Ada kelegaan yang Bening rasakan ketika kata sah terucap lantang dari mulut para saksi.
Arga mengulurkan tangan yang disambut Bening dengan mencium punggung tangan suaminya tersebut. Namun, Arga tidak memberikan kecupan lembut di kening gadis yang kini sudah berstatus menjadi istrinya itu, seperti para pengantin baru pada umumnya.
Terang saja karena pernikahan mereka bukan atas dasar cinta melainkan karena keterpaksaan saja.
Suara dering ponsel milik Arga begitu nyaring terdengar hingga mengganggu keheningan di antara mereka.
Dengan cepat sang empunya benda pipih itu menggeser icon warna hijau. Kemudian-
"Halo!" ucap Arga setelah berhasil mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"...................."
"Oke, gue segera meluncur ke sana secepatnya!"
"...................."
"Bye!"
Klikk-
Arg
Pagi pun menyapa dua insan yang masih terlelap dalam mimpinya. Sinar mentari yang menembus dari cela-cela tirai membuat tidur lelap Bening terusik.Perlahan mata indahnya mengerjap menyesuaikan cahaya yang ada. Pemandangan pertama yang berhasil tertangkap netranya adalah wajah tampan Arga yang masih tertidur lelap.Kini wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. Bening masih berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya sebelum berteriak dan menendang Arga hingga terjungkal dari atas ranjang."Aaahhhhhhh ...!""Aduh ...! pekik Arga kesakitan karena terjatuh dari atas ranjang."Ma-maaf aku tidak sengaja," cicit Bening ketakutan melihat tatapan horor Arga kepadanya.Pria muda itu terlihat sangat marah karena baru kali ini ada orang yang berani mengganggu tidurnya. Bahkan sampai menendangnya dari kasur. Sangat kurang ajar bukan?!"Kau!" desis Arga dengan emosi yang siap meledak.Bening pun langsung loncat dari atas ranjang dan sege
Kini Arga sudah berada di dalam ruangan dokter ortopedi untuk memeriksakan cidera tubuh bagian belakangnya."Maaf Tuan muda anda harus melepas bajunya. Perawat tolong bantu Tuan muda!" ucap sang dokter."Bagaimana dokter apa ada bagian yang patah?" tanya Raka penasaran. Karena Rakalah yang saat ini menemani Arga datang ke rumah sakit."Tidak ada Pak Raka. Hanya sedikit memar akibat benturan sebuah benda keras."Raka tampak menghela nafas lega setelah mendengar penjelasan dari dokter. Bagaimana tidak, ia masih mengingat bagaimana paniknya saat Arga dan keluarga Ramiro menghubunginya dan mengatakan bahwa Tuan muda mereka mengalami cedera.Hal itu tentu saja membuat Raka kalang kabut karena khawatir dengan kondisi sahabat sekaligus bosnya itu."Tapi kenapa rasanya begitu sakit?!" protes Arga karena sang dokter telah menganggap ringan sakitnya."Maaf Tuan muda
Hubungan Bening dengan salah satu anggota keluarga Ramiro semakin membaik setelah makan malam semalam. Itu sungguh membuatnya sangat bahagia. Setidaknya Bening sudah selangkah lebih maju sekarang.Ya, Bening kini bisa berteman dengan Kakek mertuanya. Sebuah awal yang bagus karena dengan begini Bening bisa membuktikan bahwa tidak semua anggota keluarga Ramiro memusuhi dirinya."Selamat pagi semua," sapa Bening kepada para pelayan yang sedang sibuk di dapur. Pagi ini Bening terlihat begitu cantik dan ceria."Selamat pagi Nona. Apa ada yang perlu kami bantu?" tanya salah satu dari mereka."Tidak, aku ke sini hanya ingin memasak. Boleh kan aku ikut memasak dengan kalian di sini?"Semua pelayan yang ada di sana tampak saling melempar pandang dengan rekan seprofesinya karena tidak tahu harus menjawab apa atas permintaan majikan barunya tersebut."Tapi Nona, pekerjaan ini tidak pantas anda kerjakan dan-" Belum selesai pelayan itu berbicara Be
Sudah tujuh kali Arga bolak balik keluar masuk kamar mandi. Perutnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi setelah memakan menu sederhana yang dimasak Bening tadi.Makanan yang belum pernah sekalipun masuk ke dalam perut mahal Arga. Terbesit sedikit rasa bersalah di hati Bening mengingat semua ini karena sang suami telah memakan masakannya.Seharusnya ia tahu dan tidak memaksakan diri agar masakan kampungnya dimakan oleh sang Tuan muda yang notabene tidak pernah hidup susah seperti dirinya."Kenapa kau sangat bodoh Bening. Seharusnya kau tahu pria itu tidak terbiasa dengan makanan kampung seperti dirimu dan lihatlah sekarang Tuan muda itu sakit perut karena sambal terasi yang kau buat!" maki Bening pada dirinya sendiri. Bahkan ia juga terlihat memukul kepalanya sendiri.Tok ... tok ... tok!"Suara ketukan pintu terdengar saat Bening masih menunggu suaminya yang masih betah berada di dalam kamar mandi.Ceklek-"Permisi Nona, dokter Ar
"Sial! Semakin kurang ajar saja gadis itu. Pertama, dia sudah hampir membuat pinggangku patah. Kedua dia sudah mulai berani meracuni makananku! Entah apalagi yang akan gadis liar itu lakukan jika aku tidak segera bertindak!" umpat Arga sembari berjalan mondar mandir di dalam ruang kerjanya.Ia terlihat frustasi dengan satu tangan di pinggang dan satu tangannya lagi meremas rambutnya sendiri."Aku pasti akan membuat perhitungan denganmu gadis bodoh!"Sedari tadi Arga tidak bisa tenang di dalam ruang kerjanya karena otaknya sibuk memikirkan tingkah laku istri kecilnya itu yang kian hari kian kurang ajar menurutnya. Bahkan Arga sampai tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.Seharian ini Arga hanya bisa berdiam diri di rumah karena ingin memulihkan tubuhnya dari dehidrasi akibat diare yang membuatnya banyak kekurangan cairan tubuh.Namun, sebagai seorang pewaris tunggal yang memiliki beban dan t
Raut cemas yang diliputi amarah begitu terlihat jelas dari mimik wajah semua orang yang sedang duduk di ruang keluarga. Kecuali Bening, wajah gadis itu tampak begitu cemas dan ketakutan.Bagaimana tidak, ide konyolnya tadi membuat sang suami harus mendapat bantuan selang oksigen dan saat ini sedang dalam pengawasan dokter."Sekarang Bisakah kau jelaskan kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi, Bening?!" Suara Nyonya Diana menggelegar sampai terdengar di setiap penjuru ruangan.Ya, saat ini Bening sedang disidang oleh keluarga suaminya atas apa yang telah diperbuatnya tadi. Semua orang telah berkumpul kecuali sang Papa mertua karena masih belum pulang dari kantor."Sa-saya-" lirihnya dengan bibir bergetar. Bening masih diam menunduk tak berani mengangkat wajahnya. Ia terlihat semakin meremas ujung pakaiannya."Jawab! Kenapa kau diam saja. Apa kau tidak punya mulut untuk berbicara?!" hardik Nyonya Diana."Coba jelaskan kepada Opa.
"Bagaimana keadaan putraku?!" tanya Nyonya Diana kepada dokter yang bertugas merawat Arga."Sejauh ini kondisi Tuan muda sudah cukup stabil Nyonya. Besok pagi Tuan muda pasti sudah fit seperti sedia kala," jawab dokter menjelaskan."Tapi kenapa putraku masih belum juga membuka mata?" tanya sang Nyonya heran."Itu karena efek dari obat, Nyonya. Yang mengharuskan Tuan muda untuk istirahat total malam ini," jelas sang dokter."Baiklah aku mengerti. Kau boleh pergi sekarang!""Baik Nyonya. Terima kasih!"Setelah kepergian sang dokter tadi, wanita anggun itupun melangkah mendekati ranjang putranya.Terlihat Arga yang tengah terlelap dengan bantuan selang oksigen di hidungnya.Nyonya Diana mendaratkan kecupan singkat di atas kening sang putra yang tampak tertidur pulas."Selamat malam Sayang. Selamat beristirahat!"
"Ini makananmu!"Grace membanting nampan berisi makanan yang dipegangnya ke lantai dengan cukup keras."Sebenarnya Nyonya Diana ingin kau mati membusuk di dalam gudang ini. Tapi karena tugasmu belum selesai Nyonya Diana merubah keputusannya. Jadi nikmati saja kebaikan hati Nyonya besar kita tanpa harus membuat kekacauan lagi. Atau kau akan benar-benar mati di tanganku!" ancam Grace kemudian.Brakk-Pintu pun kembali di kunci dari luar meninggalkan Bening yang masih terduduk bersimpuh di lantai.Karena sudah sangat kelaparan Bening pun segera memakan makanan yang dibawa oleh perempuan tomboy tadi. Meskipun saat ini mereka hanya memberinya makanan sederhana ia sudah sangat bersyukur.Lagi pula Bening juga sudah terbiasa dengan menu sederhana ala kampungnya. Bahkan dulu ia juga pernah merasakan makan hanya dengan garam karena kesulitan ekonomi yang menghimpit keluarganya.Setelah menyelesaikan makannya Bening pun melihat kemb