"Lepaskan saya! Hiks hiks cukup! Jangan perlakukan saya seperti perempuan murahan. Saya mohon kasihanilah saya!" ratap Bening menghibah saat Arga sudah melepaskan ciuman mereka.
"Mengasihanimu?!" Arga tersenyum miring sarat akan ejekan.
"Bukan kah memang seperti ini pekerjaan mu?" imbuhnya yang membuat hati Bening seketika menjadi sesak dan terbakar akibat tuduhan yang tidak tepat sasaran itu. Mengapa begitu mudah bagi pria itu menilai dirinya serendah itu.
"Saya bukan perempuan murahan!" hardik Bening dengan menyentak tubuhnya hingga terlepas dari kungkungan sang Casanova.
"Bukan murahan heh! Tapi pelacur maksudmu!"
Plakk-
Sebuah tamparan mendarat tepat di rahang tegas pria tampan itu hingga membuat wajahnya menoleh ke samping akibat kerasnya tamparan yang diberikan Bening. Bahkan tangan gadis itu juga terasa kebas.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat harga diri Arga merasa terluka karena baru kali ini ada yang berani menamparnya. Apalagi tindakan itu dilakukan oleh seorang perempuan yang menurutnya rendahan. Kalau saja yang di hadapannya saat ini bukan seorang wanita pasti dengan senang hati Arga akan membalas perlakuan orang tersebut. Namun pantang bagi Arga untuk memukul seorang perempuan. Bahkan dalam mimpi pun ia takkan pernah melakukan hal sepengecut itu.
"Berani sekali tangan kotormu itu menyentuh wajah ku!" desis Arga tajam.
Sedangkan Bening masih memaku dengan tangan gemetar menyesali perbuatannya tadi, yang refleks dan tak berpikir panjang. Tapi bagaimana ia bisa berpikir jernih jika harga dirinya diinjak-injak seperti itu.
"Rupanya kau belum tau sedang berhadapan dengan siapa saat ini?!"
Arga mendorong tubuh ringkih gadis itu hingga membentur dinding dengan cengkraman kuat di lehernya.
"Lepas ... lepaskan aku! Huk ... huk ...!" Bening merusaha melepaskan tangan besar Arga dari lehernya yang terasa semakin menyakitkan.
"Kenapa heh! Apa kau takut?! Perempuan kurang ajar sepertimu harus diberi pelajaran agar kau tahu di mana posisimu!" Arga semakin menggila dengan menambah tekanan tangannya di leher Bening.
"Berhenti menangis jalang! Air matamu tidak akan bisa merubah apapun. Karena mulai detik ini kau akan menjadi budakku! Jadi jangan pernah berfikir untuk bisa melawanku karena itu semua akan sia-sia!"
"Lebih baik kau menyiapkan dirimu menjadi jalangku untuk menghangatkan ranjangku setiap malam. Bukan kah itu pekerjaan yang menyenangkan. Bahkan seluru wanita di dunia ini menginginkan posisi itu." Senyum smirk Arga berikan kepada gadis yang kini menebarkan kebencian dari sorot matanya.
"Sampai mati pun aku tidak sudi menjadi budak nafsumu. Kau adalah pria terburuk yang pernah aku temui. Manusia tak punya hati sepertimu seharusnya membusuk di neraka!"
Tidak ada jalan lain untuk Bening selain melawan. Setidaknya ia masih berusaha untuk memperjuangkan kehormatan dan harga dirinya sebagai seorang perempuan. Bahkan sampai titik darah penghabisan.
"Ternyata bibir indah ini sangat berbisa!" ucap Arga sembari mengusap bibir Bening yang masih tampak membengkak karena hasil perbuatannya tadi.
"Sepertinya aku harus sering memberi bibir ini pelajaran. Agar berhenti bicara kurang ajar!" imbuh Arga sarat akan ancaman.
"Orang sepertimu tidak layak disebut manusia jadi kau tidak pantas mendapat penghormatan apapun!" ujar Bening dengan tatapan penuh kebencian.
Belum pernah Bening merasa sebenci ini kepada seseorang. Ia benar-benar mengutuk monster jahat yang kini sedang menguasai dirinya dengan sesuka hati.
"Sudah aku peringatkan kepadamu. Hati-hatilah dengan mulutmu karena kau akan sangat menyesalinya nanti!"
"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi dari sini. Aku mohon!" Tangis Bening menghibah. Namun tak sedikitpun membuat Arga tersentuh.
Melepaskan mangsa semenggoda Bening? Oh tidak bisa. Arga tentu saja tidak akan melakukan hal bodoh itu. Karena Bening miliknya hanya miliknya. Dan apapun yang sudah ia klaim menjadi miliknya tidak akan bisa lepas begitu saja darinya. Kecuali ia sendiri yang telah membuangnya.
"Melepaskanmu? Tentu saja. Tapi nanti setelah aku puas bermain dengan MAINAN BARUKU!" desis Arga dengan seringai iblisnya.
Hampir saja Arga berbuat lebih bila saja suara ponsel mahalnya tidak berdering.
"Halo!"
"............"
"Sorry gue lupa?!"
"............."
"Oke gue ngerti. Satu jam lagi gue sampai di sana."
Tut ... tut ...!
Pria itu mematikan sambungan telpon secara sepihak dan menyimpan kembali benda pipih itu ke dalam saku celana jeans yang dipakainya. Ia kemudian kembali mengalihkan fokusnya kepada gadis yang kini meringkuk di atas ranjang dengan raut wajah ketakutan.
"Malam ini kau selamat sweetheart. Tapi lain kali aku tidak akan melepaskanmu!" bisik Arga sensual kemudian mendaratkan kecupan singkat di pipi Bening sebelum beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Bening menangis sejadi-jadinya. Ia meraung meluapkan rasa sakit yang bercokol di dalam dadanya. Kenapa semua ini harus terjadi padanya. Belum cukupkah penderitaannya selama ini.
Ingatan perbuatan bejat Arga tadi mengusik pikiran Bening walaupun Arga belum sempat merenggut harta berharga yang telah dijaganya selama ini. Namun tetap saja Bening merasa kotor dan jijik terhadap tubuhnya.
"Kenapa mereka melakukan ini padaku. Apa salahku Tuhan?!"
Gadis itu memandangi tubuhnya yang penuh jejak tanda kepemilikan yang ditinggalkan Arga pada tubuhnya dari pantulan cermin.
"Aghhhh ...!" Gadis itu berteriak histeris seraya menjambak rambutnya sendiri.
Dan disini lah Bening berada sekarang. Duduk menangis di bawah derasnya air yang mengucur dari shower. Rasa dingin tidak menghalanginya untuk menghapus semua jejak yang ditinggalkan lelaki jahat itu di tubuhnya. Tangannya yang rapuh tak berhenti menggosok bagian tubuh yang sempat menjadi sasaran kebejatan Arga tadi.
"Aku benci diriku, aku benci tubuhku, aku jijik hiks ... hiks ...!"
Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak air mata yang Bening keluarkan malam ini. Semalaman ia meratapi nasibnya. Dingin, sakit, sepi dan hancur yang Bening rasakan saat ini. Hingga perlahan ia mulai kehilangan kesadarannya.
Pagi harinya Lastri menemukan Bening yang telah pingsan di bawah shower dalam keadaan bibir yang sudah membiru.
Sehari sebelum pertemuan pertama Bening dengan Arga berlangsung. Telah terjadi kekacauan besar di salah satu ruangan yang berada di gedung teratas Ramiro group. Tepatnya di ruangan milik pewaris tunggal kerajaan bisnis ini.Prang ... prang ... prang ...!Suara benda jatuh dan terbentur dinding terdengar sangat jelas oleh indera pendengaran."Pria itu sudah tidak menghargai keberadaan ku lagi. Aku muak dengan semua ini. Aagghhhh!" teriaknya dengan kembali membanting apapun yang ada di dekatnya.Ruangan itu tak ubahnya seperti kapal pecah dengan kertas yang bertebaran di mana-mana. Lantai yang dipenuhi dengan serpihan beling akibat pajangan bermaterial kaca yang telah dibanting hingga hancur berkeping-keping."Sial ...! Pria itu sudah benar-benar menguji kesabaranku. Lihat saja aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini!" Arga mengepalkan tangannya kuat guna sedikit menguraikan amarahnya.Tidak ada satu orang pun yang berani mendekat,
Di sebuah tempat hiburan malam terbesar dan termahal di ibu kota. Terlihat segerombolan pria dan wanita yang sepertinya sedang menikmati pesta di tengah hingar bingarnya musik yang menggema. Semua orang tampak hanyut dalam alunan musik yang dibawakan oleh seorang DJ ternama hingga membuat mereka ikut menggoyangkan tubuh seirama dengan alunan suara musik tersebut.Seorang pria bertubuh atletis dengan garis wajah yang sempurna hidung mancung serta mata setajam elang baru saja tiba. Ia terlihat mengedarkan mata melihat suasana pesta salah seorang temannya itu."Hai Arga!" Seorang pria berwajah oriental tengah melambaikan tangannya ke arah pria yang baru datang tersebut.Pria yang bernama lengkap Jaasir Arga Ramiro itu pun melangkah ke arah sahabatnya itu berada."Kenapa baru datang, Dude?" tanya pria yang sedang duduk dengan seorang wanita berpakaian seksi. Arga pun ikut mendaratkan bokongnya di salah satu so
Prang-Suara benturan terdengar nyaring saat benda pipih berbentuk tablet itu menghantam dinding. Hingga menjadikan benda itu serpihan yang tak berbentuk lagi.Seseorang tampak menggertakkan gigi hingga rahangnya mengeras dengan wajah memerah karena menahan amarah. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.Tidak ada satupun yang berani angkat bicara di dalam ruangan itu. Suasana terasa sangat mencekam. Mereka semua tertunduk dengan wajah memutih karena pucat ketakutan."Di mana anak bodoh itu sekarang?!" tanya pria yang tadi melempar tablet di tangannya. Suaranya terdengar berat karena masih menahan amarah."Tuan muda belum datang, Tuan," jawab sang asisten."John, tahan semua berita yang sudah terlanjur menyebar itu. Aku mau semua berita itu sudah lenyap besok pagi!" titah Tuan Jordan kepada sang asisten.Dia lah CEO Ramiro group. Jo
Setelah kepergian Raka dari ruangannya. Arga terlihat mondar-mandir di ruangan miliknya. Seperti ada yang mengganggu pikirannya saat ini."Apa kabar dengan gadis itu?" monolognya saat bayangan wajah Bening tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya. "Aku harus segera menemuinya!"Namun, langkah panjang Arga terhenti saat suara sang Mommy kembali terngiang di telinganya.'Arga tolong jangan biarkan gadis itu merasa tertekan sebelum pernikahan kalian terjadi karena itu akan membuat rencana yang telah kita susun rapi bisa menjadi berantakan. Mommy mohon Sayang. Setelah semua berjalan sesuai dengan rencana, kau bisa melakukan apapun sesuai dengan kehendakmu. Mommy janji tidak akan melarang!'"Mommy benar aku harus bisa menahan diri. Gadis itu benar-benar racun!"Arga pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi untuk meninggalkan ruangan."Zalia saya pergi dulu. B
Brakk! Byurr-"Ibu?!"Bening kaget karena Ibunya tiba-tiba datang dan menyiramkan seember air kepadanya yang membuat sekujur tubuh dan kasurnya basah."I-ibu ada apa. Kenapa-?""Bangun pemalas! Siapa yang menyuruhmu bermalas-malasan seperti ini, Hah?!""Tapi Bu, Bening sedang tidak enak badan.""Dasar pemalas kau! Tidak usah banyak alasan, kau bukan majikan di rumah ini. Berani-beraninya kau melalaikan tugasmu. Lihat lah rumah berantakan, cucian menumpuk di belakang dan meja makan masih kosong tidak ada makanan. Tapi kau malah enak-enakan tidur. Apa kau ingin melihatku mati kelaparan?!""Tidak Bu, Bening tidak berbohong Bening memang sedang-""Sudah ku katakan jangan banyak alasan. Ingat ya Bening aku sangat menyesal melahirkanmu di dunia ini. Jadi jangan berharap bisa mendapat simpati dari ku dengan berpura-pura sakit. Cepat bangun dan si
"Bodoh, kenapa sayur ini asin sekali!"Pyarr-Tiba-tiba Sandra membanting semangkuk kuah sayur yang baru saja dimasak Bening ke lantai hingga hancur."Maaf Bu tapi tadi-""Diam! Makanan seperti itu yang ingin kau berikan padaku, Hah!""Tapi tadi Bening sudah mencicipinya dan rasanya sudah enak Bu!""Kau ini bisa sekali membantahku. Kau pikir lidahku yang bermasalah, begitu?! Katakan!" Sandra pun berdiri dan menarik rambut Bening dengan begitu kuat hingga gadis itu merintih kesakitan."Ampun Bu, maafkan Bening. Sakit Bu, tolong lepas!""Lepas kau bilang. Rasakan ini!" Sandra semakin mengeratkan genggaman tangannya di rambut Bening. Hingga gadis itu merasa rambutnya akan lepas dari kulit kepala."Aww, sakit Bu. Ampun!" Rintihan kesakitan Bening sama sekali tidak membuat Sandra merasa iba."Makanya kalo kerja
Di rumah Bening.Malam harinya Bening duduk di atas kasur setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Rasa lelah begitu ia rasakan saat ini. Tadi ia pulang agak sore karena harus menyelesaikan target jumlah cabai yang harus dipetiknya.Apalagi tadi waktunya sempat tersita dengan kedatangan anak Pak lurah yang mengajaknya untuk berbicara. Bening senyum-senyum sendiri mengingat pembicaraannya dengan Galih di saung beberapa jam yang lalu.'Bening, Mas Galih cinta sama kamu. Sebenarnya perasaan ini sudah lama Mas rasakan, tapi baru sekarang Mas berani mengungkapkannya. Mas Galih tidak butuh jawaban sekarang. Bening bisa memikirkan nya dulu.'Itu lah kata-kata yang diucapkan anak Pak lurah tadi kepada Bening. Kata-kata yang selalu terngiang-ngiang di telinganya hingga membuat hatinya berbunga-bunga.Terdengar suara derit pintu terbuka yang menandakan ada orang datang. 'Mungkin pria itu,' pikir Bening. Tidak mungkin itu Ibunya karena mal
"Bening, kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi, kenapa kau keluar malam-malam begini?" tanya seseorang yang tadi ditabrak oleh gadis itu.Mereka adalah warga yang kebetulan lewat untuk melakukan ronda keliling. Setelah hujan deras biasanya aliran air akan tersumbat. Jadi warga bergantian untuk memeriksanya.Melihat kondisi Bening yang berantakan dengan baju robek di bagian atas dan luka lebam di pipinya. Membuat mereka yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada gadis itu."Tolong saya, Pak. Mereka ingin melecehkan saya. Saya takut!" isak Bening."Siapa mereka dan di mana mereka sekarang?!" tanya salah satu warga."Di-di rumah saya, hiks hiks." Bening tak kuasa melanjutkan ucapannya."Mari bapak-bapak kita periksa ke sana!" ajak salah satu warga kemudian diikuti oleh warga yang lainnya."Iya, ayo kita ke sana. Kejadian seperti ini tidak bisa dibiarkan!"Lokasi rumah Bening dengan tempat ia bertemu bapak-bapak tadi t