunian mewah yang terletak di dekat Hotel Royal dan memiliki fasilitas lengkap."Boleh disewakan untukku?" Sofia sulit memercayainya."Tentu saja." Evano mengangguk dengan serius, dia tidak sedang bercanda. "Kalau kamu tertarik, kita bisa ke sana sekarang.""Boleh." Sofia langsung menyetujuinya.Sebuah mobil telah menunggu di depan pintu hotel. Begitu Evano dan Liam keluar, sopir bergegas turun dari mobil dan memindahkan koper mereka ke bagasi di belakang.Selagi sopir merapikan koper mereka, Evano menyalip Sofia dan berkata, "Aku mau duduk di depan, aku lebih suka
Sofia dan Liam kembali ke Hotel Royal bersama-sama. Kata Liam ada barangnya yang ketinggalan, dia mau kembali untuk mengambilnya.Liam memiliki postur yang tinggi, satu langkah Liam setara dengan 2 langkah Sofia. Untuk mengimbangi langkah Liam, Sofia sampai harus berlari.Meskipun mengenakan sepatu datar, tumit Sofia agak sakit setelah berjalan seharian untuk mencari tempat tinggal."Aw ...." Tiba-tiba betis Sofia kram. Dia membungkukkan badan untuk mengurut kakinya.Liam berhenti saat menyadari tidak ada suara langkah kaki yang mengikutinya. Ketika menoleh ke belakang, Liam melihat Sofia yang tertinggal jauh sambil berpose aneh.Liam menghampiri Sofia dan bertanya, "Ada apa?"Dengan malu-malu, Sofia menundukkan kepala dan menjawab dengan suara yang sangat kecil, "A-aku .... Kakiku kram."Setelah mendengar jawaban Sofia, Liam langsung berjongkok dan mengusap betis Sofia. "Kaki yang ini?"Suara Liam terdengar normal, dia juga serius membantu Sofia. Liam tidak terlihat seperti orang yang
Jawaban Liam sontak membungkam Glen, tetapi Glen tidak mau terlihat kalah dan akhirnya bergumam, "Tidak tahu malu."Liam tidak memedulikan ucapan Glen. Selama 34 tahun hidup, Liam pernah mendengarkan ucapan yang lebih menyakiti hati. Kata "tidak tahu malu" sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Liam."Memangnya tahu malu ada guna?" Liam bertanya balik kepada Glen. "Tidak tahu malu baru bisa hidup enak. Kurasa kalian yang lebih memahaminya."Mana mungkin Glen tidak memahami makna yang tersirat di balik sindiran Liam?"Kamu!" Glen melepaskan tangan Vera, lalu maju dan menyerang Liam.Begitu Glen melayangkan tinjuan ke wajah Liam, Liam mengangkat tangan dan menangkisnya."Tidak sadar diri." Liam memelintir pergelangan tangan Glen, lalu menendang lututnya."Krak!" Glen langsung terjatuh ke aspal.Vera menutup mulutnya dengan menggunakan tangan. Karena takut Glen dihajar, Vera pun menjerit sekeras mungkin, "Tolong! Ada preman, tolong ...."Teriakan Vera bergema di tengah malam yang sunyi. Li
Sofia tahu, Glen pasti tidak akan tinggal diam, tetapi anehnya Glen maupun keluarganya tidak muncul di hadapan Sofia.Dari semenjak Glen menelepon sampai Sofia pindah ke apartemen baru, semua berjalan normal. Tak ada seorang pun yang datang mencari masalah.Meski begitu, Sofia tetap berhati-hati. Walaupun jarak rumah dan kantor dekat, Sofia tidak berani berangkat sendirian.Dua hari kemudian, Sofia dipanggil ke ruangan Reno. Selaku manajer umum, raut wajah Reno terlihat sangat masam. Seingat Sofia, dia tidak melakukan kesalahan apa pun, untuk apa Reno memanggilnya?"Kamu kenal Pak Ethan? Ethan Galda, dari Grup Upeska," Reno bertanya kepada Sofia."Grup Upeska?" Sofia terkejut, sekujur tubuhnya terasa tegang dan kaku.Bagi masyarakat, Grup Upeska bukanlah nama asing. Grup Upeska didirikan sejak tahun 1970, bisnis real estat mereka berkembang pesat di negara ini. Sekarang Grup Upeska tidak hanya bergelut di bidang properti, mereka juga mulai merambah ke industri lain. Bisa dibilang, Grup
Beban di hati Sofia langsung terasa sirna. Akhirnya, malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak.....Pagi ini diawali dengan rapat departemen. Setelah selesai rapat, Reno kembali memanggil Sofia ke ruangannya.Sofia kira Reno mau memberi tahu pemecatannya, tetapi tak disangka, Reno terlihat begitu senang dan bersemangat. "Kamu tidak perlu mengundurkan diri.""Kenapa?" Sofia sama sekali tidak merasa senang, dia malah merasa aneh dan curiga.Glen dan Vera tidak mungkin berbaik hati melepaskan Sofia. Ditambah, orang yang bernama Ethan juga memiliki posisi yang lebih tinggi daripada Reno. Reno tidak mungkin mengabaikan perintah Ethan, 'kan?"Aku sudah memberi tahu Pak Liam, Beliau menyuruhmu untuk bekerja seperti biasa," jawab Reno."Pak Liam? Liam Pranoto?" Sofia agak kaget mendengarnya."Kamu jangan pernah memanggil nama Pak Liam seperti itu di depan umum! Kalau sampai Pak Liam tahu, aku tidak bisa membantumu." Reno memperingati Sofia yang keceplosan memanggil Liam dengan sebutan nama.Sof