Share

Bab 9

Aвтор: Yellow
"Pfft ...." Evano menyemburkan air yang baru diminumnya.

Kemudian dia bergegas mengambil beberapa helai tisu dan menyeka mulut serta pakaiannya yang basah.

"Maaf, maaf." Evano merasa canggung sekaligus lucu. Kemudian Evano duduk dengan tegak, lalu mengusap dagunya dan berkata dengan serius, "Kalau ngomong-ngomong soal penyakit ... ada!"

Sofia mencondongkan tubuhnya dan siap untuk bergosip.

"Dia cerewet banget masalah kebersihan." Ekspresi Evano terlihat sinis.

Sofia merasa agak kecewa, ini bukan informasi baru, dia sendiri pun sudah tahu. Hanya saja Sofia tidak mengerti. "Apa hubungannya penyakit, masalah kebersihan, dan menolak Agatha?"

"Hahaha, Pak Liam tidak mengidap penyakit seperti yang kamu pikirkan. Pak Liam benar-benar cerewet masalah kebersihan. Dia tidak suka bersentuhan dengan orang lain. Setiap bertemu orang, dia bahkan tidak mau berjabat tangan."

Sofia benar-benar kaget mendengar ucapan Evano. Saat pertama kali bertemu, Liam bersedia menjabat tangan Sofia. Ditambah, tadi malam mereka juga sudah berhubungan ....

Namun Sofia tidak merasa dirinya istimewa. Seperti yang dijelaskan Liam, malam itu dia menelepon Sofia untuk meminta bantuan.

Satu hal yang membuat Sofia bingung, Liam lebih memilih untuk memanggil "bantuan" daripada menyentuh Agatha? Apakah di mata Liam, Agatha tidak jauh lebih bersih daripada Sofia yang bisa disentuh dengan disogok menggunakan uang?

Evano tahu apa yang dipikirkan Sofia, tetapi dia tidak ingin menjelaskan lebih banyak. Ada beberapa hal yang Evano tidak perlu ikut campur. Sofia juga tidak enak menanyakannya.

Sebelum pergi, sebagai bentuk rasa terima kasih, Sofia berencana untuk mengajak Evano makan malam bersama.

"Pak Evano, apakah Anda ada waktu nanti malam? Aku ingin mentraktir Anda makan malam," Sofia bertanya dengan sopan.

Evano tidak sungkan-sungkan dan menjawab, "Tentu. Oh iya, apakah aku boleh mengajak temanku?"

Selain Liam, Sofia tidak dapat memikirkan orang lain yang akan dibawa Evano. Walaupun kejadian semalam membuat Sofia enggan menemui Liam, hari ini Liam telah membantunya untuk mengusir Bapak dan Ibu Hutomo. Bagaimanapun Sofia harus berterima kasih kepada Liam.

"Tidak masalah." Sofia tersenyum lembut.

....

Restoran Hotel Royal mendapatkan penghargaan dunia sebagai salah satu restoran terbaik di negara ini. Mengingat status dan posisi Liam, Sofia tidak berani mengajaknya makan di restoran yang terlalu biasa.

Sofia dan Evano tiba duluan, lalu disusul oleh Liam sekitar 30 menit kemudian. Berbeda dengan Evano yang mengenakan pakaian santai, Liam tampak mengenakan kemeja dan jas yang formal.

"Aku baru selesai rapat." Liam menjelaskan alasannya terlambat.

Evano sudah terbiasa menunggu Liam. Evano sama sekali tidak mengeluh dan menjawab, "Ayo, duduk."

Pelayan menyiapkan meja dan tempat duduk untuk 4 orang. Karena tidak terlalu akrab, Sofia dan Evano duduk berseberangan. Awalnya Sofia berpikir kalau Liam akan duduk di samping Evano, tetapi tidak disangka, Liam malah menarik bangku yang ada di samping Sofia dan duduk di sebelahnya.

Meja ini tidak terlalu besar sehingga Liam dan Sofia duduk agak berdempetan. Liam duduk begitu saja, tanpa menanyakan persetujuan Sofia.

Sofia terus menggeser lengannya, seolah takut menyentuh Liam. Sofia jelas terlihat gugup, dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa kalian berdua bisa saling kenal?" Suara Liam terdengar datar, tetapi matanya memancarkan tatapan yang dingin.

Sofia ketakutan, dia langsung membuang muka dan terdiam.

Evano tersenyum, dia sengaja melemparkan pertanyaan ini kepada Sofia. "Aku tidak bisa memberitahumu, masalah ini menyangkut privasi klienku. Kamu tanyakan saja kepada Bu Sofia."

"Klien?" Liam berhasil menemukan kata kuncinya. Kemudian dia menoleh ke samping dan menatap Sofia dengan lembut. "Kamu mau cerai?"

Sofia bukanlah orang yang suka membicarakan kehidupan pribadinya, tetapi karena Liam bertanya, Sofia terpaksa menganggukkan kepala. "Em."

"Bagus." Liam malah tersenyum sambil berkata, "Melihat mertuamu yang begitu, kurasa mantan suamimu juga bukan orang yang baik."

Liam benar, Sofia yang terlalu bodoh sampai memercayai Glen. Dulu Sofia terlalu polos, dia tidak pandai menilai kebaikan dan keburukan orang.

Ketika mengetahui keburukan mertuanya, Sofia masih berusaha meyakinkan diri sendiri kalau Glen berbeda dengan kedua orang tuanya. Semua yang terjadi saat ini adalah konsekuensi dari kebodohan Sofia sendiri.

Liam melihat kekecewaan yang tersirat di wajah Sofia, seolah Sofia tidak menyukai ucapannya.

Reaksi Sofia membuat Liam agak kesal. Dengan ekspresi masam, Liam melampiaskan kekesalannya kepada pelayan.

"Kalian tidak lihat aku sudah duduk berapa lama? Tidak ada yang mau menuangkan air? Begini pelayanan di Hotel Royal? Apa gunanya penghargaan yang kalian dapatkan?" bentak Liam.

Para pelayan langsung ketakutan, mereka bergegas menunduk dan meminta maaf kepada Liam.

"Pak Liam, maafkan kami. Nanti aku akan memberi tahu manajer restoran. Kami akan memberikan pelatihan yang lebih baik kepada para pelayan." Sofia juga terkejut mendengar teriakan Liam.

Liam tidak tertarik dengan tawaran yang diberikan Sofia. Liam meliriknya dengan dingin, lalu menjawab, "Urus departemenmu sendiri, tidak perlu mencampuri urusan departemen lain."

Sofia langsung menutup mulutnya.

Melihat situasi yang canggung, Evano pun harus turun tangan untuk mencairkan suasana. "Sudah, sudah. Ayo, pesan makan! Aku sudah lapar."

Pelayan meletakkan 3 buah buku menu ke atas meja.

"Aku dengar Bu Sofia mau mentraktir kita?" tanya Liam.

Sofia agak panik melihat senyuman di sudut bibir Liam. Sofia membuka mulutnya yang kaku, lalu menjawab secara terbata-bata, "I-iya ...."

"Baik." Semakin lebar senyuman Liam, Sofia semakin merasa cemas.

Firasat Sofia benar, Liam memilih hidangan yang paling mahal dan ditambah dengan sebotol anggur seharga 10 juta.

Bagi Liam, makanan-makanan ini mungkin hanyalah hidangan biasa. Namun bagi Sofia, harga makanan ini setara dengan uang makannya selama 3 bulan.

Hati Sofia terasa berdarah, tetapi dia tidak berani protes.

Melihat Sofia yang pucat, Liam merasa senang dan semua amarahnya pun sirna.

....

Ketika pelayan menyajikan sebotol anggur merah, Evano bertanya kepada Sofia, "Bu Sofia bisa minum?"

"Bisa," jawab Sofia.

Bagaimanapun Sofia adalah seorang manajer. Setiap makan malam bersama, dia harus menemani para petinggi bersulang.

"Kalau begitu ...." Evano menuangkan anggur ke dalam gelas Sofia.

Sofia bergegas mengangkat gelasnya dan mengajak Evano bersulang. "Mungkin aku akan sering merepotkan Pak Evano."

"Tidak masalah." Evano meneguk anggurnya.

Kemudian Evano meletakkan gelasnya, lalu menatap Sofia sambil tersenyum misterius. "Bu Sofia ...."

"Em?"

"Kita lupakan dulu masalah rumahmu. Sebenarnya, aku memiliki banyak cara jitu untuk membuat suamimu dan selingkuhannya sengsara. Tentu saja, cara yang aku berikan tidak mungkin melanggar hukum."

"Serius?" Kedua mata Sofia tampak berbinar-binar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 643

    Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 642

    Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 641

    Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 640

    "Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 639

    Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 638

    "Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status